Namjoon | Page Two
Namjoon | Page Two
Dulu kau adalah kekasihku
Empat tahun lalu
"Namjoon, ayo kita pergi!" rengek Naya yang sudah siap dengan pakaian rapihnya. Berbeda dengan Namjoon yang masih tertidur dengan pakaian yang mungkin sejak pulang dari acara musik belum ia ganti.
"Kemana, Naya?" tanyanya dengan suara yang parau. "Kau lupa? Hari ini hari jadi kita Namjoon!"
Namjoon langsung terduduk begitu mendengar ucapan Naya, "apa sekarang tanggal 14?"
"Iya! Em-pat-be-las No-vem-ber!" jawab Naya dengan memenggal setiap kata dengan penekanan penuh.
Namjoon yang baru saja tertidur dua jam lalu, langsung membuka mata dengan kesadaran penuh. Melupakan bahwa ia baru saja memasuki kamar pagi hari tadi.
Detik berikutnya ia memeluk gadis yang ada di depannya, "aku menyayangimu Min Naya, terima kasih sudah bertahan hingga sejauh ini." bisik Namjoon dengan suara parau khas baru bangun tidur.
Naya tersenyum dibalik punggung lebar sang tunangan, "aku pun menyayangimu Kim Namjoon."
"Sebentar lagi.. Bertahanlah sebentar lagi, aku akan menikahimu."
Selalu, kalimat yang Namjoon ucapkan selama dua tahun terakhir. Sebentar lagi..
Naya yang memang sudah biasa di beri kalimat penenang pun, hanya mengelus punggung Namjoon dengan sayang.
Karena walaupun Naya tahu itu hanyalah kalimat penenang, ia akan tetap bertahan hingga lelaki tersebut menjadikan nyata ucapannya tersebut.
Untuk sekarang, biarkan Naya mengeluarkan sedikit rasa penasarannya. "Namjoon, sampai kapan aku harus bertahan?"
Dapat Naya rasakan bahwa punggung yang tengah ia usap dengan sayang, langsung tegak setelah Naya melontarkan pertanyaan tersebut.
"Apa kau sudah lelah?" Namjoon melepaskan pelukannya, lalu menatap Naya dengan sendu.
Yang ditatap menggelengkan kepalanya, "aku hanya bertanya. Aku harus bertahan sampai kapan? Karena untuk bertahan, aku memerlukan banyak kekuatan." jawabnya dengan gamblang.
Sebab, sejujurnya Naya sudah sedikit lelah dengan Namjoon. Dengan hubungan mereka yang masih jalan di tempat. Naya sadar, mereka masih muda. Namun hubungan mereka selalu mengambang setelah pertunangan tiga tahun lalu, tak ada kemajuan. Bahkan pembahasan untuk melangkah ke jenjang berikutnya saja tak ada sama sekali.
"Aku menyayangimu, kau tahu itu kan," Naya mengangguk, ia tahu bahwa lelaki berlesung pipi tersebut menyayanginya.
"Aku selalu memohon padamu untuk bertahan, untuk selalu disampingku." Namjoon mengucapkan dengan lembut, "tapi aku tak memaksa dirimu untuk bertahan."
Nafas Naya tercekat.
"Aku ingin kau bahagia, aku ingin kau tak terbebani oleh apapun, termasuk hubungan kita," dengan cepat Naya menggelengkan kepalanya. Tanda tak setuju dengan apa yang baru Namjoon ucapkan.
"Jika kau lelah, kau boleh berhenti."
Dengan cepat, setetes air mata Naya keluar dari peraduannya.
"Aku tahu hubungan kita cukup melelahkan karena hanya berjalan ditempat, tak bergerak maju sedikitpun," Namjoon mengusap air mata di pipi Naya. "Kau benar, bertahan memerlukan banyak kekuatan. Sedangkan kekuatan yang selama ini kau keluarkan tak menghasilkan apapun, tak membuat kau berhasil mendapatkan kebahagiaan."
Dibalik wajah tenangnya, di dalam dirinya sendiri, Namjoon tengah berusaha menenangkan dirinya yang merasakan sakit saat teramat saat Naya kembali meneteskan air matanya. Saat dirinya dengan berani mengucapkan untuk berhenti pada sang gadis.
Namjoon menundukan kepalanya, lalu menghembuskan nafas dengan keras. Sedangkan Naya tengah berusaha keras menyingkirkan pikiran negatif dari kepalanya, menunggu dengan cemas kalimat apa yang akan kembali Namjoon lontarkan.
"Oppa, sedang membuat apa?"
Seokjin menoleh saat mendengar suara gadis yang ia kenal dengan baik tersebut.
"Kenapa banyak makanan disini? Kalian akan mengadakan pesta?" tanya Naya lagi saat sadar bahwa di meja dapur terdapat banyak daging dan bahan masakan lainnya.
Seokjin berdecih, "kau lupa? Hari ini hari jadi kau dan Namjoon, tentu kita harus makan besar untuk merayakannya." seru Seokjin dengan semangat.
Naya terkekeh, lupa dengan kebiasaan yang biasa ia lakukan akibat drama di dalam kamar tadi.
"Kalau begitu, aku harus membantu apa?" tanya Naya yang sudah mulai menarik lengan dressnya yang panjang.
Seokjin menahan Naya yang siap menarik wadah berisi daging. "No, Naya.."
