1
Haaii... ketemu cerita lagi...
Kali ini BUMI DAN JEMIMA.
Kisah ini sudah tayang di Karya karsa dan juga Playstore. Silahkan mampir untuk yang tidak sabar.
Seperti biasa, slow update yaaa.
Selamat membaca. Salam hangat buat kalian semua
***
Seorang pria muda berjalan santai diiringi beberapa kru televisi keluar dari ruang make up. Dengan ramah ia membalas senyum orang-orang yang berpapasan dan sengaja menunggu sejak tadi. Usianya baru memasuki 28 tahun. Namanya Bumi Adrian. Seorang pembalap Formula 1 kebanggaan Indonesia. Kini langkah rombongan terhenti di balik dinding. Menunggu aba-aba untuk bisa masuk ruangan. Bumi membuka ponselnya sejenak. Beberapa orang masih merekam kegiatannya. Sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Di mana pun berada hidupnya tidak jauh dari kamera dan speaker yang bernyala.
Akhirnya lampu tanda ia harus masuk bernyala. Melalui Headset aba-aba terdengar oleh seluruh kru. Bumi berdiri tegak kemudian memasukkan ponselnya ke saku setelah sebelumnya mengaktifkan mode pesawat. Dengan senyum lebar sambil melambaikan tangan, sang pembalap memasuki studio. Seratus lebih orang yang sudah menunggu sejak tadi segera menyambut dengan teriakan dan tepuk tangan. Carlos sang pembawa acara tersenyum lebar dan mengulurkan tangan. Bumi segera menyambut sambil saling menepuk bahu.
Carlos : “Akhirnya kita bisa ketemu juga di sini. Berikan tepuk tangan meriah untuk Bumi Adrian.”
Terdengar kembali gemuruh tepuk tangan dan teriakan. Para penonton yang kebanyakan perempuan muda terlihat memasang senyum terbaik. Tidak sedikit influencer, model, dan juga artis papan atas duduk di area depan. Semua terpukau menatap sosok bertinggi 178 sentimeter yang seperti biasa tampil mengenakan kaos Ferrari dan celana jeans berwarna hitam. Keduanya kini duduk sambil menatap ke arah kamera.
Carlos : “Apa kabar Bumi?”
Bumi : “Baik, sehat.”
Carlos : “Bagaimana rasanya kembali ke Indonesia kali ini.”
Yang ditanya tertawa kemudian memperlihatkan senyum khas yang begitu fenomenal.
Bumi : “Seperti biasa senang, bisa kembali ke negara sendiri. Liburan akhir tahun selalu menjadi saat yang ditunggu-tunggu. Karena waktunya cukup panjang. Berbeda dengan liburan musim panas.”
Carlos : “Apa yang anda rindukan dari Indonesia?”
Bumi : “Hmmm, keluarga, suasana rumah, makanan rumah, dan kamar pribadi saya yang pasti. Ya, semacam itu lah. Bebas dari rutinitas satu tahun.”
Carlos : “Apakah selama ini rutinitas itu sangat tidak menyenangkan?”
Bumi : “Sangat menyenangkan sebenarnya. Kami sudah seperti satu keluarga. Pergi bersama, latihan, makan, berpesta setelah balapan selesai. Tapi tetap ada kerinduan untuk pulang ke rumah. Saya rasa setiap orang yang jauh dari keluarga akan merasakan itu.”
Carlos : “Kami semua bangga karena tahun ini, untuk ketiga kali anda menjadi juara. Selamat! Bagaimana rasanya?”
Bumi : “Terima kasih. Pasti bahagia, tapi yang jelas ini bukan kemenangan saya sendiri, melainkan kemenangan bersama. Karena semua adalah hasil kerja sama tim. Ada banyak orang yang terlibat dan men-support. Mereka bekerja keras untuk menyiapkan, baik itu mesin ataupun kebutuhan kami. Kami harus berpindah dari satu sirkuit ke sirkuit lain di berbagai belahan dunia yang berbeda. Dengan jeda waktu yang sedikit, kadang hanya seminggu. Ada banyak tekanan dan juga tantangan. Perubahan cuaca yang cepat, perbedaan budaya. Tekanan dari setiap pertandingan. Kondisi mobil yang kadang tidak sesuai harapan membuat banyak orang putus asa dan kecewa. Harus ada evaluasi terus-menerus. Semua memberikan kesan yang berbeda.”
