26
Bumi menatap kedua orang tuanya yang tengah membuat daftar keluarga dan kenalan yang akan diundang ke pernikahan. Beberapa sepupu sang ayah yang berada di Prancis, Spanyol dan Swedia juga termasuk dalam daftar undangan. Juga sepupu bunda yang selama ini tinggal di Kalimantan. Ditambah dari keluarga Jemima yang hanya berjumlah sepuluh orang. Sejak kemarin ia mendengar bunda menjelaskan pada semua orang kalau akan bermenantukan Jemima. Perempuan yang sudah dianggap seperti anak sendiri. Suara bunda terdengar nyaring dan bahagia. Matanya berbinar saat menyanpaikan. Sementara ia yang calon pengantin tidak bisa merasakan apa pun. Hanya menjalani kewajiban seperti biasa. Tidak kecewa, tetapi juga tidak bahagia. Ini adalah sebagian dari baktinya.
Secara pribadi Bumi mengundang ketua tim, dan beberapa petinggi serta rekan sesama pembalap yang selama ini dekat dengannya. Sudah ada empat orang yang bersedia menjadi groomsmen. Persiapan pernikahan sangat singkat. Akan dilaksanakan pada tanggal 25 Januari. Mereka semua berangkat pada tanggal 20 Januari dengan pesawat berbeda. Pihak Bumi menyiapkan hotel beserta akomodasi. Selesai menikah sekitar dua minggu kemudian ia harus langsung masuk training camp. Bagi Bumi yang penting kedua orang tuanya bahagia. Sementara ia sendiri bukanlah orang yang terlalu menginginkan pernikahan.
Ia tahu bahwa Jemima juga disibukkan dengan memilih gaun pengantin. Atas persetujuan Bumi, calon istrinya itu mengenakan gaun yang cukup terbuka. Sementara ia sendiri akan mengenakan jas. Selama menunggu waktu pernikahan, tidak ada keributan diantara keduanya. Karena Bumi membiarkan ibunya yang mengurus. Sementara ia sendiri lebih fokus untuk menjaga kesehatan dengan banyak berolahraga. Jam tidurnya kacau sejak kembali ke tanah air.
Rencana pernikahan mereka akhirnya tercium media. Beruntung Jemima kini tinggal di panti. Sehingga tidak ada yang berhasil mewawancarainya. Beberapa kali Azka menghubungi meminta jadwal untuk wawancara. Namun, perempuan itu menolak dengan alasan belum memiliki waktu luang. Bumi jauh lebih terbuka dalam menghadapi wartawan yang semakin sering menghubungi dan bertanya. Ia sudah lama bersahabat dengan media. Hampir setiap hari diikuti kamera dan diminta untuk melakukan wawancara. Dengan tegas Bumi mengatakan kalau pernikahan memang terjadi. Dan tepat menjelang tahun baru, media akhirnya mendapat kepastian baik itu tentang tanggal, maupun tempat resepsi yang berasal dari juru bicara timnya. Lumayan aneh sebenarnya, ia sedang berada di Indonesia. Pernikahannya diumumkan dari Maranello, Italia. Dan pernikahan akan dilaksanakan di Paris.
***
Jemima termenung di kamarnya. Tidak lagi berani keluar rumah. Beberapa orang yang tidak dikenal kerap mendekati pagar. Sejauh ini mami dan seluruh adik-adiknya di panti berusaha untuk melindungi. Namun, semua yang penasaran seolah tidak kehilangan akal. Mereka bahkan sampai bertanya pada tetangga tentang banyak hal. Terutama tentang siapa dan bagaimana Jemima sehari-hari. Ada banyak berita bohong tentangnya. Membuat gadis itu semakin merasa tidak nyaman.
Bumi sendiri berjanji tidak melakukan konfrensi pers. Hanya saja akan memberi kabar pada tanggal 19 Januari pada seluruh fans dan media melalui Instagram pribadinya. Sehari sebelum keberangkatan mereka. Beberapa orang menghubungkan dengan sebutan ibu peri yang selama ini melekat pada Jemima. Gadis itu tidak terlalu ambil pusing. Media bisa menjatuhkan dan mengangkat namanya sekaligus. Bumi sendiri mengijinkannya untuk memilih satu media jika mau diwawancara secara pribadi. Sayang, ia tidak berminat membagi kehidupan pribadi pada orang lain. Pada Azka ia meminta maaf dan berjanji akan memberikan wawancara eksklusif setelah pernikahan nanti. Ini dilakukan mengingat hubungan baik dengan pria itu.
