Namjoon | Page Five
Namjoon | Page Five
Apa kau masih bisa mencintaiku lagi dengan senyumanmu seperti saat menatapku dulu?
"Jadi yang memberitahumu, itu Yura?" tanya Namjoon saat mendengar cerita masa lalu Hoseok, cerita yang selama ini selalu ia tutupi dengan rapat.
Alasan kenapa selama ini ia tak pernah lagi menggunakan hatinya, dan mengabaikan semua wanita yang berusaha menarik perhatiannya.
Alasan kenapa hatinya rusak.
Karena selama ini, yang mereka tahu adalah seorang Jung Hoseok yang trauma akan cinta karena pernah di khianati oleh seseorang di masa lalunya. Hanya sebatas itu, tak ada penjelasan lebih.
Hoseok mengangguk, "Yura yang memberitahuku, sebelum diapun ikut pergi saat itu." jawabnya dengan suara yang lirih, karena lagi lagi, hatinya kembali merasakan sakitnya ditinggalkan pada saat itu jika ia mengingat cerita tersebut.
Yoongi menepuk Hoseok dengan lembut, membuat lelaki yang baru kembali melajang tersebut menoleh.
"Saat itu, kau sakit hati, Hope-ah?" tanya Yoongi yang mampu menerbitkan ekspresi bingung dari Hoseok dan dua rekannya yang lain.
Walaupun bingung, Hoseok tetap mengangguk guna menjawab pertanyaan yang hyungnya itu lontarkan.
"Apa yang membuatmu sakit hati saat itu?" tanya Yoongi, lagi, yang membuat mereka bertiga bingung dengan topik apa yang sebenarnya sedang Yoongi bahas.
Sudah jelaskan, Hoseok sakit hati karena ditinggalkan oleh wanita yang ia cintai saat itu. Lalu, apa Yoongi butuh penyataan yang lebih jelas lagi, dengan menyebut nama Yunhwa saat ini?
"Yunhwa atau Yura yang membuatmu sakit hati?" tanya Yoongi, "saat itu, kau ditinggalkan oleh keduanya. Tapi bisa saja salah satu dari mereka yang membuatmu benar benar sakit dan merasa hancur hingga saat ini."
Mendengar penuturan Yoongi, membuat Hoseok terdiam dengan tatapan kosong pada cuping telinga Yoongi.
Sebelum akhirnya ia mengerjap saat melihat sosok yang berada di belakang Yoongi, sosok familiar yang sering ia lihat beberapa tahun lalu. Yang sempat mengisi hari harinya, sebelum akhirnya menghilang tanpa jejak.
"Joon-ah, itu Naya." ucap Hoseok dengan pandangan yang masih mengikuti gerak gerik Naya. Sedangkan Namjoon yang mendengar nama Naya disebutkan, dengan cepat menoleh mengikuti arah pandang temannya tersebut.
Benar.
Beberapa meter di depan sana, berdiri seorang Min Naya dengan pakaian kantornya.
Bahkan setelah beberapa tahun tak bertemu secara langsung, Namjoon masih hafal dengan seragam wanita tersebut. Seragam khas stasiun penyiaran.
Namjoon masih terus memandang Naya yang entah ada keperluan apa hingga berada di agensi tempatnya bekerja ini. Apapun alasannya, sepertinya Namjoon merasa sedikit bersyukur karena akhirnya ia bisa melihat Naya seorang diri. Tanpa adanya anak kecil di pangkuannya, ataupun lelaki yang selalu berada di sampingnya jika sedang berada di taman.
Dengan lamat Namjoon memandangi Naya yang tampak tengah berdiskusi dengan beberapa staff agensinya di area luar kafetaria. Matanya tak henti memandang wanita mungil yang masih amat sangat ia cintai, membiarkan memori di kepalanya merekam dengan jelas gerak gerik wanitanya.
"NAYA!"
Namjoon mengerjap saat Yoongi dengan santai berteriak menyerukan nama Naya, dengan tangan kanan yang ia angkat—memberi gestur agar wanita tersebut menghampirinya.
"Hyung!" panggil Namjoon tertahan saat melihat Naya membalas lambaian tangan Yoongi dan nampak akan menghampiri lelaki pucat tersebut.
Yoongi menoleh, "kenapa? Aku ingin menyapanya, memang salah?"
Namjoon menggeram tertahan, namun tetap mengkontrol ekspresinya agar Naya tak merasa risih dengan keberadaannya.
