Yoongi | Page Two
Yoongi | Page Two
Tak ada perpisahan yang indah
Sudah beberapa hari Yoongi menjalani hari harinya seperti biasa. Ah, bukan. Lebih tepatnya, mencoba menjalani hari harinya seperti biasa. Seperti belum ada sosok Mina yang menjadi pendampingnya.
Yoongi tersenyum kecil saat menyadari bahwa dirinya bukanlah pendamping yang sesungguhnya untuk Mina, walau kenyataannya ia selalu berperilaku selayaknya pendamping yang sesungguhnya.
Pandangannya fokus pada punggung kecil Mina yang berada di ruang televisi, tengah sibuk merapihkan semua barang barangnya ke dalam kotak. Iya, Mina sudah mulai menyiapkan barang barang untuk kepindahannya nanti.
Bahkan, saat dirinya masih menyiapkan diri untuk sebuah kehilangan, lain halnya dengan Mina sendiri yang sudah siap untuk kembali menyambut kisah barunya.
Yoongi kembali tersenyum, kali ini senyum getir. Senyum getir untuk dirinya yang tak mampu mempertahankan mimpinya. Namun seketika Yoongi sadar, bahwa semua ini memang mimpi.
Mimpi indahnya, yang beberapa hari kemudian ia akan kembali bangun dari mimpi indahnya ini.
Kembali menjalani kehidupannya tanpa seorang Shin Mina.
Seharusnya pagi ini Yoongi bangun seorang diri di ranjang kamarnya, bukan dengan Mina yang berada di sampingnya dengan lengan mungil yang melingkar di pinggangnya.
Untuk beberapa alasan, Yoongi kembali menutup matanya. Berpikir mungkin ini adalah sebuah mimpi, sampai akhirnya ia kembali membuka matanya dan masih mendapati Mina yang memeluk dirinya.
"Mina.. Bangun.."
Mina hanya bergumam, dengan lengan yang semakin memeluk erat torso Yoongi. "Aku sudah bangun, Oppa yang bangun siang."
Menyadari bahwa Mina sudah bangun sedaritadi, membuat Yoongi mengernyit bingung. "Kenapa kau disini? AC kamarmu kembali rusak?"
"Tidak, aku hanya ingin tidur denganmu sebelum lusa kita bertemu di pertemuan keluarga."
Yoongi tersenyum sendu, dengan perlahan ia mengurai lengan Mina yang melilit pinggangnya. "Untuk apa kau melakukan ini?"
Mina bangkit dari posisi tidurnya setelah Yoongi yang sudah lebih dulu bangkit, lalu menyandarkan punggungnya di headboard ranjang.
"Aku hanya ingin kita berpisah secara baik baik, aku ingin kita memiliki kenangan yang indah untuk kita kenang nanti, aku i—"
"Kau ingin hidupku di penuhi oleh kenanganmu? Sedangkan nanti, kau hidup dengan kenangan baru bersama Dong-Suk Hyung," sela Yoongi cepat, "kau ingin aku terjebak dalam dunia yang kau ciptakan ini? Kau ingin aku semakin menginginkanmu di masa depan nanti?!" cecar Yoongi dengan suara tertahan.
Dapat Mina lihat jelas urat urat di leher Yoongi yang seolah olah meronta untuk keluar dari tempatnya, bahkan baru pertama kali Mina melihat Yoongi dengan mata yang memerah emosi.
"Aku sudah mengatakannya bukan padamu untuk berhenti berperan sebagai seorang istri? Lalu kenapa kau sekarang berperilaku seolah kau adalah istriku? Kau tak mengerti maksud dari permintaanku, Shin Mina?"
Entah kemana semua alasan yang sudah Mina pikirkan sejak kemarin sebelum akhirnya ia dengan berani menelusup masuk ke dalam kamar milik Yoongi yang baru saja satu minggu lelaki itu tempati.
"Aku menyayangimu, kau tahu itu dengan baik. Aku rela melakukan apapun untukmu. Bahkan aku mengorbankan mimpiku untuk kau hancurkan begitu saja hanya untuk membiarkan mimpimu dapat terwujud." suara Yoongi kembali terdengar di dalam kamar yang hanya berisikan satu ranjang dan lemari di sudut ruangan.
"Aku rela merasakan sakit berkali kali, asalkan kau dapat tersenyum dengan bahagia. Aku yang dengan susah payah merapihkan kepingan hati setiap harinya, hati yang selalu kau hancurkan setiap kali kau menyebut nama Im Dong-Suk."
Nafas Yoongi memburu saat ia mengeluarkan semua beban di hatinya dengan suara yang tertahan. Sebab ia tahu, Shin Mina akan selalu sakit hati jika mendengar seseorang berucap dengan nada tinggi padanya.
Rasanya Yoongi ingin tertawa, bahkan disaat seperti ini pun ia masih memikirkan hati seseorang yang jelas jelas sudah menghancurkan hatinya.
Namun, Mina tak seperti yang Yoongi pikirkan. Hatinya tetap sakit walau Yoongi mengungkapkan kesakitan yang selama ini ia pendam dengan suara yang tenang, bahkan cenderung lembut.
Karena, semakin tenang dan lembut Yoongi menjelaskan semuanya. Itu semakin membuat Mina sadar, bahwa lelaki tersebut sudah tak lagi memiliki kekuatan untuk mengeluarkan amarahnya. Semua kekuatannya sudah habis untuk menanggung sakit yang selama ini ia berikan.
"Hanya satu yang aku pinta, Shin Mina.. hanya satu.." mohon Yoongi dengan sungguh sunggu, bahkan lelaki tersebut sudah menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan Mina. Tanda bahwa ia benar benar memohon pada wanitanya tersebut.
"Jangan lagi kau mengurusi kehidupanku, dan bertingkah sebagai istri seorang Min Yoongi," ucapnya pelan, "bertingkah lah sebagai Shin Mina, temanku yang selalu membanggakan kisah cintanya dengan Im Dong-Suk."
Dengan susah payah Mina menahan isak tangisnya.
"Karena hanya denganmu yang kembali menjadi temanku, akan membuatku sadar bahwa ada garis yang tak bisa aku lewati. Garis pertemanan." lanjutnya.
"Karena sampai kapan pun, kau dan aku hanya sebatas teman."
Lengan kecilnya ia angkat, lalu ia jatuhkan perlahan di atas surai hitam milik Yoongi. Dengan lembut ia mengusap rambut tersebut.
"Maafkan aku, aku hanya ingin mengakhiri semuanya dengan indah."
Yoongi mengangguk dengan kepala yang masih ia simpan di atas pangkuan Mina, "tapi kau harus tahu, Mina, tak ada perpisahan yang indah."
"Tak ada yang baik baik saja dalam sebuah perpisahan."
Mina mengangguk mengerti, ia baru menyadari bahwa memang tak ada perpisahan yang indah. Sebab, tak ada yang menginginkan sebuah perpisahan walaupun memang nyatanya setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
"Berbahagialah dengan Dong-Suk Hyung. Aku yang sudah pernah merasakan bahagia karenamu, akan mendoakan kebahagiaanmu."
A/n : Kalimat terakhir menurutku yang paling nusuk sih :))
AKU ULANGI YA, AKU YANG SUDAH PERNAH MERASAKAN BAHAGIA KARENAMU, AKAN MENDOAKAN KEBAHAGIAANMU :((
Bitiway, partnya Mas Yoongi aku buat lebih pendek. Karena emang mentok :)) Dipaksa gimana pun ga bisa sampe 1000 words hyung :((
2020 - 10 - 18
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top