Namjoon | Page Four
Namjoon | Page Four
Jika saja seseorang bisa memutar kembali waktu untukku, mungkin aku bisa sedikit lebih jujur.
Selesai rekaman, Namjoon langsung keluar dari studio dan turun ke area kantin kantor. Dimana disana ada Jungkook, Yoongi dan Hoseok yang sudah lebih dulu menyelesaikan rekamannya.
"Hyung!!" Teriak Jungkook saat minumannya di ambil alih oleh Namjoon begitu saja, "tinggal pesan lagi, Kook, aku haus. Baru selesai rekaman."
Jungkook mendelik, "terus kau kira aku hanya menemanimu ke kantor saja, ha?" omelnya, lalu bangkit dari kursi untuk memesan kembali minumannya yang dirampas oleh Namjoon.
Selepas Jungkook pergi, Namjoon menatap Yoongi yang sedang sedang meringkuk di single sofa dengan mata tertutup.
"Hyung.." panggil Namjoon, karena ia tahu, Yoongi itu walaupun matanya tertutup, telinganya tetap berfungsi.
Hoseok yang awalnya sibuk dengan ponselnya pun, mulai memasang telinganya baik baik. Ingin tahu apa yang akan dibicarakan si leader grupnya tersebut.
"Apa aku bisa memperbaiki hubunganku dengan Naya?"
Hoseok tersedak ludahnya sendiri saat mendengar nama yang sudah beberapa tahun belakangan ini tak ia dengar dari mulut sang leader.
"Joon-ah.."
Namjoon melirik Hoseok yang duduk di sofa samping Yoongi, "ada apa?"
"Naya sudah bahagia, kau pun harus bahagia, sama seperti dia." ucap Hoseok yang sudah menyimpan ponselnya di atas meja, sadar jika obrolan yang Namjoon buka bukanlah obrolan ringan.
"Aku ingin memperbaiki hubunganku dengan Naya, Hope-ah." ujar Namjoon sembari menundukan kepalanya yang ia topang dengan kedua tangannya. Lalu mengacak surainya dengan kasar.
"Seharusnya aku dulu memang tak menunda pernikahan kita, seharusnya aku tak membiarkan Naya menunggu terlalu lama." lirih Namjoon yang masih dapat di dengar oleh Hoseok.
Mendengar nada lirih yang Namjoon keluarkan membuat Hoseok mengiba saat ia kembali mengingat bagaimana dulu Namjoon selalu bersikap dewasa saat kisah percintaannya harus menjadi korban demi masa depan mereka.
"Seharusnya aku tak menutupi banyak hal pada Naya saat itu, aku seharusnya sadar bahwa Naya akan mengerti jika aku menjelaskannya."
"Kau jelaskan sekarang pun, tak akan merubah keadaan kalian berdua." kalimat yang Hoseok ucapkan sedikit menampar Namjoon dengan kenyataan yang ada.
"Naya sudah bahagia dengan keluarganya, penjelasanmu tak akan merubah kisah kalian di masa lalu."
Sedikitnya Hoseok harus menyadarkan Namjoon, bahwa kisahnya sudah lama karam. Kisahnya sudah tak akan bisa kembali ia lanjutkan, karena salah satu tokoh dalam kisahnya sudah memulai ceritanya yang baru tanpa Namjoon di dalamnya.
Di masa lalu
Lagi, Namjoon kembali duduk di dalam ruangan ini dengan suasana yang menegangkan. Jika biasanya ia berada diruangan ini bersama dengan keenam temannya, tapi untuk yang kesekian kalinya Namjoon duduk seorang diri di ruangan ini dan berhadapan langsung dengan CEO Agensinya yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.
"Namjoon-ah," panggil Bang Si-hyuk membuat Namjoon mengangkat kepalanya yang sedaritadi ia tundukan.
"Selesai album ini, kau bisa melangsungkan pernikahanmu."
Seharusnya senyum Namjoon merekah saat mendengar bahwa ia bisa melangsungkan pernikahannya setelah album yang seharusnya dirilis tahun ini rampung.
"Terima kasih, Bang PD-nim." hanya itu yang Namjoon ucapkan.