Carlos : “Sadar nggak, sih, diusia 28 tahun anda sudah memiliki semua yang diinginkan anak muda. Punya karier yang bagus, penghasilan besar, bisa keliling dunia. Sampai kadang-kadang banyak yang bingung, apa yang kurang dalam diri seorang Bumi. Bisa diceritakan tentang pencapaian itu?”
Bumi : “Orang banyak mungkin tahu ketika saya sudah berhasil. Mereka tidak tahu ketika saya baru memulai karier ketika berusia 8 tahun. Dari arena Gokart, Formula 4, Formula 2 hingga akhirnya ke Formula 1. Semua melalui sebuah proses panjang. Ada banyak sesi latihan dan pertandingan. Briefing, berusaha keluar dari stres karena tekanan. Mencari jalan keluar dari rasa kecewa ketika ada masalah teknis. Saya harus melalui banyak hal sebelum menjadi seperti sekarang.”
Carlos : “Apa saja yang anda lepaskan.”
Bumi : “Sebenarnya saya tidak suka berbicara dari sisi negatifnya, tapi yang pasti masa kanak-kanak dan remaja saya hilang. Harus berpisah dari keluarga. Menahan rindu dan berusaha untuk bangkit dari keterpurukan. Karena dalam setiap pertandingan ada menang dan kalah. Itu semua mau tidak mau membuat saya lebih terbentuk menjadi sosok yang kuat. Lingkungan pertemanan juga terbatas. Tidak bisa seenaknya seperti anak muda lain menghabiskan waktu di kelab pada akhir pekan. Beruntungnya selalu ada orang yang mendampingi. Principal selalu memberikan apa yang kami butuhkan. Memberi dukungan ketika banyak hal tidak sesuai harapan. Membangun mood agar pada pertandingan berikutnya kami memperbaiki kesalahan. Harus selalu optimis.”
Carlos : “Gaya hidup kalian sangat sehat. Saya menonton dari beberapa vidio, ada olahraga rutin dan juga pemeriksaan kesehatan. Tidak pernah mabuk?”
Bumi : Tertawa keras. “Anda tahu konsekuensi jika itu terjadi? Nama saya akan langsung dicoret. Karena sangat membahayakan nyawa saya sendiri dan juga orang lain. Dalam satu kali pertandingan kami bisa melakukan 70 putaran dengan tingkat kesulitan tinggi. Kecepatan kendaraan kami dihitung dalam millisecond. Apa pun bisa terjadi dalam waktu cepat. Jadi semua harus menghindari human error yang disengaja. Mabuk tidak bisa ditoleransi.”
Seluruh studio hening. Carlos menarik nafas panjang kemudian mengembuskan pelan. Semua orang larut dalam pembicaraan.
Carlos : “Menurut anda, apa kunci kesuksesan yang anda miliki sekarang.”
Bumi : “Kerja keras dan fokus. Saya rasa semua orang seperti itu. Tidak ada sesuatu yang berhasil secara instan. Butuh strategi, kerjasama tim, dan juga keinginan untuk menaklukkan tantangan.”
Carlos : “Wow, pembicaraan kita jadi sangat serius. Sampai di sini saya yakin kenapa anda bisa menjadi juara. Tidak hanya skill yang harus disiapkan. Tetapi juga mental. Kita kembali ke pembicaraan ringan. Apa yang membuat anda rindu rumah.”
Bumi : “Masakan bunda, tanah pertanian ayah, berkuda. Mandi di sungai. Banyak lagi.”
Carlos : “Sesederhana itu?”
Bumi : “Ya, saya sudah bekerja setiap hari. Berpindah-pindah terus sepanjang tahun. Ketika libur sudah pasti saya memanfaatkan waktu dengan keluarga. Dan hal itu sangat mahal.”
Carlos : “Bagaimana hubungan anda dengan keluarga?”
Bumi : “Saya sangat dekat dengan bunda. Masakannya selalu membuat saya bisa makan banyak. Dengan ayah, lebih ke teman bicara sebenarnya. Kakak laki-laki tertua saya sangat sibuk dengan bisnis. Keluarga saya berlatar belakang pengusaha. Kebetulan kami tinggal di tanah pertanian ayah di Sukabumi. Setiap hari saya sering berkuda untuk berkeliling. Setelah capek, mandi di sungai sambil makan bekal yang dibawa dari rumah. Pulang ketemu bunda di dapur yang sedang masak. Itu pengalaman yang tidak tergantikan.”
