Verso #4

Dilema Kecilku di Musim Hujan
By AtaraMahadewa


Siang hari di Pulau Samudra Biru kali ini diwarnai oleh hujan yang turun cukup deras. Berbekal sebuah payung, aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di Kawasan Bisnis sebelum pergi menuju gedung kantor cabang SMART Tech Groups. Bunyi gemericik dari air hujan yang jatuh ke tanah terdengar cukup mendayu-dayu di telingaku.

"Tampak kali ini sudah memasuki musim hujan di Indonesia," gumamku pelan sambil melirik ke arah langit berwarna abu-abu kehitaman.

Semenjak pindah dari Jepang demi melanjutkan studiku di tempat ini, aku mulai terbiasa dengan cuaca serta musim yang ada di sini. Meskipun begitu, tubuhku ini masih belum terbiasa dengan suhu wilayah tropis sehingga aku sedikit kesulitan beradaptasi.

Setelah selesai berjalan-jalan, aku menyempat diri untuk mampir ke salah satu kafe yang ada di kawasan ini. Secangkir minuman hangat langsung kupesan untuk menghangatkan diri di cuaca yang cukup dingin kali ini. Aku bergegas menempati salah satu bagian meja yang menempel di kaca jendela kafe tersebut untuk menikmati minumanku.

"Menikmati secangkir minuman hangat setelah berjalan-jalan sebentar di saat udara dingin terasa begitu nikmat," ucapku dengan nada pelan agar tidak mengganggu suasana di dalam kafe.

Pemandangan hujan di kawasan bisnis begitu indah layaknya sebuah lukisan. Genangan air hujan yang terbentuk terlihat seperti sekumpulan cermin kaca. Jalanan yang basah seakan menunjukkan sisi lain dari kawasan ini.

Sebuah suara kecil dari ponsel yang ada di dalam saku bajuku langsung memecah keheninganku. Aku mendapati sebuah notifikasi pesan masuk setelah mengeluarkan ponsel tersebut dari dalam saku.

"Ada pesan dari Ridwan. Sebaiknya aku lihat isi pesan yang dikirimnya."

Secepat mungkin aku menyentuh notifikasi tersebut untuk membuka pesan dari Ridwan. Pesan tersebut langsung terbuka seketika itu juga. Aku segera membaca isi pesan tersebut secara teliti agar tidak ada yang terlewatkan.

Yuuki, aku harap kamu baik-baik aja saat ini. Aku ingin sedikit membahas soal proyek bersama kita, Proyek Andalusia. Saat ini, perkembangan dari proyek itu berjalan cukup baik seperti yang kita harapkan. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu aku sampaikan kepadamu secepatnya. Sebuah hambatan cukup besar sempat muncul ditengah-tengah proses pengembangan OS-AI (Operating System-Artificial Intelligence). Beberapa data yang ada pada purwarupa AI milikmu yang masih sulit untuk diterjemahkan sehingga proses pengembangan tidak berjalan maksimal. Aku berharap kamu bisa membantuku dalam menerjemahkannya.

Setelah membaca pesan tersebut, aku sedikit teringat soal data-data yang berkaitan dengan purwarupa AI milikku tersebut. Beberapa data tersebut masih berupa data yang bersifat cukup kompleks sehingga orang yang masih awam akan sulit untuk menerjemahkan data tersebut.

Aku langsung bergegas menuju tujuan akhirku tatkala selesai menikmati minuman hangat yang dipesan tadi. Hujan yang masih begitu deras langsung aku terobos demi mencapai gedung kantor cabang SMART Tech Groups yang berada tidak begitu jauh dari kafe tempat singgahku tadi.

Sesampainya di tempat tujuan, aku segera menaiki lift untuk naik ke lantai delapan di mana ruangan yang ingin aku tuju berada. Saat keluar dari lift di lantai delapan, diriku langsung disambut oleh seseorang yang tidak begitu asing bagiku.

"Ah selamat siang, Nona Muda."

"Selamat siang juga, Chihaya. Bagaimana dengan kondisi semua unit server kali ini?"

"Semua unit server dalam kondisi baik dan beroperasi secara optimal seperti biasanya."

"Baguslah kalau begitu. Lalu, bagaimana dengan koneksi jaringan dengan server utama di Jepang?"

"Koneksi jaringan dengan server utama masih terhubung dengan cukup baik meskipun dengan cuaca hujan yang deras ini."

"Bisakah kirimkan laporan mengenai hal tersebut ke tempatku? Aku ingin mengetahuinya secara detail."

