6
"Anak-anak sudah berangkat semua, Ima?" tanya Rianti pada putrinya yang terlihat sedang bersiap.
"Sudah Mi."
"Kamu ngantor jam berapa?"
"Delapan aja. Aku harus meeting awal tahun."
Sang ibu kemudian duduk di atas ranjang. Wajah cantik itu terlihat resah.
"Mami kenapa?"
"Tahun ini ada tiga orang adikmu yang selesai SMU. Apa kamu ada teman yang bisa bantu mereka cari pekerjaan?"
"Di tempatku nanti sepertinya akan buka lowongan di bagian gudang. Nanti coba kutanya kalau mereka sudah lulus. Biasanya bagian itu yang sering ada lowongan untuk lulusan baru."
"Setidaknya agar mereka bisa mandiri setelah keluar dari sini."
"Kalau di lokasi pergudangan sering ada, kok, Mi. Asal kita jeli aja melihat lowongan. Nanti kutanya juga teman-temanku. Siapa tahu bisa ngontrak satu tempat mereka bertiga. Mami sudah beritahu mereka, kan?"
"Sudah, mereka juga mengerti dengan aturan kita."
"Tahun depan yang banyak, ya, Mi. Ada enam orang. Setelah itu panti akan mulai sepi."
Rianti tersenyum kecil. "Jangan ngomong gitu, kadang ada saja yang mengantar kemari."
"Kadang aku mikir, bisa, ya, kita bertahan selama ini. Padahal kita juga pas-pasan banget."
"Niat baik jika diiringi doa pasti akan berjalan. Mami sudah bahagia bisa sehat sampai usia sekarang. Kamu juga bisa selesai kuliah, bahkan S2-mu selesai dengan baik. Percayalah, apa yang kita lakukan dengan tulus pasti menjadi berkat tersendiri. Buktinya sampai sekarang kariermu juga baik-baik saja."
"Iya, sih. Makasih Mi atas doanya."
"Doa adik-adikmu juga. Tahun ini masih bertahan di kantor yang sekarang?"
"Rencana, memangnya kenapa?"
"Bundamu kemarin tanya lagi waktu kemari. Sepertinya ayahmu sudah terlalu mudah lelah, mungkin faktor usia."
"Kalau kerja di sana, aku harus tinggal di Sukabumi. Siapa yang menemani mami nanti ngurus adik-adik?"
"Iya, nanti bisa-bisa kamu makin jauh jodoh kalau ke sana. Di sini aja nggak ketemu-ketemu. Ingat tahun ini kamu sudah 28."
"Mi, please, deh, nggak usah ngingatin yang begituan."
Rianti tertawa. "Tuhan akan memberikan yang terbaik pada waktu yang tepat. Percayalah. Mami dan papimu buktinya. Meski usia pernikahan kami tidak lama karena papimu sudah dipanggil Tuhan lebih dulu. Sampai sekarang mami masih bisa merasakan kasih sayangnya. Jodoh memang tidak bisa dikejar, tapi kalau diam saja, kamu juga tidak akan punya pilihan."
Kini giliran Jemima yang tertawa. "Nanti Mi, kalau aku sudah yakin sama orangnya. Masih takut seperti kemarin."
"Sebelum lupa, nanti diacara imlek, adik-adikmu diminta untuk tampil. Kemarin ada tamu dari yayasan Tzu Chi datang. Mereka sudah mulai latihan hari ini. Acaranya tanggal 28, kamu yang menemani mereka, ya. Kebetulan hari Minggu."
"Ya, aku akan antar dan temani mereka."
"Bundamu juga minta kamu mampir nanti sepulang dari kantor. Ada yang mau dibicarakan katanya."
Jemima hanya mengangguk. Gadis itu segera mengikat rambut panjangnya kemudian mengenakan sepatu. Sudah waktunya berangkat ke kantor.
***
Jemima memasuki kantor. Suasana senin memang kadang sesuatu sekali. Wajah-wajah yang bertemu dengannya justru menunjukkan paras letih. Berbeda dengan hari jumat di mana semua orang seolah merasa senang. Perempuan itu segera memasuki ruangannya. Belum sempat duduk, Rosa, salah seorang teman baiknya yang kini menjadi bawahannya memasuki ruangan.
"Bu bos, gue mau minta ijin nanti sore jam tiga?" bisik perempuan itu.
"Mau ngapain?"
"Mumpung Bumi sedang ada di Jakarta. Nanti ada meet and greet di Sency."