Carlos : “Ibu anda ibu rumah tangga?”
Bumi : “Ya, bunda melepas pekerjaannya sebagai guru untuk membesarkan kami. Tapi kemudian membangun beberapa sekolah gratis sebagai tempat untuk memuaskan kerinduan mengajar. Sekarang lebih banyak terlibat dalam kegiatan sosial. Kalau saya pulang, bunda jadi lebih sering di rumah.”
Carlos : “Bagaimana dengan kekasih.”
Bumi : “Bolehkah kita tidak membicarakan itu? Buat saya sangat privasi.”
Carlos : “Bagaimana dengan gadis Indonesia.”
Bumi : “Tidak menutup kemungkinan. Gadis Indonesia sangat cantik. Bunda saya adalah contohnya.”
Keduanya tertawa. Jawaban itu segera disambut tepuk tangan penonton.
Carlos : “Kita kembali ke arena balapan. Anda dikenal sebagai salah satu pembalab yang sangat tidak emosional. Bagaimana cara mengatasi kemarahan ketika situasi sedang tidak berada dipihak anda.”
Bumi : “Saya termasuk emosional sebenarnya. Misal ketika mobil menabrak dinding pembatas sementara pertandingan sedang berlangsung. Instruksi dari paddock yang tiba-tiba berubah sementara kita sudah siap-siap. Atau ketika mesin saya bermasalah. Saya harus berhenti, sementara sebenarnya berharap bisa kembali masuk ke sirkuit. Kalau anda pernah mendengar teriakan atau makian saya di radio pasti paham. Tapi itu semua off the record. Hanya saya dan tim di paddock yang mendengar. Sayangnya setelah itu saya selalu diikuti oleh kamera dan semua membuat saya memiliki keterbatasan. Bayangkan bagaimana bisa marah kalau ada kamera yang terus-mengerus menyorot dengan speaker yang menyala. Setiap kesalahan akan segera menjadi tontonan orang banyak. Ulasan di media bisa membuat siapa pun frustasi. Meski pada akhirnya terlupakan dalam beberapa hari karena semua orang sibuk menyiapkan balapan selanjutnya. Tapi rasa kecewa tidak akan hilang dalam sekejap.”
Carlos : “Sesedih itu?”
Bumi : “Ya!”
Carlos : “Apa yang anda inginkan setelah pertandingan usai?”
Bumi : “Mabuk mungkin. Agar bebas dari tekanan pertandingan. Bisa menjadi diri sendiri bersama teman-teman. After party selalu menyenangkan.”
Carlos : “Kenapa?”
Bumi : “Sebagai pembalap saya tidak memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan. Ada banyak aturan yang harus ditaati setiap hari dan berlangsung sepanjang musim. Latihan kebugaran di bawah pengawasan instruktur, jumlah kalori yang boleh saya makan. Mengikuti briefing untuk mengatur strategi, wawancara dengan media dan games untuk promosi. Para penggemar selalu ingin tahu tentang saya, apa yang saya lakukan sejak pagi. Dengan siapa saya makan siang. Satu-satunya waktu yang kami miliki untuk melupakan semua hanya setelah pertandingan selesai. Dan itu menjadi saat yang menyenangkan.”
Carlos : “Ini keluhan?”
Bumi : “Bukan, ini kenyataan. Orang lain menatap kami dari sisi yang berbeda. Anda bayangkan kami harus selalu tersenyum, hidup untuk ditonton dunia. Mau bicara dengan kekasih melalui telepon kadang sulit karena bisa saja didengar oleh semua orang. Setiap bertemu orang langsung memvidiokan atau meminta foto bersama tanpa ijin. Kami tidak memiliki kehidupan pribadi. Karena itu saya senang ketika pada akhir musim bisa kembali ke Indonesia selama beberapa bulan. Kesempatan untuk mengisi energi baru.”
Carlos : “Apakah nanti ada rencana liburan dengan keluarga?”
Bumi : “Pasti, liburan akhir tahun kami selalu bersama.”
Carlos : “Apakah pada saat itu nanti anda akan menyetir?”
Bumi : Tertawa lebar. “Jarang, saya tidak suka menyetir dalam kemacetan dan jalanan yang padat dalam waktu lama. Kami menggunakan supir, atau kakak laki-laki saya, Mas Biru yang menyetir untuk kami. Saya lebih suka menyetir di sirkuit. Rasanya ingin selalu menekan pedal gas sedalam-dalamnya dan itu sangat berbahaya di jalan raya.”
