Hari Kelima

"Mars!" teriak sebuah suara yang tentunya kukenali.

Rainy berlari-lari kecil dengan payung biru yang mengembang di atasnya, berusaha menjangkau jarak Mars. Aku mengikuti punggung Rainy yang terus menuju Mars, meninggalkanku di belakangnya.

Mata mereka bertemu. Mars memaliskan wajah merahnya, tak sanggup lebih lama menatap Rainy.

"Apa yang kamu lakukan di tengah hujan seperti ini?" tanya Rainy, membuat Mars kembali menoleh ke arahnya.

"Melihat hujan," tuturnya.

Aku menelan ludah. Mars ingin menemuiku?

"Jangan konyol Mars, tidak perlu berdiri di bawah hujan sampai basah kuyup seperti ini. Kamukan masih bisa melihatnya di banyak tempat yang tidak akan basah terkena hujan," Rainy sudah membuat payungnya ikut memayungi Mars.

"Ayo pulang," katanya.

"Tapi aku merindukannya," lirih Mars dalam hati.

Mereka berdua semakin melangkah menjauh membelakangiku. Menyisakan aku sendiri di tengan lapangan di bawah langit dengan tumpahan hujan.

Hujan, apakah kamu yang membawaku kemari?

***

Hari ini aku tidak melihat Mars di sekolah. Apakah dia sakit atau terkena flu karena kehujanan kemarin? Entahlah. Aku tidak tahu kabarnya.

Tidak ada sosok Mars di kelas membuat suasana kelas menjadi penuh dengan banyak suara. Aku bisa mendengar semua isi pikiran teman-temanku, seperti ada banyak kereta yang tengah melaju tanpa berhenti. Suaranya sungguh membuatku risih.

Aku bertemu Rainy di kantin, namun tetap tidak bisa memastikan bagaimana keadaan Mars, karena pikiran Rainy tidak bisa ditembus. Bertanya tentang Mars padanya? Itu sangat konyol. Aku takkan melakukannya.

Kubiarkan keberadaan Mars menjadi misteri sampai aku bisa menukannya besok dan mendengar informasi yang kubutuhkan dari dirinya sendiri.

***

Bagaimana denganku kemarin? Aku memutuskan pulang ke rumah dengan pakaian basah kuyup. Beruntungnya sedang tidak ada siapa-siapa di rumah, jadi tidak ada yang bertanya mengapa aku memakai gaun lama dan kehujanan di malam hari.

Ada sebuah cerita yang selalu terpikirkan olehku sampai saat ini. Cerita dimana ada seseorang yang membeku dalam waktu, entah apa maskudnya itu. Ia kehilangan kesadaran dan kendali atas dirinya, membuatku bertanya-tanya bagaimana dengan kehidupannya? Apakah ia merasa baik-baik saja? Atau tidak baik-baik saja?

Cerita itu tidak terlalu populer, aku menemukannya dalam buku tua di perpustakaan sekolah dan ketika aku mencarinya lagi, buku itu sudah menghilang. Mungkin ada banyak orang yang menyukai genre cerita itu, sehingga membuat buku tersebut selalu dipinjam. Dan aku, tidak pernah kebagian lagi untuk melihatnya.

***
to be continued
***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top