"Jujur amat, hanya untuk itu ijin? Bukannya kemarin waktu kakak lo lamaran justru nggak ambil cuti?"
"Bohong dosa bu bos. Ya, elah, kayak nggak tahu aja. Daripada ditanyain kapan nikah. Kan, repot. Tahu sendiri keluarga gue ribetnya gimana."
Jemima menarik nafas panjang kemudian mengembuskannya dengan kasar. Rosa adalah salah seorang staf terbaiknya. Sangat jarang mengajukan cuti atau ijin. Selalu tepat waktu. Dan hari ini pekerjaan mereka memang sedikit lebih senggang.
"Ya, sudah. Tapi jangan bilang siapa-siapa kalau lo ke acara itu. Usahakan tidak meng-upload apa pun di media sosial sebelum jam pulang kantor. Dan ingat ini yang pertama dan terakhir kali."
"Thank you, bu bos. Doain biar dia ngelirik gue. Siapa tahu kami jodoh."
Kembali gadis itu menggelengkan kepala. Cuma untuk melihat Bumi dari jarak puluhan meter Rosa rela minta ijin. Bagaimana kalau dia tahu bahwa Jemima bahkan sering menginap di rumah yang sama? Diantar pagi-pagi ke kantor dan makan malam di meja yang sama. Melihat wajah pria yang dipuja jutaan perempuan itu saat baru bangun tidur atau tubuh berkeringat ketika baru selesai berolah raga. Bawahannya tidak sendirian. Jutaan perempuan di luar sana juga seperti itu. Memuja Bumi layaknya dewa. Padahal buatnya semua biasa-biasa saja. Apa istimewanya Bumi, selain hobi nyuruh-nyuruh dan memerintah?
Berusaha menepis pemikiran tersebut, Jemima menyalakan PC. Saatnya berhenti berpikir tentang orang lain. Pekerjaan sudah menunggu. Begitu sekretarisnya mengatakan bahwa ruang meeting sudah siap, ia segera melangkah ke sana. Ada setumpuk target yang dibebankan pada timnya sepanjang tahun ini. Jemima sudah paham, kapan harus berjalan pelan dan kapan harus memacu.
Rapat selesai hingga hampir jam makan siang. Bergegas ia turun ke lantai dasar. Sejak dulu Jemima termasuk orang yang tidak melewatkan jam makan. Baginya kesehatan adalah nomor satu. Meski hingga saat ini jarang berolahraga karena tidak sempat. Pukul tiga sore, suasana kantor sudah mulai sepi. Sepertinya semua sibuk dengan tugas masing-masing. Diraihnya ponsel pribadi yang sejak tadi tidak disentuh. Seperti biasa, dari bunda.
Ima, Bunda ada titip sayuran untuk anak-anak. Nanti diantar ke kantor kamu saja katanya. Ditunggu ya, sayang.
Jemima tersenyum. Di tanah pertanian, kerap ada sayuran afkir. Disisihkan karena kualitasnya kurang baik. Tidak lulus quality control untuk ekspor dan masuk supermarket besar. Panti kerap menerima kiriman dari ayah. Kalau sudah begini, ia akan senang. Artinya jumlah pengeluaran berkurang. Uangnya bisa digunakan untuk biaya lain. Entah itu membeli sabun dan biaya kebersihan. Kadang juga untuk biaya sekolah. Jemarinya segera membalas.
Terima kasih banyak Bun.
Hanya itu yang bisa disampaikan. Baginya bunda Alea sudah seperti malaikat. Perempuan itu sangat baik dan dermawan. Kalau tidak ada keluarga mereka, mungkin panti sudah lama ditutup. Mengingat itu, ia kembali merenung. Sekian lama hidupnya dan mami diberikan untuk melayani orang lain. Kadang iri melihat kehidupan teman-temannya yang bebas. Namun, buru-buru ditepisnya. Seperti yang pernah mami katakan, mereka selalu dicukupkan. Bahkan ketika ia mengambil S2, semua dipermudah. Beasiswanya keluar dengan cepat. Mungkin ini hikmah dari semua.
***
Suasana JICC terlihat ramai. Di belakang panggung anak-anak panti asuhan yang akan menari terlihat cemas. Mereka tidak pernah tampil diacara sebesar ini. Jemima berusaha memberikan semangat.
"Kalian, kan, sudah sering tampil. Lagian kali ini nggak sendiri. Ada teman-teman dari panti asuhan lain. Sudah latihan juga, sudah cantik di make-up, rambutnya sudah bagus. Apa yang kalian takutkan?"
