Manisku
Clea berlari di tengah rimbunnya pepohonan, tidak peduli ranting-ranting yang menusuk kakinya ataupun dedaunan yang menggores wajahnya. Dia menggerakkan kaki secepat yang dia bisa, entah semakin masuk kedalam hutan ataupun keluar dari hutan, tidak satupun terbesit dalam pikirannya.
Sementara Clea berlari membabi-buta, darah merembes dari punggung, lengan, dan kaki ke pakaiannya sebelum terjatuh ke dedaunan, meninggalkan bercak yang terlihat samar dalam pekatnya malam hari.
Ini melelahkan, Clea mulai kehabisan napas, dia berhenti lalu melihat sekelilingnya. Napasnya terputus-putus, jantungnya berdetak tak karuan, dia telah mencapai batasnya, sekujur tubuh Clea basah oleh darah bercampur keringat, bau anyir memenuhi hidung Clea, dia mendengus pelan lalu terduduk di balik pohon besar.
Telinganya berdengung kencang, menutupi lolongan serigala di kejauhan. Clea sempat bertanya-tanya, dari panjangnya hidup yang telah dia lalui, apakah akan berakhir seperti ini? Entah bagaimanapun dia berjuang, tampaknya itu sia-sia saja.
Srak ... srak ....
Suara langkah kaki terdengar begitu jelas di hutan yang sunyi. Seorang pria jangkung mengambil dedauan dengan bercak merah ke kantong yang dia bawa disepanjang jalan. Dia memandangi darah di daun itu lekat, lalu tertawa kecil.
"Ah ini merepotkan, kamu sungguh membuatku khawatir." Segera setelahnya, dia berlari meninggalkan kantong yang dia bawa ketika melihat fajar yang akan segera tiba.
"Apakah ini karena pria itu lagi?! Sudah berapa kali ibu bilang, fokus saja pada kuliahmu, tidak perlu memikirkan hal yang tidak berguna!"
"Clea kenapa kamu tidak mendengarkan ku? Aku kecewa padamu."
"Ibu lihat skor ujianmu turun dari ujian kemarin, apakah ada yang mengganggumu?"
"Sepertinya memenangkan tempat pertama dikelas tidak sesulit yang kupikirkan. Lihat, aku bahkan tidak melakukan apapun untuk membuatnya terlihat begitu depresi."
"Kemarilah, manisku."
Telinga Clea terus berdenging ketika dia membuka matanya perlahan, sekujur tubuhnya terasa sakit, namun Clea tetap diam lalu dia menutup matanya lagi dan bernafas perlahan.
"Kamu hampir berhasil kali ini, kamu bahkan membuatku khawatir dan berlari kepadamu." Seorang pria jangkung tertawa kecil sambil membawa Clea. Dia menghela napas dan melihat wajah Clea.
"Apakah kamu ingin kembali?"
"...."
"Jawablah, berhenti berpura-pura."
"... iya."
________
Cermin by Merlin_Fian
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top