Seseorang memberi tanda bahwa pembicaraan harus diakhiri.
Carlos : “Tidak terasa waktu kita hampir habis. Yang terakhir, apakah ada pesan untuk anak muda yang ingin berkarier seperti anda?”
Bumi : “Jika memimpikan sesuatu dan ingin menggapainya, kadang kita harus melepas mimpi yang lain. Bagi saya pribadi, sulit untuk meletakkan kaki pada dua tempat. Karena itu belajarlah untuk selalu fokus pada satu hal.”
Carlos : “Terima kasih Bumi atas kunjungannya. Lain kali kita bertemu lagi.”
Bumi : “Sama-sama. Terima kasih.”
Lampu studio mulai meredup. Beberapa petugas keamanan segera menghadang penonton yang ingin menyerbu. Semua orang sudah siap dengan ponsel di tangan. Bumi melayani dengan ramah. Beberapa pengawal pribadi yang disiapkan segera berdiri tidak jauh dari sang bintang. Bagi Bumi tidak masalah kalau hanya berfoto dan memberi tandatangan. Yang tidak dia suka adalah, jika para perempuan itu mulai mencium dan merangkul. Ia merasa jengah! Apalagi mereka tidak dekat sama sekali. Dengan spidol di tangan ia mendekati para penonton di bagian depan. Menandatangani foto, topi, dan lainnya.
Karena sudah terbiasa Bumi bisa segera lolos. Ia berjalan perlahan menuju pintu keluar sambil terus berfoto dan memberi tandatangan tanpa terkesan menghindar. Trik ini biasanya cukup sukses. Tidak ada yang menghalangi jalannya. Dengan mudah ia akan pindah dari sisi kanan ke sisi kiri, atau sebaliknya. Dengan begitu fans tidak akan terlalu kecewa. Apalagi petugas dan pihak pengawal ikut mendesak dari arah belakang. Tidak ada insiden yang membuat orang lain terluka. Itulah yang diinginkan Bumi. Begitu keluar, ia segera naik kendaraan pribadinya, Ferrari berwarna merah menyala. Putra bungsu Langit itu juga tidak menggunakan kaca gelap, sehingga semua orang menyadari kehadirannya. Ketenaran dan kemenangan tidak mengubah kepribadiannya. Tetap menjadi Bumi yang sederhana.
***
Alea dikejutkan oleh sebuah pelukan erat dari belakang.
“Bumi!”
“Bunda, Bumi kangen.” bisik sang anak bungsu sambil mencium pipinya.
Perempuan bertubuh mungil itu berusaha melepaskan, sayang tangan kekar Bumi malah mempererat pelukan mereka. “Nanti bunda nggak bisa nafas.”
“Bawang gorengku mana?”
“Itu ada di toples.”
Bumi segera beranjak ke atas meja. Meraih setoples bawang goreng. “Kangen banget makan ini.”
“Kamu yang bilang, tidak boleh makan yang banyak minyak.”
“Dilarang Bun. Ayah mana?”
“Sedang ke Jakarta, ada rapat dengan Mas Bi.”
“Tahu begitu, aku pulang bareng tadi.”
“Ayahmu nggak akan mau naik mobilmu. Nggak nyaman katanya.”
“Nasi mana bun?”
“Mau makan sekarang? Itu ada tumis bunga pepaya, buatan Bu Rianti.”
“Wah, enak itu. Ima masih sering kemari Bun?”
“Kemarin hari Sabtu, dia yang bantu ibu membuat bawang goreng. Lebih telaten kalau di dapur.”
“Dia masih kerja di Bank?”
“Sudah tidak, sekarang di perusahaan coklat. Posisinya lumayan. Ayahmu dan Bi pernah menawarkan untuk bekerja di perusahaan kapal kita, tapi ditolak.”
Bumi hanya mengangguk. Jemima adalah putri tidak resmi dari ibunya. Bahkan dibandingkan istri Mas Bi, bundanya jauh lebih dekat dengan Jemima. Mungkin karena sudah mengenal perempuan itu sejak kecil. Tanpa bertanya lagi pria itu lebih memilih duduk dan mengambil sedikit nasi.
***
Happy reading
Maaf untuk typo
26924
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top