haru
•
•
•
TIDAK tahu harus berekspresi seperti apa, Harkasa kebingungan sendiri. Dia baru saja mendapatkan informasi dari dokter rumah sakit yang menangani istrinya, Berlian. Dokter menjelaskan setelah berbagai pemeriksaan dilakukan, bahwa Berlian sedang mengandung.
Harkasa bahagia bukan main, tapi ada rasa kecewa pada dirinya sendiri karena membuat Berlian kelelahan dan bisa saja membuat mereka kehilangan kesempatan menimang bayi lagi.
"Ayaaaah... Ara masih ngantuk."
Harkasa memang belum sempat pulang. Lagi pula, siapa yang akan dia mintai tolong menjaga putrinya jika pulang?
Sekali lagi. Harkasa menyesal masih menjadi pengecut karena menyembunyikan kenyataan ini dari ibunya. Wanita yang melahirkannya tidak pernah tahu kalau beliau sudah memiliki cucu, bahkan sebentar lagi memiliki cucu kedua.
Membayangkan wajah berseri ibunya ketika melihat bayi, membuat Harkasa senang bukan main. Jika saja...
"Minta tolong sama ibu, sebentar saja jagain Ara." Celetukan Berlian menghentikan bayangan Harkasa.
Tahu kalau Berlian masih marah padanya sampai tak mau memanggilnya dengan kata 'Mas' Harkasa hanya bisa diam. Yang lebih penting sekarang adalah bagaimana cara mengalihkan permintaan Berlian itu.
"Aku enggak enak ngerepotin beliau, Li. Ibu sedang sakit soalnya."
Harkasa mendapati wajah pasrah dari Berlian. Meski tahu perempuan itu selalu ingin protes kenapa tidak pernah menyambangi atau Harkasa berinisiatif membawa mereka mengunjungi ibu pria itu, Berlian tetaplah Berlian. Dia semakin penurut semenjak dinikahi Harkasa. Banyak belajar menjadi seorang figur istri.
Harkasa tidak bisa melihat wajah kecewa Berlian lebih lama, dia ajak Mutiara untuk tidur dalan gendongannya saja.
"Mau ke mana, Mas?" tanya Berlian.
"Cari angin. Biar Ara bisa langsung tidur juga," jawab Harkasa.
"Jangan. Dingin. Sudah malam, Mas. Sini. Tidurin dekat aku saja."
Harkasa menuruti ucapan Berlian. Perempuan itu menggeser posisi agar Mutiara mendapat tempat yang cukup, Harkasa tetap mengawasi pergerakan istrinya agar tidak mengindikasikan pada pendarahan lagi.
"Tambah ranjang lagi, ya?"
Berlian mendelik. "Ini rumah sakit, Mas. Bukan hotel."
"Semuanya bisa jadi hotel asal ada duit, Li. Penjara saja bisa jadi hotel, kok."
Berlian menghela napas, tidak mau memperpanjang perdebatan dengan suaminya. Dia beralih menepuk-nepuk punggung Mutiara agar bocah itu bisa segera terlelap.
Harkasa sendiri benar-benar membuktikan ucapannya. Dia tambah ranjang perawatan, lalu memindahkan Mutiara agar tidur sendiri. Berganti Harkasa yang berbaring miring di samping Berlian.
Harkasa menyerukkan kepala di celah leher istrinya, mengecupi di sana. Tidak ada tanggapan, Harkasa ciumi pipi Berlian.
"Maaf."
Berlian hanya bisa mendesah pasrah. Berucap dengan emosi juga tidak ada gunanya yang ada malah menambah masalah pada bayinya nanti. Agak lama, dengan anggukan pelan, Harkasa merekahkan senyuman.
"Makasih, Sayang."
Berganti Harkasa ciumi bibir Berlian. Seakan gemas dengan bibir itu, Harkasa menekan dan mencoba menggigitnya walau tidak terlalu keras.
Berlian biarkan, menunggu hingga Harkasa puas.
"Mas."
"Kenapa?"
Berlian mengusap dada suaminya. Menimang lebih dulu bahasa mana yang akan lebih menenangkan sesi pembicaraan tersebut.
"Kenapa, Li?"
"Mas... kamu benar-benar cinta sama aku?"
Harkasa tidak tahu apa yang sedang diresahkan Berlian, tapi menyadari bahwa ada sorot keraguan dari perempuan itu.
"Kenapa nanya itu?"
Berlian menyorot pandang manik Harkasa. Tangannya beralih mengelus pipi suaminya.
"Aku enggak tahu kenapa, tapi aku ngerasa kamu terlalu banyak nyembunyiin sesuatu."
Harkasa mulai panik. Dia tidak mau melepas ataupun terlepas dari Berlian. Meski hubungan mereka awalnya bukan didasari cinta, tapi Harkasa sudah merasakan luapan itu ketika merawat Berlian yang ringkih sekali pasca melahirkan.
Melarikan rasa cemasnya, Harkasa menyatukan kening. "Jangan mikir yang macam-macam, Li."
"Seharusnya kita enggak menikah, Mas. Kalau cuma demi Ara... aku juga bisa––"
Harkasa tidak ingin mendengarnya. Lanjutan dari ucapan Berlian hanya akan menyakiti Harkasa juga perempuan itu.
"Jangan ngomong aneh-aneh lagi!" tegur Harkasa setelah melepas lumatannya.
Berlian tidak membantah dan tidak mengiyakan. Dia merasa kehamilannya ini membawa sisi yang curiga terus bawaannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top