Namjoon | Page Three
Namjoon | Page Three
Tapi kini dirimu bagaikan bir yang pahit.
"Kau berhak bahagia Nay, walau bukan denganku." itu kalimat yang Namjoon ucapkan sebelum meminta Naya keluar dari kamarnya karena ia akan bersiap.
Kalimat singkat yang membuat hubungan keduanya seperti mengambang di atas air, entah akan berakhir karam ataupun kembali berlayar. Yang jelas sekarang Namjoon sedang gencar memberi jarak pada Min Naya.
Sedangkan Naya? Seperti ucapan sebelumnya, bertahan memerlukan banyak kekuatan. Begitupun dengan menjauhi lelakinya, maka dari itu Naya hanya berdiam diri. Tak menjaga jarak sama sekali, bahkan Naya menggunakan sisa kekuatannya untuk melangkah mengejar Namjoon yang berlari di depannya.
Iya, Naya menyadari bahwa Namjoon sedang berlari menjauhinya. Semua terlihat jelas oleh Naya.
"Dimana Namjoon?" tanya Naya saat baru saja memasuki apartement yang ditempati ketujuh lelaki yang sedang merintis karirnya tersebut.
"Di studio, dia sudah dua hari tak pulang." jawab Jungkook yang sedang duduk di ruang santai.
Mendengar bahwa sang kekasih tak ada di apartement, Naya tak ada niatan untuk langsung menghampirinya ke studio. Naya melangkah mendekati lelaki muda yang tengah sibuk dengan game di ponselnya.
"Jungkook-ah," panggil Naya, yang sudah duduk di sofa lain yang berhadapan dengan Jungkook. "Jika kekasihmu menjauhimu, apa yang akan kau lakukan?" tanya Naya tanpa basa basi.
Jungkook yang memang sadar dengan renggangnya hubungan Naya dan Namjoon pun berdeham, lalu mempause permainannya.
"Mungkin Namjoon Hyung sedang fokus dengan album kita saja, Noona. Dia setiap hari selalu bertanya tentang mu padaku ataupun Yoongi Hyung."
Naya terkekeh, "aku tak bertanya tentang Namjoon. Aku bertanya, jika kekasihmu menjauhimu apa yang akan kau lakukan?"
"Maksud pertanyaan Noona itu ada sangkutannya dengan Namjoon Hyung kan? Jadi aku menje—"
"Tak perlu kau jelaskan, aku sudah tahu, Kookie," sela Naya cepat. Lalu menyandarkam punggungnya pada sofa, "aku hanya butuh petunjuk tentang langkah apa yang harus aku ambil sekarang."
"Tunggu sebentar lagi, Hyung sedang me—"
"Aku sudah menunggu selama dua tahun, apa masih kurang?" tanya Naya dengan menatap langit langit apartment. "Setiap manusia memiliki batas waktunya sendiri, Kook, bagaimana jika waktuku dan Namjoon hanya sebatas ini?"
Iya, Naya masih mengingat ucapan Yoongi beberapa hari lalu perihal waktu.
"Bagaimana jika memang takdirku dan Namjoon harus berakhir disini, seperti ini?"
Jujur, selama Namjoon menjauhinya ia tak tahu harus mencurahkan seluruh gundah gulananya pada siapa. Karena tak mungkin ia menceritakan pada orang tuanya, temanpun tak banyak yang tahu jika ia adalah seorang kekasih dari artis yang masih merintis karirnya tersebut.
Maka dari itu, hari ini ia mengunjungi apartement Namjoon dan teman temannya itu. Tujuan pertamanya memang ingin menemui Namjoon, tapi jika Namjoon tak ada maka ia akan sedikit mencurahkan isi hatinya pada siapapun yang ada di apartement.
Karena hanya mereka yang tahu bagaimana hubungannya dengan Namjoon selama ini.
"Semuanya memiliki akhir, Kook. Begitupun aku dan Namjoon." lagi, Naya mengeluarkan apa yang ia pendam di hatinya selama ini. "Aku menyayanginya, aku tahu dia sedang fokus dengan grup kalian itu. Tapi aku pun ingin dia sedikit fokus pada hubungan kita."
"Noona, Namjoon Hyung pun menyayangimu. Dia membuat banyak musik untukmu, di—"
"Aku tak butuh musiknya, aku butuh keseriusan dia, Kook." sela Naya, lagi. "Apa pernah aku meminta untuk dinikahinya besok lusa? Aku hanya ingin kita membicarakan masa depan kita."
Suasana di apartement hening untuk beberapa saat. Naya pun memejamkan matanya, berusaha menghilangkan pikiran negatif yang singgah di kepalanya ini.
"Apa dia terbebani oleh hubungan ini?" lirih Naya yang masih mampu tertangkap oleh telinga Jungkook.
"Aku takut kau yang terbebani oleh hubungan ini, Naya."
Mata Naya terbuka saat mendengar suara yang hampir satu minggu ini tak ia dengar secara langsung ataupun via telepon.
"Aku tahu, aku sama sekali tak membawamu melangkah menuju masa depan. Aku hanya membawamu melangkah dilingkaran yang aku ciptakan ini."
Ingin Naya berbalik dan menatap wajah lelakinya tersebut, tapi kini kekuatannya sudah benar benar habis untuk lelakinya itu.
Jungkook yang duduk di hadapan Naya, hanya menatap sepasang kekasih yang sialnya sedang menghadap kearahnya. Ingin pergi, tapi Naya menatap tepat pada manik matanya. Seolah memintanya untuk tetap disini.
"Aku sudah mengatakan padamu, tak usah memaksakan jika memang kau lelah. Kau bisa berhenti."
