Sekilas Tentang Kehidupan di Australia

Cerita ini mengambil latar di Melbourne, Australia. Beberapa karakter di dalamnya adalah orang asing, sehingga dialog mereka seharusnya diucapkan dalam Bahasa Inggris atau Mandarin. Tetapi demi memudahkan kalian, dialog tersebut sudah aku terjemahkan langsung ke dalam Bahasa Indonesia. Jadi jangan heran kalau ada karakter bule, tapi berbicara dalam Bahasa Indonesia, ya... 😊

Aku juga mau menjelaskan sedikit tentang perkuliahan di Australia dan life in general, sebagai pengantar sebelum membaca lebih lanjut.

Yang pertama yaitu soal perkuliahan. Satu semester di Australia itu lebih singkat dari semester di Indonesia, yaitu hanya 12 minggu atau 12 pertemuan. Dalam beberapa kasus, bisa ditambahkan hingga 13 minggu, tetapi itu sangat jarang. Jadi satu semester itu berlangsung kira-kira tiga bulan, atau tiga bulan lewat dua minggu maksimal. Selang 6 minggu, ada mid-semester break alias rehat, yang biasanya berlangsung selama seminggu.

Awal semester dimulai di bulan Juli, atau Februari, tergantung fakultas masing-masing. Rata-rata program Sarjana (S1) dimulai bulan Juli, bertepatan dengan pertengahan musim dingin, jadi suhunya rendah sekali, sekitar 4-8 derajat Celcius. Sedangkan bulan Februari itu adalah akhir musim panas, suhunya juga sangat panas, bahkan di tahun 2020 sempat mencapai 45 derajat Celcius. Sebagai perbandingan, suhu rata-rata di kota-kota besar di Indonesia, hanya sekitar 28-34 derajat Celcius saja 😊😉

Suasana kelasnya sendiri lebih dinamis. Dosen banyak bertanya dan mengajak mahasiswa diskusi sehingga suasana kelas sangat akrab. Dosennya juga nggak otoriter, dalam arti kita bisa beda pendapat dengan mereka dan mereka akan oke-oke aja 😉. Untuk PR, tugas-tugas yang berbentuk laporan / esai / tertulis, semuanya dikumpulkan melalui sistem web di universitas. Sistem ini mencatat tanggal dan jam pengumpulan (submission), makanya akan ketahuan kalau kita terlambat mengumpulkan. Jadi nggak bisa ngeles sama dosennya, hehe. Kecuali untuk tugas-tugas prakarya, biasanya dipresentasikan dulu di depan kelas sebelum dikumpulkan. Selain tugas-tugas pribadi, juga banyak tugas dan diskusi kelompok, bahkan field trip dan study tour.

Soal pergaulan, penduduk Australia itu hanya sekitar 20 jutaan - bandingkan dengan Indonesia yang 270 juta. Jadi sedikit sekali. Kebanyakan mahasiswa di kelas adalah mahasiswa internasional: dalam satu kelas, biasanya hanya ada 1-5 mahasiswa lokal, sisanya mahasiswa asing. Mahasiswa asing ini berasal dari berbagai negara, tetapi rata-rata didominasi oleh anak-anak dari Tiongkok, India, dan Indonesia termasuk salah satunya 😉 Jadi jangan heran kalau kuliah di kampus Australia dan ketemu orang Indonesia. Orang Indonesia di Australia itu BANYAK BANGET dan kalau dikumpulkan bisa mendirikan satu kota sendiri 😉 Selain negara-negara itu, selama di Australia aku juga kenal dengan teman-teman dari Amerika Latin (Brazil, Chile, Argentina), Jepang, Korea Selatan, Singapura, Vietnam, Malaysia, Filipina, Spanyol, Slovenia, Azerbaijan sama Bangladesh. Seru banget punya teman-teman dari berbagai negara. Dalam bergaul kita dituntut untuk lebih berpikiran terbuka dan menerima perbedaan budaya serta kepercayaan teman-teman dari negara lain, karena kalau enggak, kita bakal dicap antisosial dan sulit untuk punya teman.

