Cloud 9
Sembilan. Aku sangat menyukai angka sembilan. Tanggal dan bulan lahirku juga sembilan. Sayangnya tahunnya tidak. Andai saja aku bisa mengatur kapan aku mau lahir. Aku sangat terobsesi dengan angka sembilan. Hampir semua yang kulakukan akan kuulangi sebanyak sembilan kali atau kelipatannya. Jika tidak, aku bisa gelisah, cemas bahkan stress sepanjang hari.
Jika penyakitku kambuh, orang-orang yang melihat akan berpikir aku orang yang aneh, termasuk keluargaku sendiri yang bahkan sudah tahu penyakit anaknya. Tapi tidak dengan dia. Dia tidak mengganggapku aneh. Aku mengenalnya setahun yang lalu, saat aku pindah ke kos ini. Lalu, perlahan kami menjadi dekat saat aku tidak sengaja mengetahui rahasianya. Aku pun juga memberitahu penyakitku padanya. Dia tidak menjauhiku. Dia bilang, aku istimewa seperti dirinya. Dia selalu membantuku.
Suatu hari aku tidak sengaja menabrak kucing dengan motorku. Kucing itu mati di tempat. Masalahnya, aku tidak bisa tenang sebelum aku mengulanginya sebanyak sembilan kali. Aku selalu cemas dan ini sangat menyakitkan. Untung saja, ada dia yang selalu membantuku. Sudah berhari-hari, tetapi baru delapan kucing yang berhasil kutabrak sampai mati. Kurang satu lagi.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sepertinya jalanan sudah mulai sunyi. Aku berharap bisa menghentikan kecemasan ini. Malam ini. Aku pergi ke kamarnya untuk memintanya menemaniku. Seperti biasa, aku melihat banyak noda merah di lantainya. Lagi. Bahkan kali ini baju putihnya juga ikut ternodai.
"Kamu mau menemaniku?" Dia mengangguk sambil tersenyum lebar.
Malam semakin larut, tapi aku belum menemukan kucing untuk ditabrak. Dia juga terus menggerutu minta pulang. Akhirnya aku menyerah. Sepertinya malam ini pun aku belum bisa tidur dengan nyenyak.
"Lihat ada anak kecil sendirian di sana! Ayo kita ke sana! Cepat!"
Aku melihat ke arah yang dia tunjuk. Dia terus memukul dan menggoyangkan badanku. Aku tidak bisa fokus melihat jalan, motor yang kukendarai oleng dan menabrak sesuatu.
"AAAAHHHHH!!!"
Aku sudah menabrak seekor kucing. Kucing itu mati. Akhirnya, sudah sembilan kucing. Tapi sepertinya kecemasanku semakin parah. Aku melihat tubuh wanita tergeletak mengenaskan di samping kucing itu. Aku tidak sengaja juga membunuhnya. Aku harus kembali mengulanginya sebanyak sembilan kali. Lagi.
"Kamu akan selalu membantuku kan?"
"Iya. Aku akan selalu membantumu." Dia tersenyum lebar sambil mengangkat pisaunya.
________
Cermin by dithdithxx
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top