Kim Namjoon harus tenang saat berhadapan dengan kisah masa lalunya. Masa lalu yang selalu ia semogakan menjadi masa depannya.
"Kau ada dikantor? Aku kira kau sedang sibuk untuk comebackmu, Oppa."
Untuk pertama kalinya setelah empat tahun lamanya, Namjoon kembali mendengar suara itu. Suara wanitanya beberapa tahun lalu.
"Tidak, kita sudah selesai dengan persiapan comeback. Kita bahkan sedang menyiapkan album baru." jawab Yoongi ramah, menunjukan bahwa hubungan keduanya memang baik baik saja.
"Noona, duduk di sana ." suruh Jungkook yang dengan tak tahu diri menunjuk bangku kosong yang membentuk sudut antara Namjoon dan Hoseok.
Naya mengangguk, lalu dengan ringan melangkah menuju bangku tersebut.
"Aku kesini karena ada keperluan dengan staff agensi. Awalnya aku akan mengabari Oppa, tapi setelah aku melihat jadwal di kantor, grupmu akan comeback minggu ini, dan pasti kau sedang sibuk kan."
Hoseok mendengus kesal, "kau tak pernah menghubungiku, Naya." ucapnya dengan nada tak terima, karena nama wanita mungil tersebut tak pernah sekalipun mampir di ponselnya.
Naya menepuk kesal bahu Hoseok, "kapan terakhir kali kau memberitahu nomor barumu? Aku pernah mencoba menelepon untuk mengundangmu ke acara keluargaku, tapi nomormu tak tersambung, Jung Hoseok!" omel balik Naya.
"Ah, acara itu... aku lupa tak mengabarimu, Noona. Maaf, aku tak bisa datang." ucap Jungkook saat ingat dengan acara yang baru saja Naya ucapkan tadi.
Sedangkan Hoseok hanya meringis, merasa bersalah. "Maaf, aku lupa mengabarimu," cicitnya. "Tapi aku sudah mengatakan pada Yoongi Hyung bahwa aku juga tak bisa datang di acaramu itu." lanjutnya.
Namjoon yang berada ditengah tengah pembicaraan yang tak ia ketahui, mengernyit bingung. Lalu dengan berani bertanya, "acara apa? Mengapa aku tak diundang juga?"
Naya menoleh saat Namjoon bertanya, menatap tepat pada manik mata lelaki si pemilik dimple. Untuk beberapa saat, Naya seolah tenggelam dalam gelapnya manik mata Namjoon yang seolah mencerminkan perasaannya saat ini.
Rindu. Sedih. Bahagia.
Naya mengerjap, lalu menjawab, "acara pertunangan," Naya memutus pandangannya, lalu beralih menatap Yoongi. "Aku mengundang kalian melalui Yoongi Oppa, dan dia memberitahuku bahwa kalian sibuk tour. Jadi, ya, aku tak mau repot dua kali dengan mengundang kalian satu persatu."
Namjoon tak mendengarkan apa yang selanjutnya mereka obrolkan. Ia sedang sibuk merekam sosok Naya yang berada tepat disampingnya, dengan ditemani rasa sakit yang ada di dadanya.
Rasanya dada Namjoon sakit dan sesak saat tadi matanya bersibobok dengan milik Naya. Mata yang dulu selalu menenggelamkannya dalam lautan kasih sayang, namun kini pun mampu kembali menenggelamkannya dalam jurang kesakitan.
Terlebih, sakitnya semakin menjadi saat mendengar bahwa mereka diundang di acara pertunangan.
Penuturan Naya, seolah semakin memperjelas bahwa mereka berdua kini berada di jalan yang berbeda. Sedikitnya Namjoon harus bersyukur, karena itu artinya Naya tak lagi berada di jalan yang penuh terjal seperti saat bersamanya dulu.
Setidaknya, Naya kini sudah berbahagia. Walau Namjoon masih berusaha mencari kebahagiaannya.
"Disini ruang PD-nim." Namjoon berhenti tepat di depan ruangan produser acara di agensinya, begitupun Naya yang sedaritadi mengikuti Namjoon dengan beberapa langkah di belakangnya.
Menyadari Naya yang masih berdiri di belakangnya, Namjoon berniat untuk berbalik. Namun pergerakannya tertahan saat ia merasakan punggungnya di dorong agar tetap dalam posisinya sekarang oleh seseorang yang dapat dipastikan itu Min Naya.