Southbank di daerah City - Melbourne

Setiap mahasiswa baru juga diundang untuk ikut orientasi, yang disebut Orientation Week atau O-Week. Diundang lho ya, bukan diwajibkan. Berbeda dengan di Indonesia, orientasi di Australia memang bukan sesuatu yang wajib. Kecuali beberapa program seperti tur perpustakaan atau penjelasan mengenai protokol keselamatan dan kesehatan, setiap mahasiswa baru bisa mengatur sendiri kegiatan apa yang ingin diikutinya selama orientasi. Kampus menyediakan jadwal lewat websitenya, dan kita hanya perlu mendaftar di kegiatan-kegiatan yang kita suka. Program-programnya pun sangat menarik, seperti penjelasan tentang cara belajar, pengenalan dosen, pengenalan fakultas, tur kampus, hingga ada acara jalan-jalan bersama ke tempat-tempat wisata.

Patung di dalam National Gallery of Victoria (NGV) - salah satu galeri tempat wisata yang bisa dikunjungi secara gratis.

Selama O-Week ini juga banyak tenda klub kegiatan ekstrakurikuler yang didirikan di lapangan kampus. Kita bisa gabung dengan klub yang kita suka, atau sekedar berburu gratisan. Ya, betul. Banyak yang menawarkan freebies alias gratisan, mulai dari notes, pulpen, name-tag, goodie bag, kartu pos, botol minum, tumblr, kaos, voucher makan, topi, syal, kacamata 3D sampai tiket nonton. Makanya O-Week ini seru sekali dan selalu dinanti-nantikan oleh para mahasiswa, nggak cuma mahasiswa baru, tapi mahasiswa lama juga 😊

Omong-omong tentang gratisan, sebagai mahasiswa, kita juga mendapat kemudahan lain, seperti diskon. Banyak merk yang memberikan diskon di awal-awal semester, misalnya Apple. Dengan memakai kartu mahasiswa, kita bisa mendapat potogan 10% untuk pembelian Macbook atau iPad. Kemudahan lainnya adalah mendapat subscription Microsoft Office gratis (tinggal diunduh dari link yang disediakan kampus – tergantung dari kampusnya juga), diskon membership gym, dan potongan tiket jika ingin mengunjungi museum, galeri atau beberapa tempat wisata tertentu. Pokoknya asyik banget. Makanya kartu mahasiswa itu penting sekali dan harus dijaga supaya tidak hilang. Kartu itu dipakai untuk banyak hal, misalnya menyalakan mesin fotokopi, meminjam buku di perpustakaan, membuka ruangan-ruangan di kampus (yang otomatis dikunci), sampai memakai peralatan-peralatan lain di kampus (yang juga hanya bisa menyala setelah di-swipe dengan kartu mahasiswa kita).

State Library of Victoria - perpustakaan paling Instagrammable di Melbourne

Selanjutnya, tentang asuransi kesehatan. Setiap mahasiswa diwajibkan memiliki asuransi kesehatan. Tergantung polis yang dibeli, asuransi ini dapat menanggung sebagian atau keseluruhan biaya, jika kita berobat ke klinik atau dirawat di rumah sakit. Setiap kampus juga punya klinik sendiri yang cukup lengkap, bisa konsultasi macam-macam, dari dokter umum hingga masalah kandungan atau psikolog. Tapi tidak seperti di Indonesia, kita harus buat janji dulu jika ingin kunjungan ke dokter. Pelayanan yang diberikan pun baik dan mengesankan. Orang-orang di Australia sangat peduli pada masalah kesehatan dan keselamatan.

Jika kamu pergi ke klinik / rumah sakit, kamu juga akan disodori formulir pendaftaran. Dalam formulir ini wajib dicantumkan nama penanggungjawab: orang yang akan dikontak dalam keadaan darurat. Jika terjadi apa-apa sama kamu, maka orang inilah yang akan dikontak. Untuk mahasiswa Indonesia di Australia, biasanya mencantumkan nama dan kontak sahabat dekat, kerabat (jika ada) atau ibu / bapak kos di formulir ini.

Semoga penjelasan ini dapat membantu kalian memahami cerita ini, ya. Maaf foto-fotonya sedikit, karena di foto yang lain banyak muka aku (malu kalau dimasukkin ke sini, hehe).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top