Part 30
Tears like Today
###
Part 30
###
"Ke mana kau akan membawaku, Ario?!" Senja menarik handle pintu yang terkunci meskipun tahu tindakannya akan sia-sia. Kelicikan di mata Ario benar-benar membuatnya panik.
Ario tersenyum, menyedekapkan kedua tangan di depan dada. Kesenangan nampak memenuhi wajahnya dengan kepanikan Senja. Wanita itu terlihat sangat cantik. Ah, semua wanita hamil sepertinya memang memiliki aura tersendiri.
Kinan wanita yang seksi, selalu mampu menggoda gairah seorang pria, tapi Senja, kecantikan dan keanggunan wanita itu memiliki daya tarik tersendiri yang menggugah hatinya. Seandainya wanita itu tidak sedang mengandung Farick junior. Atau seandainya ia lebih dulu bertemu dengan Senja.
"Apa kau ingin aku melompat dari mobil?" Senja mencoba mengancam, meskipun dalam hati tersenyum kecut akan ancaman tololnya.
"Hari ini Anda terlihat sangat cantik, Nyonya Senja," puji Ario.
Senja mulai kesal dengan sikap Ario yang begitu tenang.
"Bagaimana keadaan kandungan Anda?"
Senja menahan nafas, tangannya menangkup perut dengan gerakan perlindungan. Kemungkinan-kemungkinan yang berkelebat di kepala, membuat Senja semakin beringsut menjauh. "Diaz akan membuatmu menyesal jika kau berani menyentuhku."
Ario memberengut, " Saya lebih menyesalkan kita yang tidak bertemu lebih dulu. Sehingga Kinan tak perlu hamil anak saya, dan Anda hamil dengan tuan Farick dan tuan Farick yang lain."
Senja tersentak, sesaat ia bergeming mencerna kalimat Ario, "Apa... Apa kau yang menghamili Kinan?"
Ario mengangkat bahunya sambil lalu, "Kami terjebak dalam malam yang... cukup indah. Meskipun tak seindah malam ini."
"Lalu untuk apa kau menculikku?"
"Ada beberapa alasan yang tak terlalu penting." Ario mengibaskan tangan sambil lalu, "dan dari sekian yang tidak terlalu penting, ada satu yang paling penting."
Jawaban Ario yang bertele-tele membuat Senja menghembuskan nafas dengan kasar.
"Andalah alasan saya yang paling penting."
Senja memejamkan mata, masih sulit menerima kata yang diucapkan Ario. Tidak cukupkah ia menghadapi kegilaan Diaz saja? Tanpa perlu tambahan masalah yang membuat hidupnya semakin sengsara.
"Kinan sedang mengandung anakmu. Darah dagingmu. Dan di sini kau malah menculikku untuk mendengarkan pernyataan cinta gilamu itu?"
"Saya hanya ingin mengungkapkan apa yang ada di dalam hati."
"Pada seorang wanita yang bersuami dan tengah mengandung anak dari suaminya? Aku tak bisa membayangkan kegilaan apalagi yang mampu kau inginkan."
"Setidaknya saya tidak menikahi mantan kakak ipar saya sendiri. Meskipun saya juga tidak akan keberatan jika istri kakak saya secantik dan semenarik Anda, Nyonya Farick." Ario terkekeh.
"Brengsek kau!" Tanpa Senja sadari, telapak tangannya melayang dan mendaratkan sebuah tamparan di pipi Ario. Kepala pria itu berputar ke samping karena saking kerasnya ia memukul. Ia bahkan bisa melihat belas memerah di pipi kanan Ario.
Cukup lama Ario menunduk karena tamparan Senja. Salah satu sudut bibirnya terangkat dan wajahnya berubah serius. Sebelum kemudian kegilaan dalam matanya bersinar, diikuti tawa mengerikan yang membuat perut Senja memegang.
"Baiklah, kita akhiri saja perbincangan sore yang ringan ini." Seringai di bibir Ario semakin tinggi saat tangannya menyusup di balik jas dan mengeluarkan sebuah sapu tangan berwarna hitam. "Sebelum saya mulai menunjukkan bukti kebrengsekan saya pada Anda, Nyonya Farick."
Senja menatap ngeri mata Ario yang kini berkilat menyeramkan. Nafasnya terhenti dan perutnya bergejolak menahan rasa mual yang tiba-tiba muncul. Satu-satunya hal yang paling tidak ingin Senja lakukan dan ia butuhkan saat ini adalah berdoa agar Diaz segera menemukan dan menyelamatkan dirinya.
Air mata membasahi sudut mata Senja ketika Ario membungkam hidung dan mulutnya dengan sapu tangan hitam itu. Memberontak sambil meneriakkan nama Diaz dalam hati. Satu-satunya harapan yang ia miliki saat ini.
Hingga perlahan teriakan itu bergema dan semakin menjauh. Bersamaan dengan kesadaran yang meninggalkan dirinya, dan menyambut kegelapan yang datang.
***
"Sialan!" Diaz meninju meja kerjanya, menggetarkan semua barang yang ada di atasnya. "Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
"Ada seorang pria yang menghampiri kami sesaat sebelum nyonya Senja naik ke dalam mobil."
