Wings and Blood.
Lalu lintas hari ini tidak seramai kemarin. Mungkin, karena kemarin adalah event naiknya pangkat para Hero, jadi banyak orang-orang yang merayakannya. Walau tidak seramai kemarin, tapi tetap saja padat dan sulit bagi sebuah mobil untuk berjalan santai.
"Selamat pagi! Padatnya lalu lintas sekarang mungkin akan menghambat waktu kalian dan memaksa kalian berdiam diri di dalam mobil. Karena itu kami hadir untuk menghibur kalian! Ikuti terus radio kami hanya di 8.0fm!" Suara radio melantun. Sang gadis yang sedang menyetir menekuk wajahnya. Ah, sudah pasti ia akan terlambat untuk sampai ketempat tujuan.
Surai pirang itu terlihat berantakan karena sang empunya mengusap-usapnya dengan kasar, efek emosi karena kepadatan lalu lintas kali ini.
"Argh! Tau begitu aku memakai bus saja kesana," gumamnya kesal. Iris coklat itu menatap barisan mobil didepannya, sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Duk!
Suara bentrokan terdengar cukup keras dari atas atap mobil. Hoshiko sedikit terkejut mendengar, ia segera keluar melihat apa yang terjadi dengan atap mobilnya. Saat keluar, irisnya melebar begitu melihat apa yang membuat suara duk seperti itu.
Laki-laki dengan surai pirang juga sayap merah yang membentang lebar itu dengan santainya menginjakkan atap mobil Hoshiko. Beberapa helai sayapnya berterbangan, dan menyentuh wajah Hoshiko.
"Hey, Tuan," panggil Hoshiko. Ia mencoba ramah kepada orang didepannya. Kenapa? Di depannya Hero nomor 2 yang baru saja dilantik kemarin, Hawks nama panggungnya. Tidak mungkinkan ia tidak sopan kepada 'orang penting' di negara ini? Bisa-bisa ia terkena masalah.
"Ya..?" jawab Hawks santai. Iris kuning itu tetap fokus pada barisan mobil didepannya. Mengabaikan wajah Hoshiko yang sedikit memerah karena menahan marah juga terik matahari.
"Aku tahu, kau seorang Hero berbakat, tapi bukannya seorang Hero harusnya memiliki manner yang baik. Bukannya menduduki atap mobil orang seenaknya?" ucap Hoshiko sedikit sarkas tentu dengan senyuman sok manisnya.
Iris kuning itu melirik Hoshiko, "Aduh, mau bagaimana ya? Manner ku memang sampah. Jadi, maafkan saja," ucap Hawks santai.
Perempatan imajiner itu muncul di dahi Hoshiko ketika mendengar ucapan Hawks. Hari ini seakan-akan hari sial Hoshiko, terjebak macet sampai-sampai dibuat kesal oleh Hero yang memiliki manner sampah.
"Turun," ucap Hoshiko tanpa basa-basi.
"Aku masih mengawasi bagian atas. Kau masuk saja ke mobilmu," ucap Hawks mengabaikan ucapan Hoshiko.
"Turun," ucap Hoshiko masih kukuh menyuruh laki-laki bersayap merah itu.
"Kau ini keras kepala ya? Nanti," ucap Hawks.
"YA! KAU TIDAK TAHU AKU MENAHAN AMARAH SEDARI TADI MELIHATMU SANTAI MENGGORES MOBILKU?! KAU TAHU PERJUANGANKU MEMBELI MOBIL INI? TIDAK! CEPAT TURUN SEBELUM KU TUSUK KAU DENGAN DARAHKU!" Duar, emosi Hoshiko benar-benar meledak saat itu juga. Ia tidak peduli tatapan orang-orang yang bahkan rela turun dari mobil mereka untuk melihat warga sipil membentak seorang Hero.
"Wah... Seram," ucap Hawks. Matanya membelak mendengar omelan Hoshiko, ia mengepakkan sayapnya dan turun dari atap mobil Hoshiko dan memposisikan dirinya di hadapan gadis itu.
"Kau, sedang red day, ya?"
"Sopankah bertanya seperti itu?!"
"Eits, santai. Nanti ku ganti biaya untuk memuluskan mobilmu itu. Jadi, santai melihatku, oke?" ucap Hawks. Ia kembali mengepakkan sayapnya, dan meninggalkan sehelai merah dan tali seperti kalung kehadapan Hoshiko, "Ambil, nanti ku hubungi lewat itu."
"IH GILA YA?!"
•••
Sudah 2 hari berlalu, sejak Hoshiko membentak seorang Hero nomor 2. Sejak saat itu, baik koran bahkan sosial media membahasnya terus-terusan.Untungnya berita itu tertutup oleh aksi heroic seorang Endeavor. Ah, sepertinya dia seperti terjun kedalam jurang. Juga, kalung dengan sehelai bulu milik Hawks sekarang malah berada di lehernya. Sejak hari itu juga belum ada tanda-tanda laki-laki bersayap itu hendak mengganti rugi.
