2 | Dipenggal oleh Ekspektasi

Dulu, menatap dewasa adalah ramai. Namun nyatanya, kini menetap jadi dewasa adalah sepi. Benar, hidup memang tidak melulu patuh pada ekspektasi. Terkadang harus mendapat kecewa agar hidup tidak melulu stagnan. Hari-hari berlalu tanpa adanya kenyamanan. Kesendiranku semakin dijajah oleh rasa sepi. Kukira hidup tidak akan berhenti dalam sunyi, namun nyatanya terlalu dangkal untuk jumawa pada takdir ini.

Dalam dewasa, mereka yang hadir hanya sekedar untuk singgah, bukan menetap seperti mereka yang dulu waktu kecil selalu nyaman bermain denganmu. Hidup menjadi dewasa terus menuntut kita untuk menjadi peribadi yang mandiri, tidak bergantung seperti benalu. Karena saat dewasa datang, kita harus berdiri dengan kaki sendiri tanpa ada yang memegangi.

Hidup kadang terkesan jahat. Tapi itu merupakan suatu kesalahan dalam hal mengotak-atik logika. Justru, dengan kejam kita bisa semakin kuat, menuntut pada diri bahwa kita harus bisa tanpa adanya kata henti. Menjadi dewasa, tidak selamanya menakutkan. Hanya saja, menjadi dewasa, menginginkan kita untuk sadar, bahwa semuanya tidak lagi bisa semena-mena dulu. Kita mulai memiliki tanggung jawab yang diemban, prinsip yang dijaga, dan pembelajaran yang harus dipikul.

Enaknya menjadi dewasa, justru memberikan peluang bagi kita untuk menyetir hidup sesuai dengan yang dikehendaki. Tidak melulu dicekoki agar tak salah lagi. Tapi itulah tantangannya, dalam hal memilah dan memilih, terkadang masih saja salah pilih. Maka itu, kita harus terus berhati-hati. Karena hidup, semakin menuntut kita untuk cerdik dalam setiap situasi dan kondisi.

===

Fina Sundari | 15 November 2020

===

Instagram: finasundari___ & sundari.journal

Ketjup jauh💛

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top