BAB 6 SERANGAN JAUH

Di suatu tempat di pedalaman jawa seorang dukun tengah marah, ia melempar sesajen yang ada dihadapannya. "Kurang ajar, sopo sing wani ganggu aku? Tak kek ane pelajaran." Katanya. Matanya menyorot tajam ke langit-langit rumahnya.

(Kurang ajar, siapa yang berani mengusikku? Akan kuberi pelajaran kamu)

***

Bara terlihat santai di kantin kampus, ia mencoba menghubungi Jihan tapi ponselnya mati. Hari ini ia membatalkan janji sepihak, harusnya mereka melakukan sesuatu hari ini, awas saja kalau ketemu nanti batin Bara.

"Ada apa? Kamu kelihatan kesal sekali?" tanya Niko.

Bara Kembali menyalakan rokok keduanya, dan menghembuskannya kasar. Lalu ia iseng melihat ponselnya kembali, pesan-pesannya ke Jihan yang tadinya centang satu sekarang sudah centang dua, Jihan sudah membacanya tapi tidak ada balasan satupun. Sial, gadis itu memang kurang ajar batinnya. "Aku pergi dulu." Kata Bara meninggalkan Niko.

"Hei, mau kemana, Bara?" panggil Niko tapi tak dihiraukan oleh Bara.

Bara berlari ke arah parkiran, ia masuk ke dalam mobil dan menelpon Jihan. Setelah mencoba beberapa kali barulah panggilannya diterima oleh Jihan.

"Jihan, kamu kemana aja sih? Kenapa ponselmu baru aktif? Kenapa pesan-pesanku tidak kamu balas?" cecar Bara marah.

"Maaf aku ada urusan tadi, kita ketemu sore nanti, bagaimana?" tanya Jihan.

"Sore? Nggak bisa, kita harus ketemu sekarang?" tekan Bara.

"Kenapa harus sekarang? Sore juga bisa kan?" balas jihan disebrang sana.

Iya, sore juga bisa, kenapa ia memaksa untuk bertemu sekarang? Tapi egonya tidak mau kalah.

"Kalau aku bilang sekarang ya sekarang, kamu dimana, aku jemput? Kalau nggak aku akan melaporkannya pada Pak Kurniawan." Ancam Bara.

"Baiklah, lima belas menit lagi aku sampai di halte bus A." kata Jihan.

"Halte bus? Kamu sudah kemana? Ah, sudahlah tunggu aku disana, aku akan menjemputmu." Kata Bara langsung mematikan ponselnya.

Sesampainya di halte bus, Bara melihat Jihan tengah duduk seorang diri di tempat pemberhentian bus, ia mengklakson Jihan, membuka jendela mobil lalu menyuruh Jihan masuk.

Jihan menghela napas, lalu masuk ke dalam mobil. Bara melajukan mobilnya pelan. "Aku nggak terima kamu membatalkan acara kita secara sepihak." Kata Bara.

"Maaf, tapi ada sesuatu yang harus kulakukan." Jelas Jihan.

"Apa itu?" Tanya Bara.

"Ayahku memintaku untuk mengunjungi teman lamanya, ada yang harus kuberikan, maaf." Kata Jihan.

Bara terdiam, kalau itu permintaan Ayahnya jelas Jihan tidak akan menolaknya, "lalu sekarang bagaimana?" tanya Bara.

"Bukankah kita akan melanjutkan tugas yang kemarin?" kata Jihan.

"Baiklah, kita akan mengerjakannya di tempatku." Kata Bara.

"Apa harus disana?" Tanya Jihan.

"Apa ada tempat lain yang kamu usulkan?"

"Di perpustakaan?" usul Jihan.

"Aku nggak mau, aku nggak suka di sana." Kata Bara.

"Terserah kamu saja." Kata Jihan akhirnya. "Oh ya, kita mampir ke mini market dulu. Aku mau membeli camilan." Lanjut Jihan.

Bara mengangguk, dan ia baru teringat, di apartemennya tidak ada stok makanan apapun, dalam hati ia merasa aneh. Apakah Jihan tahu kalau stok makanan di tempatnya sudah habis atau itu hanya kebetulan saja. Lalu darimana Jihan mengetahui ia sering lupa mengunci jendela.

"Hati-hati."

Peringatan Jihan membuat Bara kembali dari lamunannya, "maaf." Ucapnya pada Jihan lalu kembali fokus menyetir. Bara pergi ke super market langganannya. Dan mereka mulai berbelanja, Bara membeli stok makanan, sayuran dan minuman yang biasa ia beli. Trolinya sampai penuh, sedangkan Jihan memegang beberapa camilan ditangannya, Bara mengambil camilan itu dari tanagn Jihan dan memasukkannya ke dalam trolinya.

Sesampainya di apartemen, Jihan membantu Bara menurunkan belanjaannya dan menatanya di dalam kulkas. Bara memberitahu dimana harus meletakkan barang-barangnya, ia benar-benar bosy, bisanya memerintah orang saja.