"Tentu saja, akan aku kirimkan nanti."
Setelah selesai berbicara dengan Chihaya, aku bergegas masuk ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tanda hologram bertuliskan 'Ichinose Yuuki' pada ambang pintu. Aku langsung duduk di sebuah kursi yang berada di ujung ruangan tepatnya berdekatan dengan jendela kaca.

"Sebaiknya aku segera menerjemahkan data tersebut agar Ridwan tidak kesulitan nantinya," ungkapku sambil mengaktifkan tampilan holografik sebanyak 3 buah untuk mulai melakukan penerjemahan data yang dibutuhkan oleh Ridwan.

Jari jemariku bergerak sangat cepat dan gesit di atas keyboard virtual yang seakan-akan seperti sedang menari-nari dengan indahnya.Tidak hanya itu, mataku bergerak cukup lincah saat melihat baris demi baris data layaknya sebuah scanner yang tengah memindai semua isi data yang aku terjemahkan secara teliti.

Tanpa terasa waktu sudah berlalu cukup cepat semenjak aku mulai menerjemahkan data yang diperlukan Ridwan untuk proses pengembangan OS-AI yang sempat mengalami hambatan. Aku segera mengirimkan data hasil terjemahanku ke Ridwan dengan harapan data tersebut dapat membantu dirinya.

"Akhirnya selesai juga. Walaupun begitu, aku masih bingung soal jurnal penelitian yang masih harus aku selesaikan secepat mungkin," dengusku sambil menyandarkan tubuhku di kursi dan menatap kosong tampilan holografik yang ada di mejaku.

Di saat aku tengah menatap kosong tampilan holografik yang ada, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras. Menyadari hal itu, aku segera menyadarkan diri dari lamunanku.

"Yuuki, bolehkah aku masuk?"

"Masuklah, Kak Rui."

"Sepertinya kamu sedang dilema dengan jurnal penelitianmu itu, bukan?" tanya Kak Rui sambil masuk ke dalam ruanganku.

"Ya kurang lebihnya begitu."

"Apakah kamu sudah melanjutkannya?"

"Masih belum sama sekali."

Kak Rui langsung duduk di salah satu kursi kosong masih tersedia. Kursi tersebut berada tidak jauh dari mejaku saat ini.
"Hmm, sudah berapa lama kamu tidak melanjutkan jurnal itu?"

"Sudah sekitar 3 minggu aku tidak melanjutkannya."

"Sudah 3 minggu ya? Tampaknya memang terlihat cukup berat juga."

"Mau bagaimana lagi, Kak Rui. Topik penelitianku kali ini cukup kompleks jadi aku merasa cukup dilema saat bingung untuk melanjutkannya."

"Kalau aku ingat kembali, topik penelitianmu kali ini adalah penerapan kecerdasan buatan kedalam sistem jaringan informasi terintegrasi."

Aku hanya bisa membalas ucapan kak Rui tersebut dengan sebuah anggukan kecil. Topik tersebut sengaja aku pilih demi dapat mengembangkan sistem jaringan informasi terintegrasi milikku yaitu, Nanairo Integrated Network.

"Kak Rui pasti tahukan soal tujuan utama dibalik pilihanku itu, bukan?"

"Tentu saja. Bagaimana mungkin aku tidak tahu soal keinginanmu untuk mengembangkan Nanairo Integrated Network yang berhasil kamu ciptakan itu."

"Walaupun begitu, aku masih belum bisa keluar dari dilema yang melandaku saat ini."

Kak Rui hanya bisa menghela nafas cukup berat setelah mendengar perkataanku tadi. Dia merasa bahwa aku terlalu berat memikirkan soal jurnal penelitian milikku itu.

"Mengenai bagian kecerdasan buatan, mungkin aku bisa membantumu semaksimal mungkin. Sementara itu, kamu tetaplah mencoba untuk mencari solusi yang bisa digunakan sebagai jembatan dalam penerapannya," saran Kak Rui sambil berjalan menghampiriku.

"Jadi, Kaak Rui sungguh akan membantuku untuk melanjutkan jurnal penelitianku itu?"

"Tentu, aku tidak ingin melihatmu terus terpuruk dalam dilema yang kamu hadapi saat ini. Terlebih lagi, jurnal penelitianmu akan berguna suatu saat nanti."

Seketika itu juga, hatiku merasa sangat senang mendengar kak Rui akan membantuku dalam melanjutkan jurnal penelitianku tersebut. Aku langsung memeluk Kak Rui sambil sedikit meneteskan air mata karena dapat terlepas dari belenggu dilema yang aku hadapi hingga saat ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top