"Kalau narinya salah gimana Mbak Ima?"
"Kan, sudah latihan. Nggak usah khawatir lagi. Berikan yang terbaik. Sesekali lihat gerakan teman yang lain. Sudah berapa kali kalian tampil, selalu bagus kan? Mbak Ima percaya pada kemampuan kalian."
Gadis itu memberikan pelukan satu persatu pada seluruh peserta untuk memberi semangat dan menenangkan mereka. Ia paham bahwa ini akan menjadi momen yang akan diingat anak-anak sampai kapan pun. Tak lama terdengar perintah agar seluruh penari bersiap-siap. Selesai mengantar ke tangga, Jemima menatap ke arah layar. Jangan ditanya, jantungnya juga berdebar kencang. Hingga seseorang datang diiringi kamera.
"Wawancara boleh sekarang Mbak Ima?"
"Boleh, yang sudah janji tadi, ya?"
"Iya, pertanyaannya tentang seputaran persiapan anak-anak saja, kok."
"Silahkan,"
Setelah seseorang memasangkan clip on, dan memberi tahu tentang pertanyaan nanti, wawancara segera dimulai. Pertanyaan hanya sebatas tentang anak-anak memang. Jemima menjawab dengan santun dan santai seperti biasa. Ini bukan wawancara pertama yang dilakukan. Tidak butuh lima menit, ketika anak-anak selesai tampil ia juga sudah selesai. Kini semua memeluknya erat, sebagian menangis. Jemima tertawa lebar.
"Nggak apa-apa, kan?"
"Iya, tadi kami takut ternyata kami ingat gerakannya. Sudah lega mbak."
Jemima kembali memeluk mereka satu persatu sambil mengucapkan selamat. Selesai memberikan pelukan, mereka membenahi pakaian anak-anak karena acara sudah selesai. Semua peserta mendapatkan bingkisan dan juga makanan kotak. Tanpa disadarinya ada Azka, seorang youtuber terkenal yang menatap lekat sejak tadi.
***
Jemima masih sibuk di kantor saat seseorang men-DM akun Instagramnya. Keningnya mengerut, dari seseorang dengan akun centang biru? Dibacanya pesan yang masuk.
Selamat pagi Mbak Jemima. Kami dari tim Azka, ingin mengundang anda sebagai bintang tamu dalam acara Beautiful on Earth. Kalau diberi kesempatan, kami akan menjelaskan lebih detail tentang materi acara dalam pembicaraan lebih lanjut melalui telepon.
Apa kami boleh meminta nomor WA?
Jemima mengabaikan DM tersebut karena masih sibuk membuat program bulanan untuk timnya. Selesai semua, pada jam makan siang barulah ia mulai menimbang. Sebenarnya bingung acara apa yang dimaksud. Ia saja tidak mengenal siapa Azka. Akhirnya memutuskan bicara pada Rosa. Rekannya itu pasti tahu lebih banyak tentang dunia luar. Disaat tidak ada orang seperti ini mereka bisa bicara dengan santai sebagai teman.
"Cha, lo kenal Azka? Katanya punya acara Beautiful on Earth."
"Ya, tahulah. Youtuber terkenal itu, penghasilannya em-eman. Acaranya bagus, biasanya bintang tamu mereka pilihan. Emang kenapa? Tumben lo nanya?"
"Tim mereka DM gue, katanya buat jadi bintang tamu."
"Ha?! Yang bener! Lo mau, kan?" Rosa hampir berteriak. Beruntung hanya ada mereka di dalam ruangan.
"Makanya gue nanya. Dia siapa. Belum gue jawab, sih."
"Jangan sampai lo tolak, bakal nyesel seumur hidup! Kalau di acara pagi biasanya di stasiun TV. Nama acaranya Good mood in the morning. Tamunya macam-macam, ada politikus, komedian, pengusaha. Ya, obrolan ringan pagi lah. Kalau yang Beautiful on Earth biasanya tamunya perempuan cantik yang punya prestasi dari berbagai bidang. Jadi bukan sekedar cantik, tapi otaknya harus berisi. Sepertinya acara itu untuk mengapresiasi para perempuan. Mereka bekerja sama dengan perancang terkenal. Jadi konsep wawancaranya kayak bareng pemenang beauty peagent gitu. Kalau lo sampai diundang berarti ada yang spesial berarti."
***
Happy reading
Maaf untuk typo
291024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top