19. Sick

"Apa Anna menanyakan sesuatu padamu selama aku pergi?" tanya Jimin seraya menatap Taejoon yang sibuk mengaduk bubur buatan Anna. Usai mengantarkan makanan untuk suaminya, wanita itu bergegas keluar meninggalkan dua pria di sana.

Tanpa menjawab, Kim Taejoon hanya sibuk dengan bubur di tangan dan bersiap untuk menyuapkan satu sendok penuh pada mulut Jimin. "Sialan! Aku bisa makan sendiri!" sebal Jimin, lantas meraih mangkok bubur dari tangan sahabatnya.

Taejoon berdecak. "Pelan-pelan, Bodoh! Ingat, selang infus masih menancap di tangan sialmu!" sahut Taejoon membuat Jimin menyadari rasa perih yang menjalar akibat terlalu bersemangat meraih mangkok bubur. Yang tengah kesakitan akhirnya berdesis pelan, lalu menyerahkan kembali mangkok pada sahabatnya dengan wajah cemberut. "Suapi aku!" dengan nada kesal. Ia benci diperlakukan seperti bayi, tetapi juga selalu ingin dimanjakan setiap kali sedang sakit.

Tak kalah kesal, si lawan bicara meraih mangkok yang sejak tadi berpindah-pindah tangan itu. ia mengaduk dengan kesal, lalu menyuapkan satu sendok penuh pada Jimin. Pria itu menerima dengan sedikit terpaksa. Sebab ada perasaan geli diperlakukan seperti bayi oleh sahabatnya di mana mereka biasa melakukan hal-hal dewasa bersama.

"Dua hari yang lalu, Anna datang ke kantor untuk mencarimu," ucap Taejoon mulai bercerita. Jimin terkejut mendengarnya, lantas buru-buru menelan bubur di dalam mulutnya.

"Lalu kamu bilang apa sama dia? Kamu enggak bilang kalau aku pergi mencari Sera, kan?" Jimin bertanya khawatir.

Taejoon menggeleng, lalu berkata, "Aku cuma bilang enggak tahu. Terus aku bicara beberapa hal random dengan sedikit menggodanya untuk buat dia kesal dan segera pergi. Seperti yang biasa kamu lakukan."

"Berengsek! Cuma aku yang boleh godain Annastasia dan buat dia kesal!" marah Jimin merespon ucapan Taejoon.

Namun, adik Seojoon itu justru terkekeh mendengarnya. "Kenapa? Kamu takut ada orang lain yang lihat wajah cantiknya saat marah dan kesal?"

Sial! Jimin membuang muka. Semua yang dikatakan Taejoon seratus persen benar. Ia bahkan tidak bisa mengelak karena baginya Annastasia akan selalu terlihat cantik dalam keadaan apapun. Namun, ia merasakan ada getaran berbeda saat melihat wanita itu kesal karena ulahnya. Rasa egoisnya membuat ia tidak suka saat ada orang lain yang merasakan perasaan yang sama saat menatap wanitanya—istrinya.

"Ada apa, Hwang Jimin? Kenapa wajahmu merah begitu? Jadi ... apa perasaan itu masih ada, Tuan Denial?"

*****

"Anna ...." Suara berat milik Taejoon membuat Anna mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Lelaki itu berjalan menghampiri Anna yang tengah menyibukkan diri di ruang tengah. Ia berusaha mengalihkan rasa penasaran terhadap obrolan dua pria yang kini salah satunya tengah berdiri di hadapannya.

"Ada apa, Tae? Jimin butuh sesuatu?" tanyanya merespons. Yang ditanya justru menggeleng. Pria itu menjilat bibir bawahnya dengan wajah bingung. Terlihat ragu akan hal yang hendak ia sampaikan.

Kini Anna memutar posisi tubuhnya agar menghadap ke arah Taejoon—menunggu pria itu berbicara. Taejoon berdehem sebelum berkata ragu-ragu. "A-apa kamu ... me-me—"

"Kamu mau pulang, ya? Kayaknya aku butuh bantuanmu lebih lama lagi untuk temenin Jimin, karena sebentar lagi aku harus pergi." Anna berkata panjang lebar memutus ucapan Taejoon. Wanita itu tahu ke mana arah pembicaraa sahabat suaminya itu, dan ia tak ingin membahas lebih jauh perihal perasaan Jimin.