Sedangkan Bang Si-hyuk yang memang merasa bersalah pada anak asuhnya, hanya mampu menghela nafas perlahan. Lalu kembali mengucapkan permintaan maafnya.
"Joon-ah, aku minta maaf karena menghambat pernikahanmu, kebahagiaanmu," kata Bang Si-hyuk yang mulai melepas kacamatanya. "Aku tahu, pernikahanmu tak akan membuat para penggemar kita pergi begitu saja. Tapi aku khawatir dengan media, kau tahu kan bahwa media mampu mengubah posisi mata pisau hanya dengan satu jentikan jari?"
Namjoon mengangguk, dengan senyum hormat yang ia tunjukan.
"Aku tak mau media menganggap bahwa perilisan album kita diundur karena kau yang dianggap mengabaikan grup ini, dan lalai akan tugasmu."
Lagi lagi, Namjoon hanya mengangguk mengerti. Pasalnya pembahasan ini bukan kali ini saja oleh Bang Si-hyuk disinggung, sudah beberapa kali CEO-nya itu menyinggung perihal pernikahannya yang sudah tertunda selama dua tahun lamanya.
"Apa perlu aku yang berbicara langsung dengan Naya?"
"Tak perlu, Bang PD-nim, aku akan menjelaskan semuanya pada Naya. Aku yakin dia mengerti." kata Namjoon.
"Namjoon," panggil Naya yang saat Namjoon sudah masuk ke dalam mobilnya.
Iya, karena Namjoon yang selalu gagal dalam test SIM, hingga detik ini pun lelaki berdimple tersebut belum memiliki SIM. Jadi sesekali Naya yang menjemput lelaki tersebut dari kantornya jika memang sempat.
Bukannya menjawab, Namjoon mengecup lembut bibir Naya sebagai salam pertemuan mereka. "Kenapa?" tanyanya kemudian.
Naya terkekeh saat melihat ekspresi Namjoon yang tersenyum hingga membuat matanya semakin tertutup, "ada apa hari ini? Kau terlihat bahagia." tanya Naya yang mengabaikan pertanyaan yang sebenarnya akan ia tanyakan pada tunangannya tersebut.
Mendengar pertanyaan yang Naya lontarkan, Namjoon berdeham. Membuat Naya yang mulai menyetir melirik lelakinya tersebut.
"Naya, kau tahu aku akan merilis album terbarukan?"
Naya mengangguk, "tahu, lalu kita menikah, kan?" tanyanya dengan riang. "Um.. Begini Naya.. Album itu diundur hingga tahun depan." cicit Namjoon yang merasa bahwa pernyataannya mampu membuat wajah ceria Naya meredup.
Naya menoleh begitu mobilnya berhenti di lampu merah, "lalu? Apa kau sedang banyak pekerjaan?"
"Tidak, sebenarnya semuanya sudah selesai. Kita hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk merilis albumnya."
Mendengar jawaban Namjoon, Naya menghembuskan nafas lega lalu menganggukan kepalanya. "Aku kira kau banyak pekerjaan karena diundurnya perilisan album, aku dengar dari Yoongi Oppa bahwa akhir akhir ini sering mengurung diri di studio."
Naya mengusap sayang pipi Namjoon, lalu menepuk pelan pipi yang mampu melahirkan dimple tersebut. "Istirahat yang cukup, Joon-ah, aku tak mau kau sakit."
Lengan Naya yang mungil tertangkup oleh lengan besar Namjoon, lalu membawa tangan mungil tersebut ke atas pangkuannya.
"Maafkan aku, sayang, pernikahan kita kembali diundur." ucap Namjoon pelan.
Tanpa menggubris permintaan maaf Namjoon, Naya menarik lengannya yang digenggam oleh Namjoon. Sedangkan Namjoon hanya menghela nafas pelan saat sadar bahwa Naya pasti akan marah saat rencana pernikahan mereka kembali diundur.
"Namjoon-ah," panggil Naya, membuat Namjoon menoleh pasrah jika Naya memang akan memgeluarkan semua kekesalannya.
"Aku harus menyetir, jadi aku menarik lenganku," Naya terkekeh melihat wajah muram lelakinya. "Aku tak marah sama sekali padamu."
Setelah itu yang Namjoon dapatkan adalah sebuah kecupan singkat.