"Apa yang pria itu katakan?"
"Tuan Ario ingin bicara dengan nyonya Senja."
'Ario Bayu,' geram Diaz dengan tangan mencengkeram ponsel, "Dan kau sama sekali tidak curiga?"
"Maafkan saya, Tuan," cicit si sopir ketakutan dengan nada membunuh yang sangat kental dalam suara majikannya.
Diaz memutus panggilan tersebut dan berniat menghubungi Saga untuk mencari tahu keberadaan Senja, tapi ponselnya kembali bordering. Deretan nomor tak dikenal sebagai pemanggil membuat matanya menyipit perih menahan amarah yang berkobar.
"Ario," rahang dan mulut Diaz mengeras dengan kebencian ketika ia menjawab panggilan itu. Amarah terlihat jelas dan membara di wajahnya hanya dengan mendengar suara nafas pria itu dari belakang.
"Tuan Farick." Suara Ario terdengar sangat cerah dari seberang.
"Di mana istriku?" desis Diaz. Dalam hati bersumpah akan mematahkan tangan Ario jika berani menyentuh Senja seujung kuku pun.
"Nyonya Farick?" Ada kekehan geli dalam serak suara Ario. Takjub akan kepekaan radar Diaz terhadap wanita yang dicintainya. Apakah cinta mampu menciptakan koneksi sebesar itu?
"Aku pastikan, kau tidak akan menyukai apa yang akan kulakukan padamu, jika ada segores pun lecet di kulit istriku," ancam Diaz.
Ario terkekeh semakin keras, "Istri anda baik-baik saja, tuan Diaz. Cukup nyenyak untuk menikmati hari yang indah. Apakah wanita hamil memang selalu mengantuk?"
"Aku tak butuh basa-basimu, apa yang kau inginkan?"
***
"Tiga tahun aku menjadi suamimu, kau pikir aku tak tahu ke mana kau akan pergi untuk melarikan diri?" Diaz mendorong pintu apartemen baru Kinan dan melangkah masuk. Tak peduli meskipun dengan begitu Kinan terhuyung dengan gerakan yang kasar. "Rupanya kau memang masih sebodoh seperti yang kupikirkan, Kinan."
Kinan benar-benar akan terjatuh, jika kedua tangannya tidak segera bertopang pada meja tempat vas bunga untuk menahan tubuhnya. Diaz bahkan tak peduli dengan kondisinya yang tengah hamil. Oh ya, memang sejak kapan pria itu akan peduli pada seorang wanita jika itu bukan Senja?
"Aku tidak ingin bercerai, Diaz." Kinan mendesis, bibirnya menajam setelah bisa berdiri dengan tegak, "Aku tidak akan membuatmu semudah itu."
"Oh,ya?" Diaz menyeringai. "Coba saja."
"Setelah memanfaatkanku, kini tanpa perasaan sedikit pun kau membuangku. Kau benar-benar brengsek, Diaz."
"Dan jangan bersikap seolah kau tidak lebih brengsek dariku. Kesepakatan di balik pernikahan kita atas persetujuanmu dan aku, dan kalau kau sudah lupa, kaulah yang menawarkan kesepakatan itu."
"Aku tidak mendapatkan keuntungan apa pun dari kesepakatan itu, dan sekarang kau malah membuangku? Setidaknya biarkan aku bersembunyi di dalam pernikahan kita."
"Dan aku juga tak pernah menjanjikanmu sesuatu pun,"
Kinan menggeram marah, kesepakatan sialan, ia menyumpah lagi. Kesepakatan yang malah menjadi bumerang untuknya.
"Ario Bayu," Diaz menggeram mengucapkan nama itu, "tadinya aku tak mau tahu urusan kalian setelah perceraian kita, tapi sekarang, pria itu sudah mencoba mengusikku dan semua itu karena perbuatanmu."
Kinan mengerutkan keningnya, "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Diaz? Apa dia mengancammu?"
Wajah Diaz semakin menegang.
Kinan menyeringai, "Jangan bilang kau takut dengan ancamannya."
"Tidak," Diaz menggeleng, "Aku tidak takut dengan ancamannya, kecuali jika itu menyangkut Senja."
Seketika wajah Kinan berubah datar. Diaz akan berubah menjadi pria paling mengerikan jika menyangkut tentang Senja. Mata dan hati pria itu sudah dibutakan oleh seorang Senja, dan berdiri diantara Diaz dan Ario bukan hanya sekedar mimpi buruk.
"Kita akan mengurus perceraian dan setelah itu aku akan mengantarmu pada..."
"Kau akan menukarku dengan Senja?" raung Kinan tak percaya.
Diaz mengangguk,"Baguslah kalau kau cepat mengerti."
"Kau memang brengsek, Diaz."
"Ya, dan sepertinya kau sudah lebih dari cukup menyesali keputusanmu atas kesepakatan yang kau tawarkan padaku. Jadi, kau ingin ikut denganku secara sukarela, atau aku menyeretmu dan tak peduli kau mengenakan alas kaki atau telanjang sekalipun. Selagi aku masih memiliki sedikit kesabaran."
###
Semoga ceritanya masih cukup menarik untuk dibaca dan ditunggu next partnya.
Wednesday, 12 December 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top