Gumilang Prajaya Tanu
Banner toko terpampang jelas di depan pintu masuk, "Gumilang Jaya" dengan slogan "Toko serba ada nggak adanya", Zulaikha sampai dibuat pusing dengan kelakuan pria itu, padahal sudah seharusnya di masa pandemi seperti ini dia serius dan giat mencari pundi pundi rupiah untuk membeli barang yang serba mahal dan langka sebab panic buying.
Kalau bukan disuruh Mamanya beli tepung terigu untuk membuat kue lebaran, Zulaikha malas sekali beli di toko Gumilang. Pasalnya pria itu selalu saja menahan Zulaikha berlama-lama di tokonya dengan topik mutar-mutar, perbincangan tidak rasional dan ngaco, yang selalu berakhir membuat Zulaikha sakit kepala.
Karena sudah terlanjur Zulaikha menginjak lantai toko itu, dia tidak mampu balik lagi saat dengan cengengesan Gumilang bangkit dari depan monitornya menghampiri Zulaikha.
"Neng Juleha," tegur pria itu.
"Zulaikha," timpal Zulaikha cepat, dia segera mengambil sekantung tepung kiloan di rak. Dirasanya Gumilang hendak berucap, dengan cepat Zulaikha mendahului, "Nih, tepung aja, Pak Gum." Dilempar dan ditangkap cepat sekantung tapung itu oleh Gumilang, gurat kecewa nampak jelas di wajah manisnya.
"Kok 'Pak, sih?"
"Terus?"
"Sayang--" Belum selesai protes, Gumilaing menutup mulutnya sebab interupsi Zulaikha.
"Buruan, Pak, Mama nungguin tepung, nih."
"Telurnya? Nggak sekalian? Baru dateng tadi pagi. Atau mau beli air galon lagi? Sekalian aku pasangin. Masa beli tepung doang? Gas? Dipasangin, kok."
Aduh, Zulaikha sakit kepala mendengar ocehan Gumilang. "Pak, saya bisa pasang gas sendiri, dan air galon baru beli kemarin sore. Kata gua mending cepet dah, Pak!"
"Kan' bisa dilama-lamain ..."
"Pak Gum ..."
Det ...
Det ...
Det-Det ...
Toko Gumilang Jaya, toko yang begitu disenangi anak-anak karena sifat pemiliknya yang kekanak-kanakan. Dilihat dari nama toko dan nama pemiliknya sudah jelas toko ini milik Koko-Koko yang sudah haji sekali dan umroh tiga kali hasil jualan barang elektronik di Mangga Dua.
Cita-cita gumilang untuk saat ini adalah menikahi Zulaikha. Kalau gak jodoh, gapapa, semoga Zulaikha gak bahagia. Engga-engga.
Berikut spek cewek pujaan, alias cewek ideal Gumilang: Zulaikha.
Gumilang: "Neng Juleha mau ga nikah sama Aa? Jaminan terhindar cicilan. Mobil? Rumah? Lunas semua. Ponsel model baru? Tenang, ortu aku yang jual. Laptop spek gahar? Koko aku jualan kok. Mau peralatan rumah serba-serbi? Aku yang jual. Mau ke salon? Adek aku hairstyles-nya."
Oke, cukup tentang Gumilang, sisanya biar waktu yang menjawab.
...
1. Toko Penuh Drama
Masa mengerikan dari pandemi berakhir. Gumilang amat sangat bersyukur dengan kebebasan tanpa virus ini. Akhirnya, kembali produktif, hari-hari normal kembali. Minus gabisa liat neng Juleha jemuran dari balkon aja, ini yang bikin Gumilang sedih. Penyemangat dari jam 9 sampai 11 siang untuk Gumilang jalani sehari-hari sudah berakhir.
Pagi terik, Gumilang penuh semangat menyambut hari pertama sekolah tatap muka kembali dilaksanakan. Perdebatan kecil dengan anak kecil yang jajan di tokonya akan terulang kembali. Saat gerai ini dibuka pukul 7 pagi, saat itu pula Gumilang memulai hidup yang sebenarnya sebagai manusia. Berkomunikasi, bercanda, tertawa, dan marah-marah sendiri di balik meja kasir kalau seharian Zulaikha tidak mampir di tokonya.
"Jajan apa cil? Ada mainan baru nih, bola-bola pendulum yang diikat dengan tali, yang bergerak berdasarkan momentum benda bertumbukan dan hukum 3 Newton."
5 siswa kelas 5 SD mengerutkan dahi mereka, dan mulut yang sedikit menganga. HAH?
"Apa Om?"
"Latto-Latto."
"Yang kayak gimana?"
"Gini." Gumilang mengambil benda yang dia promosikan pada anak-anak kecil itu, dan menunjukkan betapa jagonya dia memainkan alat tidak berguna tersebut.
Melihat wajah dan mimik anak-anak yang sepertinya terkesan membuat Gumilang sigap menawarkan sebuah negosiasi, "Harganya 15 ribu 1. Kalo semuanya beli Om kasih diskon, 1 cuma 10 ribuan. Gimana?"
"..."
"Gimana?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top