"Tak masalah di undur, selesaikan saja dulu masalah album kalian itu. Aku tak ingin mengganggumu dengan kembali membahas rencana pernikahan di tengah sibuknya kau mengurus album."
Namjoon mengerjapkan matanya beberapa kali, "kau tak marah?" tanyanya bingung.
"Aku tak pernah marah setiap rencana pernikahan kita diundur, Joon-ah," Naya menggelengkan kepalanya. "Hanya sedikit kecewa."
Mendengar jawaban Naya, Namjoon mengubah posisi duduknya menjadi menyamping. Menghadap Naya yang tengah mengemudi.
"Pernikahannya kita diundur hingga tiga kali, Nay, kenapa kau masih bertahan?"
Naya mengernyit mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Namjoon, menoleh sebentar sebelum kembali fokus pada jalanan.
"Kau ingin aku pergi?"
Namjoon menggelengkan kepalanya, "bukan, aku hanya bingung, apa yang membuatmu masih bertahan hingga saat ini bahkan sampai pernikahan kita di undur sebanyak tiga kali?"
Sadar jika obrolan mereka cukup serius, Naya pun menepikan mobilnya di bahu jalan. Lalu ikut memiringkan duduknya hingga menghadap pada Namjoon yang sudah bersedekap dada.
"Apa alasan aku mencintaimu kurang untuk aku mampu bertahan denganmu?" tanya Naya balik, membuat wajah Namjoon bersemu hanya karena mendengar kalimat yang Naya lontarkan.
Tiga tahun menjalin hubungan, tapi kalimat tersebut masih berhasil membuat Namjoon bersemu jika Naya yang mengucapkannya.
"Aku mampu jika hanya harus kembali menunggu, asal kau ada disampingku. Situasi apapun mampu aku hadapi." ucap Naya tulus, membuat Namjoon kembali merasa bahwa ia beruntung memiliki Naya di hidupnya.
Gadis yang bisa saja pergi dengan lelaki lain yang mampu memberinya kepastian, dan masa depan yang jelas. Tapi Naya menghabiskan waktunya hanya untuk menunggunya demi untuk membangun masa depan bersama.
Namjoon melepas sabuk pengamannya, lalu ia pun melepas tali yang membelit Naya. Setelah itu, Namjoon menarik lengan Naya. Membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.
"Jangan pergi, bertahan lah sebentar lagi."
Naya membalas pelukan Namjoon, "selama apapun aku harus menunggu, aku akan tetap bertahan, Joon-ah."
"Seharusnya aku seperti itu di masa lalu!" seru Namjoon kesal, membuat Jungkook yang duduk di sampingnya mendengus. "Mau berandai di masa lalu seperti itupun, kau tak akan kembali pada Noona, Hyung." ucapnya tegas. Mengingatkan bahwa kini mereka berdua berada di buku takdir yang berbeda.
Naya dengan takdirnya sendiri, begitupun Namjoon. Tak ada lagi ikatan diantara mereka berdua.
Hoseok mengangguk setuju, "kau hanya menghabiskan waktumu untuk masa lalu, Namjoon." ujarnya. "Setidaknya, biarkan lembaran masa lalumu itu tertutup. Tak perlu kau buka kembali, karena kau tak bisa mengubah apapun disana."
"Ta—"
"Seharusnya memang kau seperti itu di masa lalu," sela Yoongi dengan posisi yang masih meringkuk di atas sofa dengan mata tertutup. "Seharusnya kau tak membiarkan Naya pergi begitu saja setelah dia menghabiskan waktunya hanya untuk menunggumu."
Perlahan, Yoongi merubah posisinya menjadi duduk walau masih dengan posisi yang bersandar malas. "Naya cukup menderita di masa lalu karena kau yang tak kunjung melangkah maju, dan tak menceritakan perihal kesepatakan perusahaan padanya."
Iya. Namjoon memang tak menceritakan perihal kesepatakannya dengan perusahaan. Kesepakatan bahwa ia diizinkan menikah setelah album mereka rampung saat itu.
Yang Naya tahu, hanya Namjoon yang selalu menghindari pembahasan pernikahan dan menutup telinga saat Naya membahas pernikahan.