Naya mengernyit, "why?"
"Kau sudah cantik dengan dressmu, lebih baik bangunkan Yoongi dan jug—"
"Yoongi Oppa?" tanya Naya meyakinkan diri, yang dibalas anggukan oleh Seokjin.
"Heem, dia yang harus lebih dulu kau bangunkan untuk membantuku memasak."
Naya menghela nafas pasrah, pasalnya lelaki tersebut amat sangat susah dibangunkan. Seperti membangunkan singa, bukannya membuka mata malah mengeluarkan raungannya.
Dengan malas Naya melangkah menuju kamar Yoonvi, bahkan tanpa susah payah mengetuk pintu Naya langsung memasuki kamar yang di huni Yoongi juga Seokjin tersebut.
Naya mengernyit saat tak mendapati bangkai manusia di atas ranjang berseprai hitam tersebut.
"Oppa? Suga Oppa?" panggil Naya sembari berkeliling kamar, lalu berhenti tepat di depan pintu kamar mandi. "Yoongi-ssi?"
"Apa?"
Naya mengangguk saat mendapat jawaban dari dalam kamar mandi, "ditunggu Seokjin Oppa di dapur, jangan dulu bersiap, o—"
Ceklek
Yoongi membuka pintu kamar mandi dengan menggunakan kaos hitam serta celana bahan hitamnya juga, membuat Naya terkejut.
"Aish, kau membuatku terkejut!" omel Naya sembari mundur beberapa langkah dari depan pintu kamar mandi.
Yoongi terkekeh, "maaf, aku hampir bersiap. Tapi mendengar bahwa aku harus ke dapur lebih dulu, jadi aku keluar menggunakan ini."
Naya mengangguk, lalu menarik lengan pucat lelaki tersebut agar melangkah keluar dari ambang kamar mandi.
Yoongi yang ditarik, hanya pasrah kemana gadis tersebut akan menariknya. Karena ia sadar bahwa Naya menariknya menuju sudut lain kamar.
"Bagaimana rasanya menikah?"
Mereka berdua berhenti tepat di depan figura kecil yang ada di samping komputer dimana biasa Yoongi menghabiskan banyak waktunya.
Mendengar pertanyaan Naya, Yoongi terhenyak untuk beberapa saat. Naya sendiri sadar bahwa pertanyaannya sedikit sensitif, tapi ia perlu jawaban dari seseorang yang pernah gagal dalam pernikahan.
"Aku tak bermaksud membuka luka itu, Oppa, aku ha—"
"Pernikahan menyenangkan jika kau memerankannya dengan baik," sela Yoongi dengan cepat. Membuat Naya menghela nafas pelan, "Oppa.."
"Naya, yang aku jalani dengannya adalah skenario pernikahan. Bukan pernikahan sesungguhnya," jelas Yoongi dengan lirih, "jika kau bertanya padaku bagaimana rasanya menikah, maka jawabanku seperti tadi. Menyenangkan jika kau memerankannya dengan baik."
Naya yang masih merangkul lengan kiri Yoongi pun, berubah menjadi memeluk lengan pucat tersebut.
"Jika yang dalam hidup Namjoon yang penting adalah harta, tahta dan Min Naya. Maka dalam pernikahan yang penting adalah kepercayaan, perasaan, dan waktu."
"Waktu?"
Yoongi mengangguk, "heem, waktu. Aku dan dia hanya memiliki sedikit waktu sebelum kami menikah, jadi mungkin perasaan yang ia miliki padaku pun sedikit." cerita Yoongi dengan pandangan yang masih menatap ada figura kecil di samping komputernya.
"Mungkin ada yang bilang bahwa cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, tapi waktu pun akan habis tanpa kita tahu dimana akhirnya,"
"Aku harap, kau dan Namjoon akan menemukan akhirnya di pelaminan nanti. Lalu menghabiskan waktu hingga maut memisahkan." Yoongi menepuk puncak kepala Naya yang bersandar di bahunya.
"Bagaimana jika waktuku dan Namjoon habis sebelum kita menikah?"
Yoongi terkekeh mendengar pertanyaan polos gadis yang lebih muda tiga tahun darinya tersebut, "mau bagaimana lagi? Itu sudah takdirmu dan Namjoon, yang jelas kau harus tetap melanjutkan langkahmu ke depan."
Naya mengangguk mengerti, namun masih enggan untuk melepaskan pelukannya di lengan Yoongi. Mungkin selain di pelukan Namjoon, bersandar pada bahu Yoongi adalah tempat ternyaman kedua bagi Naya.
Lelaki tersebut selalu mampu membuatnya sadar bahwa yang tengah ia hadapi adalah sebuah takdir. Membuatnya sadar, bahwa ia bukan hidup di dalam dongeng yang tengah ia buat sendiri dan memilih akhir yang bahagia bersama Namjoon.
A/n : Mas Yoongi tuh emang guru kehidupan guys 😂
Di cerita ini pokoknya mereka bertiga ga aku kasih kebahagiaan yang abadi, karena emang ga ada yang abadi di dunia tuh :(
Inget kata Mas Yoongi waktu tuh ada habisnya.
Ini nih, wajah wajah yang udah ngalamin pahitnya dunia 💜
Jangan lupa vommentnya ya, borahae!! 💜💜
2020 - 12 - 08
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top