“Ima sedang apa?” Rianti mendekati putrinya yang sedang termenung di kamar.
“Nggak ada Mi. Tamunya sudah pulang?”
“Sudah, ada banyak orang yang tiba-tiba beralasan ingin memberi bantuan. Padahal tujuannya untuk ketemu kamu. Mami sampai mengirim beras ke panti asuhan lain. sayang sekali tidak bisa digunakan di sini. Sudah selesai gaun pengantinnya?”
“Sudah, designer langganan bunda bilang selesai dalam minggu depan. Gaun mami dan bunda juga sepertinya lusa sudah selesai. Tinggal menunggu fitting terakhir.”
“Bumi bagaimana?”
“Masih di Sukabumi.”
“Kalian sudah membicarakan tentang tempat tinggal?”
“Belum, kami belum sempat bicara banyak.”
“Kamu masih canggung?”
“Iya, kami masih jarang bicara. Kalaupun ketemu cuma saat meeting online dengan WO.”
“Surat-suratnya sudah beres?”
“Sepertinya sudah, banyak dibantu sama kenalannya di kedutaan. Namanya cukup memudahkan semua urusan.”
“Syukurlah, mami sempat khawatir karena waktunya sangat singkat. Sebagai istri tidak salahnya nanti kamu ajak dia bicara duluan. Rumah tangga itu milik kalian berdua. Kalau saling diam bagaimana bisa tahu keinginan masing-masing?”
“Nanti saja, Bumi pasti sudah punya planning tentang jadwalnya. Semua harus disesuaikan dengan jadwal GP. Mungkin kalau sudah selesai acara kami bisa bicara. Saat ini fokus kami masih untuk pernikahan.”
“Tidak ada salahnya berkompromi selama tujuannya baik.”
Jemima hanya mengembuskan nafas pelan kemudian mengangguk. Tidak ada gunanya membantah orang tua. Ia seperti berhadapan dengan tembok tebal dan tinggi. Tidak tahu apa yang terjadi di seberang sana. Tidak juga bisa meminta pertolongan siapa pun. Ia berdiri sendirian. Salah siapa? Salahnya sendiri, ketika tidak mampu membantah dan berkata tidak. Banyak orang yang kini berkomentar di sosial media miliknya. 90 persen mendukung. Apalagi selama ini ia dikenal sebagai gadis berhati baik. Pengikutnya naik drastis, kebanyakan adalah penggemar Bumi juga.
Meski begitu ada beberapa yang tidak suka. Menghina dan memaki habis-habisan. Haters tetap ada di mana-mana. Ia memilih tidak menanggapi. Pertama kali membaca ia cukup syok. Semakin kemari memilih tidak lagi mengaktifkan kolom pesan. Membiarkan semua orang saling ebrperang komentar pada postingan yang sudah lama. Hal terakhir yang diunggahnya adalah saat acara lamaran. Fotonya bersama Bumi yang segera disukai ratusan ribu orang dan mendapat banyak komentar. Jemima tidak menikmati itu semua. Ia lebih memilih bersembunyi di dalam kamar daripada menunjukkan wajah. Tidak tahu harus melakukan apa. Merasa bahwa hidupnya berada pada titik nol.
***
Bumi menatap sekeliling pesawat yang sudah terbang selama 4 jam. Pada akhirnya untuk kenyamanan ayah dan bunda, ia hanya mengajak keluarga inti untuk ikut. Selebihnya seluruh undangan dari Indonesia menggunakan pesawat komersil. Sebenarnya ia jarang menggunakan pesawat pribadi karena seluruh kebutuhan penerbangan sudah disediakan oleh pihak sponsor. Alat transportasi ini lebih banyak tidur daripada terbang. Di sebuah sudut Jemima terlihat masih duduk sambil membaca buku tentang pernikahan. Sejak acara lamaran mereka jarang bicara. Ia sendiri kini baru selesai bermain catur dengan Biru. Sesuatu yang biasa dilakukan ketika tidak ada yang bisa dikerjakan. Perjalanan sangat membosankan.