"Biarkan Naya menikmati kehidupannya sekarang dengan tenang dan bahagia, kau tak perlu lagi mengusik hidupnya." kata Yoongi cukup tegas, "dan kau pun tak perlu mengusik masa lalumu yang hancur itu, kau hanya perlu kembali menata kehidupanmu tanpa Naya."
"Kau masih bisa hidup tanpa Naya, kau bisa lebih baik tanpa Naya. Jangan terpaku pada masa lalumu itu, tak semua yang ada di masalalu bisa kau bahwa ke masa depan. Termasuk Naya."
Dengan cepat Hoseok menepuk lengan Yoongi, "mulutmu, Hyung!" omelnya saat Yoongi terus menekan Namjoon untuk melupakan Naya.
Hoseok sadar, iapun sama seperti Yoongi, ingin sang leader melupakan masa lalunya. Tapi caranya tak sekeras Yoongi juga yang terus terang seperti itu.
Yoongi mendengus kesal, "kau pun sedaritadi menyuruhnya untuk melupakan Naya kan? Lalu apa yang salah denganku?" tanya Yoongi tak terima.
"Kalimatmu terlalu keras untuk seseorang yang masih terjebak dimasa lalunya, kau tak bisa menarik paksa Namjoon untuk melepaskan masalalunya seperti itu." jelas Hoseok dengan pengertian, karena Hyungnya yang satu ini tak bisa jika balas dengan omelan.
Lagi lagi, Yoongi mendengus. "Iya, sama sepertimu yang masih terjebak di masalalu."
"Aku ini sudah melupakan dia, Hyung!" kali ini Hoseok yang tak terima, "aku tak sedih berlarut larut seperti Namjoon."
Namjoon yang di tunjuk oleh Hoseok menepuk lengan tersebut, "aku bukan berlarut larut dalam kesedihan, aku hanya menyesali apa yang aku lakukan di masalalu." bantahnya.
"Sama saja, Hyung!" balas Jungkook dengan kesal. "Kalian bertiga sama saja, sama sama terjebak pada masa lalu." lanjutnya, membuat ketiga lelaki yang tergabung dalam jajaran rapper tersebut menatap Jungkook tak terima.
Jungkook yang tak takut sama sekali, kembali melanjutkan ucapannya. "Yang satu terjebak dalam penyesalan di masalalunya, yang satu masih tak bisa memaafkan sosok yang menyakitinya, dan satu lagi hidup seolah olah tak ada harapan saat tinggal oleh sang pujaan hati."
Yoongi mendelik tak terima, "aku ini hidup dengan tenang, mengikuti arus. Tak ingin bersusah payah melawan arus."
"Hidupmu terlalu mengikuti arus, Hyung. Tak sadar sejak dulu kau sudah berada di ujung air terjun dan kini hanya mengambang di atas lautan lepas," ucap Jungkook telak, membuat Yoongi tak mengeluarkan kalimat balasan.
Hoseok dan Namjoon hanya terkekeh melihat Yoongi yang kembali menutup matanya, pasrah jika sudah disudutkan seperti ini.
"Kau juga, Hyung!" tunjuk Jungkook pada Hoseok yang masih tertawa pelan. "Berhenti menjadi pria brengsek, tak semua wanita di dunia ini seperti dia."
Hoseok berhenti tertawa saat mendengar ucapan si maknae, "aku sudah tak berulah lagi, Kookie-ya." jawabnya datar, lalu kembali fokus pada ponselnya.
Namjoon menendang kursi yang di duduki oleh Hoseok, "benar kata Jungkook, berhenti menjadi pria brengsek. Maafkan masa lalumu itu."
"Coba lihat, Hope-ah, siapa yang menceramahimu. Padahal beberapa menit lalu dia masih mempermasalahkan kisah masa lalunya." sindir Yoongi dengan mata terpejam.
Hoseok kembali terkekeh saat Yoongi membelanya dari serangan Jungkook juga Namjoon.
"Aku sudah tidak brengsek, cuma masih tak percaya dengan cinta saja." ucapnya dengan senyum yang mengembang. Meyakinkan kedua teman yang sudah ia anggap keluarga bahwa dirinya sudah baik baik saja.
2020 - 08 - 31
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top