rencana



MEMILIKI rencana yang bisa dikatakan bodoh, Harkasa meyakinkan dirinya sendiri untuk mulai melepas Laras. Dia tahu rumah tangganya dengan Laras sudah tidak bisa diharapkan lagi. Ketidaksehatan itu sudah berlangsung semenjak dua tahun pernikahan berjalan.

Laras sebagai perempuan, tahu ada rahasia yang ditutupi sang suami. Bahkan parahnya, Harkasa selalu terlihat segar, bungah, bahagia setelah datang dari luar rumah.

"Kamu senang banget, ya, Mas habis ngejar deadline restoran baru kamu?"

Laras sengaja memantik perdebatan dalam dengan Harkasa.

Bersedekap tak suka, Laras mendekati suaminya yang sengaja mengalihkan diri. Selalu seperti itu. Bagaimana bisa memberi cucu untuk kedua belah orangtua, jika yang dilakukan Harkasa adalah sibuk sendiri diluaran sana.

"Mas!!! Aku enggak ngomong sendiri, lho. Aku ngajak kamu ngomong!!!"

Harkasa menyimpan emosinya yang menggelegak karena diprovokasi seperti itu oleh Laras.

"Kamu mau ngomong apa, ayo. Aku layanin."

Decih keras muncul dari bibir Laras.

"Aku tahu, ya, Mas. Kerjaanmu yang sering enggak pulang itu buat nemuin perempuan lain!" ucap Laras menggebu. "Apa enggak terlintas dipikiranmu, Mas. Ada aku! Istri kamu! Yang nunggu di rumah dengan cemas."

Harkasa tahu sikapnya ini menunjukkan sisi pengecut. Dia masih mempertahankan keduanya sedangkan sudah pasti Laras tidak sebodoh itu.

"Maaf, Ras."

Laras yang sudah terlanjur emosi tidak mengerti kenapa ucapan maaf Harkasa malah seperti mengakui semua fakta yang Laras tuduhkan.

"Siapa perempuan itu, Mas?! Siapa???!!!"

Harkasa tidak akan memberikan ruang bagi Laras untuk menyakiti Berlian. Tidak. Selama Harkasa mampu, dia akan melindungi Berlian yang rapuh itu. Apalagi, rencananya untuk mempertahankan Berlian dengan membuat perempuan itu hamil lagi sudah mulai berjalan.

Apa pun alasannya, Harkasa sadar, perhatiannya tercurah sempurna untuk Berlian. Mau dikata seperti apa pun, hatinya memang beralih untuk Berlian. Perempuan yang tanpa sadar sudah dia sakiti dengan tanpa sengaja hadirnya Mutiara dalam rahim Berlian.

"Maaf, Ras. Aku enggak bisa ngasih tahu kamu siapa perempuan itu." Harkasa menghelas napasnya perlahan. "Ayo, kita bicarakan keputusan rumah tangga kita yang memang sudah enggak sehat ini, Ras."

Mata Laras memerah. Tenggorokannya tiba-tiba saja terasa sangat sakit.

"Kamu tahu rumah tangga kita enggak sehat, tapi masih berani melakukan semua ini? Kamu masih tega menyakiti aku dengan pergi ke perempuan lain??? Apa mau kamu sebenarnya, Mas?!"

"Aku cuma enggak bisa bertahan dengan keadaan seperti ini, Ras. Aku memberi kamu pilihan yang paling mudah, tinggalkan aku. Laki-laki seperti aku memang pantas kamu tinggalkan, kan?"

Laras tertawa lirih. Sakit sekali hatinya, diberikan pilihan yang jelas-jelas bukan maunya.

"Kamu pikir aku mau cerai gitu saja?!" Laras menggeleng keras. "Aku enggak akan mundur sebelum aku tahu siapa perempuan murahan itu ––"

'PLAK'

Benar sekali. Laras mendapatkan satu tamparan keras dari suaminya. Harkasa yang dia gadang sebagai pemimpin sempurnanya. Harkasa yang ia kagumi karena pada akhirnya mau menunggunya selama bertahun-tahun lamanya. Harkasa yang ia cintai dan sayangi karena mau mengalah dengan kemauan Laras yang inginnya tetap bekerja sekaligus menjadi ibu rumah tangga. Kini, melayangkan satu tamparan keras padanya karena mengucapkan kata murahan pada perempuan yang menghacurkan rumah tangganya.

"Ingat, Mas... aku akan balas ini. Aku akan balas perlakuan kamu pada perempuan itu!!! Enggak akan aku biarkan dia hidup tenang selama kamu masih bersamanya!!! Enggak akan!!!"

Harkasa tahu dia akan menghadapi masalah besar jika sampai Laras mengetahui keberadaan Berlian, dan membuat Berlian ketakutan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top