The Beauty of Blood

”Merah adalah warna yang paling cocok denganmu, Scarlett.”

Orang-orang selalu mengatakan hal semacam itu padaku. Jawabanku selalu sama. “Iya, terima kasih. Aku memang suka warna merah.” Lagi pula, apa lagi yang bisa kukatakan selain itu?

Aku tidak mau bercerita kalau aku mencintai warna merah karena terpesona pada darah. Mereka pasti akan mengataiku aneh. Namun, bukankah justru mereka yang aneh? Tidakkah mereka terpikat dengan keelokannya? Aku selalu merasa puas ketika mematut diri di depan cermin dengan pakaian bernuansa merah darah. Parasku tampak segar dan bersinar. Tidakkah orang-orang merasakan ketertarikan yang sama? Tidakkah pernah terpikirkan oleh mereka untuk menciptakan sesuatu yang mereka cintai melalui darah?

Jiwaku menghabiskan hari-harinya dengan memimpikan siasat-siasat baru untuk memuliakan keindahan darah. Antusiasme itu semakin menggerogoti dan memerangkap akalku. Aku terjebak pada fiksasi yang mekar tak terkendali.

Akhir-akhir ini, setelah muak pada kegagalanku dalam menciptakan pahatan yang mencitrakan seni yang kuingini, aku menemukan preferensi yang tepat sekali, yakni sebuah lukisan. Ah, membicarakannya saja sudah membuatku merinding gembira. Aku membunuh kelinci mungilku minggu kemarin, menggunakan darahnya untuk menciptakan sebuah mahakarya. Itu lukisan yang luar biasa! Aku kecanduan. Ini terlampau menyenangkan. Tikus, kucing, burung, aku sudah mencoba darah semua hewan itu. Lukisanku kini tak hanya satu. Akan tetapi, ini belum cukup!

Aku ingin memamerkan goresan tanganku. Orang-orang harus tau keindahan absolut dari darah. Persetan dengan omongan bahwa ini seni yang kelewat tabu. Aku ingin membuat sebuah pameran. Sebuah ekshibisi spektakuler, di mana gairah-gairah manusia sepertiku dapat dibangkitkan, sampai-sampai semua orang merasakan bara gelora yang sama sepertiku. Untuk itu, aku butuh satu adikarya terakhir, pelengkap koleksi dari keelokan yang paripurna ini. Aku butuh sesuatu yang lebih luar biasa. Seperti … darah manusia! Ya, ya. Aku bisa menggunakan darah seseorang untuk menggenapi afeksiku.

Ah, apa ini yang disebut obsesi? Aku bisa tertawa sampai gila saking senangnya. Aku tidak sabar …. Setelah ini, semuanya akan menyaksikan dunia yang sama sepertiku, kan?

______

Cermin by maev_exzth

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top