"Tetap seperti ini sebentar saja, kumohon." bisik Naya pelan, karena kini mereka berdua berada di lorong yang cukup sepi.
Namjoon mengangguk, menuruti apa yang diminta oleh Naya.
Untuk beberapa saat, keheningan menyelimuti mereka berdua. Hanya terdengar suara AC yang menempel di dinding.
"Rasanya sudah lama aku tak melihatmu dengan posisi seperti ini," Naya memecah keheningan. "Sudah lama aku tak melihat punggungmu yang dulu selalu berdiri satu langkah di depanku, menjagaku dari apapun yang akan muncul di depan sana."
Jantung Namjoon berdetak cepat saat Naya mengingatkan kebiasaannya dahulu. Kebiasaannya yang selalu berada beberapa langkah di depan Naya, dengan niat untuk menjaganya.
"Mengapa Namjoon?"
Kali ini Namjoon memutar tubuhnya tanpa mengindahkan permintaan Naya sebelumnya. Nafasnya tercekat saat melihat Naya yang sudah berderai air mata di hadapannya.
"Mengapa kau membiarkanku menunggu selama itu? Mengapa kau tak pernah memberitahuku alasanmu selalu menghindari topik pernikahan? Mengapa kau membiarkanku pergi saat itu?" tanya Naya dengan suara yang masih berhasil ia kontrol agar tak bergetar.
"Mengapa, Kim Namjoon?" tanya Naya sembari mengusap kasar air matanya.
Sama seperti Naya, Namjoon pun berusaha mengontrol suaranya agar tak bergetar saat menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Naya.
Mengontrol perasaannya agar tak membuncah saat ini juga, perasaan menyesalnya yang tak akan mengubah apapun diantara mereka berdua.
"Karena aku egois." satu kalimat yang mampu menjawab semua pertanyaan yang Naya lontarkan. "Apa jawabanku cukup?" tanya Namjoon dengan tangan yang terangkat untuk mengusap wajah Naya yang sudah dipastikan basah.
"Aku ini egois, Nay, kau tahu itu. Aku tak ingin kau pergi, tapi di sisi lain, aku pun tak mau membebanimu dengan menceritakan masalah kesepakatan yang perusahaan berikan saat itu."
"Karena aku egois, maka dari itu aku lebih memilih fokus dengan karirku saat itu dan membiarkanmu pergi mencari kebahagiaanmu. Karena aku sadar, aku tak membuatmu bahagia."
Tangis Naya semakin pecah saat mendengar jawaban yang Namjoon berikan, bahkan Naya kini sudah terduduk dengan memukul mukul lututnya guna menyalurkan rasa sakit di dadanya.
Sejujurnya, Naya sudah tahu jawaban dari semua pertanyaannya. Naya tahu semua alasan mengapa Namjoon bertingkah seperti itu di masa lalu, dan yang membuat Naya sakit adalah, Namjoon kembali menunjuk dirinya sebagai pelaku untuk kisah mereka yang sudah karam.
Jika dulu Namjoon selalu bertingkah seolah tak peduli akan masa depan mereka agar Naya tak terbebani dengan kesepakatan yang perusahaan berikan, maka kini Namjoon pun bertingkah seolah dirinya egois agar Naya tak merasa bersalah sedikitpun.
Merasa bersalah karena selalu mendesaknya akan masa depan yang belum bisa Namjoon wujudkan saat itu.
Ternyata Kim Namjoonnya masih sama, masih berdiri di depannya dan membiarkan dirinya yang menanggung semuanya seorang diri. Tak membiarkan dirinya membantu memikul sedikitpun beban yang ia miliki, entah itu beban di masa lalu ataupun di masa kini.
Sedangkan Namjoon yang masih berdiri di hadapan Naya pun melakukan hal yang sama seperti Naya, ia pun memukul mukul dirinya. Memukul dadanya guna mengusir sakit yang ia rasakan di dalam sana.
Kenapa ia masih merasakan sakit seperti ini? Cerita ini sudah berakhir, tapi kenapa lukanya masih menganga dengan lebar?
A/n : Ga tau kenapa, kalau ceritanya Mas Namjoon idenya dapet gitu aja.
Intinya, gampang akutuh kalau mau nyakitin Daddy wkwk
Jangan lupa vommentnya yorubun!!
HEARTEU!! 💜
2020 - 10 - 08
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top