"Cih, ucapan laki-laki memang tidak bisa dipegang," gumam Hoshiko. Saat ini ia berada di kafetaria tempat kerjanya, memegang se cup americano dingin.
"Hoshiko-chan, jika kau tidak ramah kepada laki-laki, akan susah mendapat pacar lho," ucap Aiko. Aiko adalah teman satu kerjanya dan juga teman semasa SMAnya, jadi sudah sangat hafal ketidak sukaan Hoshiko kepada laki-laki seperti apa.
"Boro-boro memikirkan pacar, atap mobilku penyok gara-gara kejadian kemarin saja sudah membuat kepalaku pecah," ucap Hoshiko, gadis itu kembali menyesap americano, "Ahhh, Aiko bagaimana ini? Gajiku tidak akan cukup untuk reparasi atap itu," lanjutnya sambil merengek.
"Hey, hubungi Hero yang kemarin kau bentak saja. Nanti suruh ia reparasi atap mobilmu," usul Aiko. Gadis bersurai ungu itu kembali menyantap cheesecakenya.
"Aku tidak punya kontaknya. Huh dasar laki-laki," jawab Hoshiko lemas.
"Yang di lehermu itu apa? Bulunya kan? Coba saja," ucap Aiko sambil menunjuk kalung milik Hoshiko.
"Bagaimana?! Aku tidak mengerti masalah perbuluan!" ucap Hoshiko.
"Ey, ucapanmu ambigu, Hoshiko-chan," ucap Aiko sambil terkekeh.
"Ah biarin sa- woah!" belum sempat menyelesaikan ucapannya Hoshiko tertarik oleh kalung milik Hawks. Aiko melebarkan matanya terkejut dengan pergerakan tiba-tiba dari teman didepannya.
"Nah! Itu kau bisa menghubunginya!" ucap Aiko dengan nada riang.
"Bagaimana caranya?!"
"Ikuti!"
"Sebentar lagi ma- woah!"
"Nanti biar ku izinkan kepada atasan, ikuti saja arah kalung itu! Sana!" ucap Aiko mendorong tubuh Hoshiko, gadis berambut pirang itu menjauh. Diam-diam Hoshiko berdoa supaya Hoshiko bisa dekat dengan Hero nomor 2 ini.
Di lain sisi, Hoshiko dengan sedikit tertarik-tarik oleh kalung itu, mencoba berjalan normal sembari mengikuti arah kalung itu. Ya, walaupun beberapa menatapnya aneh, tapi tidak dihiraukan dan lanjut berjalan.
Sampai di depan gedung tempat kerjanya, kalung itu berhenti bergerak. Hoshiko menatap kalung itu dengan tanda tanya, "Hei? Kok berhenti? Mempermainkanku ya?!"
"Ah benar, ternyata kamu kerja disini," suara tak asing masuk ke indra pendengaran Hoshiko. Hoshiko menoleh ke arah kanan, Ada Hawks dengan pakaian santai, bahkan tanpa sayap yang biasanya terlihat besar dan menarik perhatian.
"Stalker!" ucap Hoshiko.
"?? Bagian buluku ada di dirimu, sudah pasti aku tahu," jawab Hawks.
Ah, kalau dilihat-lihat lagi, tinggi Hoshiko dan Hawks tidak terlalu berbeda. Walau tetap pendek Hoshiko.
"Kau... Ganti rugi atap mobilku!" ucap Hoshiko.
"Siapa namamu? Sepertinya umur kita samakan? Panggil saja aku Keigo," ucap Hawks mengabaikan ucapan Hoshiko tadi.
"Hoshiko. Hoshiko Haizaki, jangan alihin pembicaraan!" jawab Hoshiko, masih kukuh meminta ganti rugi.
"Sudah jam berapa ini? Aku pergi dulu. Endeavor membutuhkanku," ucap Hawks dan langsung pergi meninggalkan Hoshiko dengan wajahnya yang terdiam melongo.
"Dasar setan!" teriak Hoshiko.
Hawks yang sudah menjauh dari posisi Hoshiko, hanya terkekeh mendengar suara teriakan gadis surai pirang tersebut.
•••
Tidak, Hoshiko. Tidak. Kamu harus menabung untuk makan minggu depan Hoshiko. Barang yang di depanmu sama sekali tidak berguna, Hoshiko. Pikir gadis dengan surai pirang di salah satu sektor pertokoan yang menjual kartu tarot.