Kini ayah dan bunda sudah berbaring. Mami juga terlihat sudah tidur. Hingga akhirnya ia mendekati Jemima.
“Belum selesai baca bukunya?”
Perempuan itu hanya melirik sebentar. “Belum, kenapa?”
“Perjalanan masih lama. Kita akan berhenti di Doha tiga jam nanti.”
“Lo mau bicara sesuatu?”
“Kita jarang bicara sekarang.”
“Iya, mami minta gue untuk tinggal di rumah. Nggak enak sama orang kalau kita tinggal bareng.”
“Gue paham.”
Kini keduanya kembali diam. Bumi menatap ke ujung sepatunya yang berwarna putih. Akhirnya ia bertanya lagi, “Apa lo berminat menjalani pernikahan seperti orang lain?”
“Gue nggak tahu pernikahan kita akan seperti apa.”
“Gue masih akan melanjutkan karir. Lo udah tahu kalau jadwal gue nggak akan berbeda setiap tahunnya. Mungkin sampai lima tahun yang akan datang. Lo yakin sanggup mendampingi gue?”
“Kenapa baru tanya sekarang? Lo tahu gue nggak punya pilihan lain.”
“Apa pernikahan ini terlalu menyiksa buat lo?”
Jemima menelan saliva. “Belum dijalanin, siapa yang bisa tahu? Gue cuma takut jadi pengangguran.”
“Lo bisa ikut gue ke mana saja.”
“Gue harus belajar untuk itu. Lo tahu gue nggak pernah jadi pengangguran sejak selesai kuliah. Bahkan satu hari pun. Dan gue nggak tahu harus melakukan apa di negeri orang. Gue nggak punya keahlian khusus. Mungkin pada awalnya akan mencoba untuk menikmati tinggal di rumah terus.”
“Kita nggak bisa bareng terus. Pekerjaan menuntut gue untuk mengabaikan lo selama beberapa hari dalam seminggu. Sepanjang hari sebelum balapan gue akan sibuk dengan latihan, Sprint race atau syuting bersama sponsor atau fans. Lo akan tetap nggak bisa di dekat gue. Kadang gue juga harus tidur di motorhome. Tempatnya sempit sekali.”
“Gue paham.”
“Paham dari mana?” Bumi tertawa kecil.
“Nonton kehidupan pembalap di youtube.”
Pria itu menatap lekat perempuan di sebelahnya. Kecerdasan Jemima memang tidak perlu diragukan. Dia sangat detail dalam menghadapi setiap masalah yang datang. Segala sesuatu dipelajari dan direncanakan dengan matang. Kecuali tentang pernikahan mereka mungkin. Itulah perbedaan terbesar yang ada selama ini.
“Lo boleh tinggal di Miami atau Monaco. Gue punya rumah di dua tempat itu.”
“Apa kita akan tinggal bersama?”
“Ya, kalau gue ada waktu sekaligus untuk menghindari pertanyaan bunda atau mami. Setidaknya kita coba dulu, kalau nanti merasa tidak nyaman kita cari solusi lain.”
“Gue akan belajar.”
“Jangan ragu menyampaikan keinginan atau keberatan lo. Semua masalah bisa selesai asal dibicarakan.”
“Akan gue ingat.”
“Ngomong-ngomong lo suka dengan cincin pertunangan kemarin?”
“Suka, terima kasih sudah membelikan.”
Bumi mengangguk. Dulu ketika yang berada di sampingnya adalah kekasihnya, dengan mudah ia akan memeluk atau melakukan hal lain. Namun, kini berbeda. Yang ada di dekatnya adalah Jemima. Yang mantan pacarnya saja cuma satu. Dan entah sudah pernah ciuman atau belum. Kembali pria itu mengenakan kacamata hitam, karena cuaca sangat terang di luar sana, lalu segera menutup mata. Perlahan ia merebahkan kepala pada punggung kursi. Masih terasa ketika tak berapa lama Jemima meletakkan bantal leher, tapi matanya sudah enggan terbuka.
***
Happy reading
Maaf untuk typo
17125
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top