Setelah selesai berbenah, Jihan membawa camilan miliknya dan juga milik Bara, mereka kini berada di ruang tengah. Mereka duduk dibawah dan meletakkan kertas-kertas kerja serta laptop di atas meja. Jihan mengira Bara akan duduk di sebrang meja, akan tetapi laki-laki itu malah duduk disebelahnya. Dengan santainya membuka camilan dan menyantapnya. Jihan membuka laptopnya dan mulai membuat folder baru, ia membuat tabel dan mengisi kolom-kolom yang dibutuhkan. Saat sedang sibuk mengetik tiba-tiba Bara menyodorkan keripik kentang di mulutnya, Jihan menoleh ke arah Bara, laki-laki itu mengangguk lalu menyodorkan keripiknya lebih dekat lagi membuat Jihan menggigit keripik itu dan mengunyahnya.

"Aku sudah selesai membuat tabelnya, sekarang giliranmu untuk mengisinya." Ujar Jihan, sembari menggeser laptop ke depan Bara.

"Baiklah." Bara mengelap tangannya dengan tisu kemudian meminum colanya. Setelahnya ia mulai mengisi tabel sembari melihat data-data yang mereka dapatkan di sekolah.

"Aku mau ini bukain dong." Kata Bara menyerahkan sekotak wafer coklat.

Dasar si suka semena-mena batin Jihan tapi diambilnya juga wafer itu, ia membukanya kemudian menyuapi Bara yang sedang mengetik.

"Laptopmu ketinggalan jaman." Ejeknya.

"Beliin yang terbaru dong." Kata Jihan ngasal. Ia menyuapi Bara dua potong sekaligus membuat Bara hampir tersedak.

Setelah menelan habis wafer dimulutnya, Bara menatap Jihan, ia tersenyum mengejek, "tersinggung ya?" ledeknya lagi.

"Kamu mau kerjain itu atau nggak?" kata Jihan.

"Iya, iya, dasar baperan." Kata Bara.

Setelah itu, Bara mengerjakan laporan dengan serius. Jemarinya bermain lincah diatas laptop.

Dalam mode serius begini, ketampanan Bara semakin terlihat, ia seperti bukan dirinya waktu pertama kali bertemu. Jihan tahu karakter yang ditampilkan Bara diluar bukanlah dirinya yang sebenarnya. Mungkin dia pernah mengalami sesuatu yang buruk, hingga membuatnya sedikit kasar. Tapi kalau kenal lebih dekat, dia adalah sosok yang bisa membuat gadis manapun bertekuk lutut di depannya.

"Puas melihatku?"

"Hah." Kata Jihan bengong sekaligus terkejut karena tertangkap basah memperhatikan Bara.

"Hmm." Jihan berdehem. "Sudah selesai belum?" tanyanya.

Bara menggeser laptop ke depan Jihan. Jihan melihat semua kolom telah terisi. "Apa isinya sudah sesuai?" Tanya Jihan.

"Tentu saja, aku nggak sebodoh itu." Kata Bara. Ia mengambil wafer tadi dan mulai menyantapnya sementara Jihan memeriksa hasil kerjanya.

"Ah," tiba-tiba Jihan merasakan dadanya seperti tertusuk sesuatu.

"Kamu kenapa?" tanya Bara panik.

"Ah." Seru jIhan semakin menekan dadanya yang terasa sakit.

"Jihan, jangan main-main." Tanya Bara. Melihat wajah kesakitan Jihan, Bara tahu, Jihan sedang tidak main-main.

Jihan tahu ada seseorang yang mencoba menyerangnya, lalu ia berusaha duduk bersila, meski dadanya seperti tertusuk, ia menahan nyerinya. Ia mengambil posisi meditasi, sebelumnya ia berpesan pada Bara untuk tidak menyentuhnya apapun yang terjadi.

Dalam meditasinya, Jihan bertemu dengan jin yang dikirim oleh seorang dukun untuk menyerangnya. Dalam meditasinya Jihan berkelahi dengan jin itu. Jin itu akhirnya pergi setelah tidak bisa mengalahkan Jihan.

Jihan membuka mata, tubuhnya luruh ke samping, beruntung ada Bara yang sigap menangkapnya.

"Jihan, kamu nggak apa-apa? Apa yang terjadi? Kamu ngapain tadi?" cecar Bara.

Jihan bersandar ke sofa, ia mengatur napas lalu membaca beberapa doa setelah itu ia mengusap dadanya yang sakit.

"Aku baik-baik saja. Aku harus pulang sekarang." Kata Jihan.

"Nggak bisa, kondisimu nggak memungkinkan untuk kamu tinggal di kosan sendirian."

Jihan menatap Bara, apa yang dikatakannya menunjukkan perhatian yang aneh menurut Jihan.

"Aku bisa mengurus diriku sendiri." Kata Jihan. Ia segera merapikan kertas-kertas kerja mereka. Laptopnya dimasukkan ke dalam ranselnya.

"Baguslah." Kata Bara tidak kalah tajam.

Sepertinya Bara tersinggung dengan ucapan Jihan. Dan begitulah, Jihan pulang menggunakan taksi online sedangkan Bara hampir menghabiskan sebungkus rokok dalam satu waktu. Ia nggak tahu kenapa ia begitu marah sekali. Ia merasa diabaikan.

***

Tinggalkan jejak dong bestieh 😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top