Hari Kedua Puluh Dua

Aku bingung. Bagaimana diriku yang sekarang harus menghadapi kenyataan yang menanti di depan mata ini? Bagaimana mungkin aku bisa beraktivitas dengan tubuh ini? Dalam raga ini, bukan lagi sosok Rainy yang kukenal. Namun, diriku sendiri.

Berharap hari ini dan seterusnya nanti akan gangsar. Semoga saja tidak ada hal buruk terjadi. Namun, dimana Rainy sekarang? Apa yang tengah ia lakukan di luar raganya? Apakah ia melihat diriku saat ini yang tengah mengambil alih raganya? Ataukah ia sama sepertiku kemarin, hanya menjadi penonton tanpa bisa melakukan dan berbuat sesuatu? Aku tidak tahu harus bagaimana.

***

Matahari telah naik hampir setengah hari. Jam sudah menunjukkan waktunya istirahat. Aku berusaha bersikap senormal mungkin dan beruntung tidak ada yang menaruh kecurigaan padaku. Lalu, tiba-tiba ada seseorang yang melintas di benakku. Mars! Aku harus menemuinya.

"Hai, Rain!" sapanya lembut saat melihatku yang menuju ke arah bangkunya.

Cukup memakan waktu untuk menuju ke kelas Mars, aku harus melewati koridor panjang dan beberapa kelas. Koridor yang sebelumnya tidak bisa kulewati. Sekarang, itu hanya koridor biasa yang bisa kulewati sesukaku.

Aku menatapnya dengan tersenyum, menjawab tanpa sepatah kata. Ia mungkin sudah mengerti maksudku.

"Ada apa kemari?" tanyanya penasaran. Seperti yang kuingat, Rainy memang sangat jarang mengunjungi Mars. Mereka mungkin bertemu secara tidak sengaja atau bahkan Mars duluan yang akan menemui Rainy.

"Tidak, aku hanya ingin mengobrol sedikit. Apakah kamu sibuk?" tanyaku santai. Aku harus terlihat benar-benar tidak gugup.

"Tidak terlalu. Silahkan...."

"Begini...." Aku menjeda, memikirkan apa yang hendak kusampaikan. Mempertimbangkan apakah ini akan menjadi boomerang atau tidak.

"Aku...." Lagi-lagi terjeda. Mars menatapku dengan dahi mengkerut.

Kenapa? Begitu pikirnya.

Hah? Aku masih dapat mendengar pikiran Mars (?) Aneh. Seharusnya saat ini aku tidak bisa membaca isi pikiran siapapun.

Aku segera memutar otak. Mencari kata-kata yang pas.

"Apa yang kamu ketahui tentangku?"

Aduh! Berpikirlah Hujan! Apa yang sebenarnya ingin kamu tanyakan? Rasanya aku ingin menghilang menjadi buih di lautan. Pertanyaan macam apa yang barusan kutanyakan itu?

***
to be continued
***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top