Maka yang Taejoon lakukan hanya mengangguk dengan mata berkedip beberapa kali. Ia terlihat bingung dengan situasi di hadapannya. Bukannya Anna tidak mau mendengar pendapat Taejoon tentang itu, tapi ia merasa cukup tahu diri. Ia tidak pantas untuk tahu bahkan ikut campur perihal hubungan Jimin dengan kekasihnya, mengingat status pernikahan mereka hanya sementara. Bahkan sejak awal mereka sepakat agar Anna menerima hubungan Jimin dan Sera. Maka apapun yang terjadi antara Jimin dan Sera, ia merasa tidak berhak untuk tahu.

"Maaf merepotkanmu, Tae. Aku ada rapat mendadak dan harus pergi sekarang." Taejoon hanya mengangguk, memperhatikan Anna yang tengah bergerak tidak beraturan. Terlihat gugup dengan tangan yang meraih dokumen secara acak yang tercecer di atas meja. Ia tidak bisa lebih lama lagi berada di situasi ini.

"Tunggu, Anna. Sebelum pergi ... ada yang mau aku bicarakan." Ucapan Taejoon seketika menghentikan pergerakan tangan Anna. Wanita itu menoleh, lalu mengangguk. Mempersilakan pria itu untuk duduk di sebelahnya.

Mengurai kegugupan, Taejoon mencoba untuk berdehem sebelum mulai berbicara. "Begini ... kamu tahu, 'kan, hubungan Jimin dan ... Sera?"

Mendengar namanya Anna merasa nyeri. Namun, ia mencoba tenang dengan mengangguk santai. "Aku cukup tahu, dan engga tertarik untuk tahu lebih jauh lagi," ujarnya.

Pria Kim itu mengangguk paham "Tapi, Anna, boleh aku minta sesuatu?" tanyanya hati-hati.

Jujur saja penasaran. Namun, Annastasia tetaplah Annastasia. Gadis angkuh yang enggan terlihat lemah di mata yang menurutnya adalah lawan. "Tahu diri lah, Kim Taejoon! Kenapa kamu harus meminta sesuatu dariku?"

Kini Taejoon memutar bola matanya. "Sekali ini saja. Dengarkan aku, kumohon ... apapun yang terjadi, jangan tinggalkan Hwang Jimin," ujar Taejoon sedikit berhati hati.

Anna terdiam. Sama sekali ia tidak menyangka akan mendengar itu dari mulut seorang Kim Taejoon—sahabat suaminya. Selama ini ia kira Taejoon mendukung hubungan Jimin dan Sera hingga mati-matian membantu pria itu menyembunyikan hubungan gelapnya.

"Kumohon, Anna. Cukup satu kali aku melihat kehancuran Hwang Jimin karena ditinggalkan olehmu. Jangan lagi."

Anna membola. "Tapi, Tae, kamu tahu 'kan, dia punya pacar? Aku enggak cukup gila untuk mencintai kekasih orang!"

"Apapun keadaannya, dia suamimu, Anna!"

Tak mau kalah, Anna turut meninggikan suara meski tertahan. Ia tak mau Jimin terbangun mendengar keributan ini. "Suami apanya? Kamu tahu, kan—"

"Sebentar lagi," sela Taejoon. "Sebentar lagi aja, Anna. Aku janji akan beresin semuanya. Jadi kumohon, bertahanlah di sampingnya sebentar lagi aja," lanjutnya berkata dengan sungguh-sungguh. Hal itu benar membuat Anna kebingungan. Ia bertanya-tanya apa maksud pria ini berkata demikian. Namun, ia juga terlalu bingung akan perasaannya kali ini. Ada debaran asing yang ia rasakan di dalam dada saat mendengar ucapan Taejoon.

Sekuat tenaga ia berusaha menepis perasaan itu. Namun, hanya satu permintaan Taejoon sudah membuat hatinya kembali luluh. Haruskah ia kembali menjatuhkan hatinya untuk Hwang Jimin? Lalu bagaimana dengan perjanjian itu? Bagaimana dengan Choi Sera? Anna terlalu bingung dan juga takut untuk menghadapi semuanya. Kekhawatiran akan mengulang kepedihan terdahulu lebih mendominasi. Dapatkah ia memperbaiki kesalahannya terdahulu? Atau hanya kepedihan yang akan ia rasakan lagi.

"Jadi bagaimana, Annastasia? Perasaan itu ... masih ada, kan?" Taejoon bertanya sekali lagi. Kali ini suaranya pelan sekali setengah berbisik di telinga kanan Anna. Membuat wanita itu agaknya merinding dan membeku beberapa saat. Lalu ia segera menggeleng untuk menyadarkan dirinya.

"Aku enggak ngerti kamu ngomong apa, Kim Taejoon." Ia tidak boleh lengah. Tidak lagi.

Tbc ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top