Jungkook yang mendengarkan kalimat terakhir Namjoon, terkejut. Bagaimana bisa lelaki tersebut meminta berhenti pada wanita yang sudah menghabiskan waktunya untuk menunggu kelanjutan hubungan mereka selama ini?
"Aku ingin berhenti, Joon-ah." lirih Naya, yang lagi lagi membuat Jungkook kembali terkejut.
"Noon—"
"Tapi aku tak memiliki kekuatan untuk melangkah menjauhimu," ucap Naya yang sudah menundukan kepala. "Kakiku sudah lelah karena melangkah bersamamu, melangkah seorang diri menuju masa depan yang tak kau ikuti, melangkah kembali padamu yang masih berdiam diri ditempat, dan melangkah mengejarmu yang berlari menjauhiku."
Jungkook sadar, ada yang salah dengan lelaki yang berdiri beberapa langkah di belakang aofa yang di duduki oleh Naya.
"Aku lelah Namjoon," adu Naya dengan isakan yang tertahan. "Aku ingin terus melangkah bersamamu, tapi aku tak berada dalam langkahmu. Aku selalu berada di belakang ataupun di depanmu."
"Sulit untuk menyesuaikan langkahmu, entah kau yang selalu melangkah perlahan atau aku yang terlalu bersemangat melangkah."
"Hyung.." untuk pertama kalinya Jungkook mengeluarkan suaranya. Namjoon tersenyum pada Jungkook yang menatap kecewa padanya. "Aku tahu, Kook, aku yang salah disini." ucapnya dengan tenang.
Namjoon melangkah hingga benar benar berdiri tepat di belakang sofa yang Naya duduki, lalu ia mengusap surai Naya dengan sayang.
"Min Naya, berhenti menangis. Aku bukan lelaki yang pantas kau tangisi," pinta Namjoon.
Bukannya berhenti menangis, suara tangisan Naya semakin kencang. Gadis tersebut bangkit dari sofa dan melangkah memutari sofa, lalu memeluk lelaki yang selama ini selalu berhasil membuatnya tersenyum saat mendengar lagu yang katanya ia ciptakan untuknya.
"Aku menyayangimu, Namjoon," lirih Naya yang suaranya teredam di balik dada Namjoon.
Namjoon tersenyum sembari mengusap surai Naya yang mengeluarkan harum strawberry. Memeluk erat tubuh Naya dengan lengannya yang lain, membiarkan Naya menyalurkan kehangatan pada dirinya.
"Tapi kau benar, aku tak seharusnya memaksakan untuk terus bersamamu."
Ini alasan mengapa Namjoon memeluk gadisnya dengan erat, karena ia tahu, ini yang terakhir.
"Aku memang tak bisa melangkah menjauh darimu, maka dari itu, aku akan membiarkanmu berlari menjauh, Joon-ah."
Jungkook yang menjadi saksi perpisahan mereka, hanya menatap sendu pada sepasang kekasih yang tengah mengakhiri hubungannya dengan sebuah pelukan.
"Lari sejauh yang kau mau, Namjoon, aku tak akan mengejar ataupun kembali menjadi bayangmu," lirih Naya dengan lengan yang terkepal kuat dibalik punggung Namjoon.
"Namun satu yang harus kau tahu, aku masih ada di tempat yang sama," Naya melonggarkan pelukannya, namun masih melingkarkan lengannya di pinggang Namjoon. "menunggumu yakin, bahwa aku yang pantas untuk bersamamu di masa depan nanti."
Bohong jika Namjoon tak sakit hati akan perpisahan yang Naya ucapkan. Bohong jika senyum yang Namjoon berikan adalah senyuman yang tulus, karena nyatanya saat Naya mengucapkan kalimat terakhirnya. Air mata Namjoon pun lolos dari peraduannya.
"Sebentar lagi, Naya.. Tunggu aku, sebentar lagi.."
Lagi, kalimat itu yang Naya dengarkan. Tapi Naya harap, ini bukan kalimat penenang seperti biasanya.
"Aku tunggu kau di masa depan, Namjoon."
"Apa aku sudah terlambat, Kook?" tanya Namjoon saat Jungkook sudah selesai mamarkirkan mobilnya di basement gedung apartment.
"Hyung, sampai saat ini aku masih mengingat ucapan Noona saat itu."
"Apa?"
"Intinya, setiap hal memiliki batas waktunya. Mungkin waktu Noona untuk menunggumu memang sudah habis sejak lama."
Namjoon tak mengeluarkan bantahannya, ia melepaskan sabuk pengaman dalam diam. Lalu keluar dari mobil, kemudian mengikuti langkah Jungkook yang ada di depannya beberapa langkah.
Tiga tahun lalu Namjoon sudah berniat untuk kembali menuju Naya, gadisnya yang menunggunya selama ini. Tapi semuanya gagal saat Namjoon untuk pertama kalinya melihat Naya setelah tiga tahun tengah tertawa bahagia dengan lelaki disampingnya yang memangku anak kecil berpita besar di kepalanya.
Sejak satu tahun lalu itu lah, langkah Namjoon terhenti.
Ia berhenti untuk melangkah mendekati Naya yang ternyata sudah berbahagia. Untuk saat ini, ia hanya ingin berdiri di tempatnya dan memperhatikan Naya yang tengah merasakan bahagianya.
Walau terdengar naif, tapi Namjoon ikut senang saat melihat Naya tertawa. Seharusnya dulu, ia pun mampu membuat Naya tertawa seperti itu.
Tapi ia sadar, semuanya sudah terlambat.
Min Naya-nya sudah tak lagi menunggunya, di tempat yang ia janjikan.
2020 - 08 - 22
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top