Hoshiko punya kebiasaan yang aneh. Sangat malah. Ia suka sekali mengoleksi kartu tarot, yang bahkan ia tidak mengerti cara bermainnya. Dan sekarang, di depannya ada kartu tarot dengan edisi terbatas terpampang nyata dengan diskon 50%. Tapi, Hoshiko benar-benar harus menyisihkan uangnya untuk minggu ini supaya ia bisa makan.
"Beli saja," ucap suara yang tiba-tiba berada di samping Hoshiko. Gadis itu menoleh dan menemukan Keigo, sang hero no 2, Hawks.
"Tidak. Aku tidak bisa makan, kalau beli sekarang," jawab Hoshiko, walaupun tidak bohong tatapannya tidak lepas dari kartu tarot itu.
"Omong-omong kamu mengikutiku ya?!" ucap Hoshiko lagi. Gadis itu baru menyadari kehadiran Hawks di sampingnya.
"Kamu pelupa? Kalungmu masih dipakai. Lagipula aku ada keperluan disini," jawab Hawks.
"Keperluan? Di toko sulap?"
"...Ya pokoknya ada..!" jawab Hawks sedikit terbata-bata.
"Hadeh. Aneh," ucap Hoshiko lalu meninggalkan Hawks sendirian. Ia sudah memantapkan hati untuk tidak membeli kartu tarot itu, walau lubuk hati terdalamnya menolak.
Hawks memandang gadis itu sebentar, kemudian dirinya memasuki toko sulap itu. Membawa kartu tarot yang diincar Hoshiko tadi.
"Huh, panasnya. Tahu begitu aku tadi memakai mobil. Cih, pahlawan apanya, dimintai ganti rugi malah pergi," gumam Hoshiko sambil berjalan.
Terik matahari siang menyengat kulitnya, musim panas kali ini sepertinya akan panjang. Padahal sekarang sudah seharusnya memasuki musim gugur. Tapi tidak buruk juga bagi Hoshiko. Dengan berjalan begini ia menjadi leluasa menatap keramaian kota yang jarang ia dapatkan ketika naik mobil.
"Kalau dipikir-pikir kau sangat meyayangi mobillmu ya?" Hoshiko kembali terkejut dengan lki-laki yang ternyat mengikutinya.
"Kenapa kau malah mengikutiku?"
"Kau benar-benar sudah mengikhlaskan ganti rugi mobilmu?" tanya Hawks kembali, "Syukurlah. Kalau gitu aku per-"
"HEI! ENAK SAJA!" ucap Hoshiko dengan nada tinggi sambil menahan tangan Hawks agar laki-laki itu tidak pergi.
"Bercanda. Ayo ikut aku," ucap Hawks menarik lengan Hoshiko agar mengikutinya. Mau tidak mau demi mobilnya agar kembali seperti bentuk semua Hoshiko mengikuti laki-laki itu.
Sekarang mereka malah berada ditaman. Sepi dan hany beberapa orang lalu lalang. Hoshiko kembali bertanya-tanya sebenarnya untuk apa Hawks membawanya kesini.
"Sebelum mengganti rugi mobilmu, aku ingin bertanya satu hal," ucap Hawks
"Huh?"
"Mau tidak jadi managerku?"
"H-HAH?!"
"Ey, santai. Kalau kau menjadi managerku, gajinya melebihi gajimu yang sekarang dan kau dengan mudah bertemu banyak hero-hero kesukaanmu dan satu lagi. kau bisa selalu melihat wajah tampanku," ucap Hawks percaya diri pada kalimat terakhir.
"Kalimat terakhir tidak bisa dihapus?" ucap Hoshiko jengkel.
"Hahaha. Bercanda. Tapi serius, kau ingin tidak?"
"Kenapa aku?"
"Karena kau sesuai kriteria manager yang aku inginkan," jawab Hawks santai.
"Lalu aku keluar dari kerjaanku yang sekarang?"
"Ya, kalau kau mau menyiksa badanmu sendiri ya tidak usah keluar."
"Cih." Hoshiko diam. Ia memikirkan tawaran Hawks. Jujur ia sangat tertarik malah, salah satu alasannya gajinya yang lebih banyak dari kerjaannya yang sekarang, "Aku harus apa kalau menjadi managermu?"
"Itu rahasia. Kalau kau ingin akanku beritahu, tenang saja kerjanya lebih mudah dibanding perusahaanmu yang sekarang," ucap Hawks.
"Mencurigakan, tapi oke aku setuju," ucap Hoshiko.
"Nah gitu. Untuk ganti ruginya besok kau datang ke alamat yang akanku kirim, sekalian memulai kerjamu yang baru," ucap Hawks, "Sampai jumpa besok."
Hoshiko menatap kepergian Hawks dalam diam. Hatinya sedikit senang karena mobilnya akan diservice kembali, juga mendapat kerjaan baru. Walau ia masih jengkel dengan laki-laki itu tapi sebetulnya tidak buruk juga bekerja dibawah naungan hero nomor 2.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top