Hoseok | End Page

Hoseok | Page Six


Aku tak akan menangis.
Aku tak akan merasa tercabik cabik.







Hoseok berlari keluar dari lift setibanya di basement. Tadi, Yura membalas pesannya dan memberitahu bahwa gadis itu masih berada di basement.

Kakinya ia gerakan tanpa arah, mencari mobil gadis tersebut diantara puluhan mobil yang berada di basement.


"HOPE-AH!!"


Langkah Hoseok terhenti saat mendengar suara Yura, ia menyapu seluruh area basement dengan matanya. Sampai akhirnya mendapati sosok Yura yang tengah melambaikan tangannya, berdiri di samping mobil berwarna hitam yang sedaritadi ia cari.

Tak ingin membiarkan Yura menunggu lebih lama, ia kembali berlari menuju Yura. Membuat Yura yang melihatnya jadi mengernyit bingung.


"Kenapa berlari ? Aku akan menunggumu disini sekalipun kau berjalan, Hope-ah." Kata Yura dengan serak pada Hoseok yang sudah berada di hadapannya dengan posisi lutut yang ia jadikan tumpuan, jangan lupa nafasnya juga yang sedikit terengah.

Hoseok mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Yura, maka setelah ia berhasil mengatur nafasnya yang terengah, ia langsung memeluk erat tubuh Yura.

"Kalau begitu, tunggu aku disini bersama denganku, kau mau ?"

"Hah ?" Hanya itu yang dapat Yura suarakan.

"Tunggu aku hingga aku mampu memperbaiki diriku menjadi lebih baik, temani aku selama aku memperbaiki diri agar pantas bersanding denganmu, Yura."

Tubuh Yura membeku setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Hoseok. Bahkan lengannya yang ia lingkaran pada pinggang Hoseok pun, sedikit melonggar.

"Jangan pergi.. tetap bersamaku, disini." Pinta Hoseok dengan tulus, yang nyatanya mampu menarik kembali kesadaran Yura.

Gadis tersebut menarik pinggang Hoseok, membuat pelukan keduanya terlepas begitu saja.

"Hope-ah.." panggil Yura dengan pelan, yang di balas gumaman oleh di pemilik nama.

"Untuk saat ini, bukan hanya kau yang harus memperbaiki diri. Akupun sama," katanya, "akupun harus kembali memperbaiki hati dan kepercayaanku yang sudah kau hancurkan." Lanjutnya dengan tenang, bahkan matanya dengan berani membalas pandangan memohon Hoseok, tanpa mengiba.

"Kita—"

"Diantara aku dan kau, sudah tidak ada kita, Hope-ah." Selanya cepat, "tadi, kau yang melepasku begitu saja tanpa kau pertahankan sedikitpun."

Hoseok tercekat begitu saja.

"Saat aku dengan susah payah mempertahankan hubungan kita yang tak pernah kau anggap serius, kau dengan mudahnya melepaskanku yang sudah berdiri di tepi jurang."

"Jika kau tadi sedikit saja mempertahankanku, mengulurkan tanganmu untuk menarikku dari tepi jurang, mungkin sekarang aku masih bisa menemanimu memperbaiki diri selama yang kau minta.

Aku masih akan melangkah bersamamu di atas pisau yang selalu menyakitiku setiap aku melangkah bersamamu."

Hoseok menggelengkan kepalanya, "tidak.. kau akan kembali pergi ? Aku mohon, jangan pergi.. maafkan aku," pintanya dengan lengan yang mulai menggenggam erat telapak tangan Yura yang dimana masih ada cincin pemberian darinya disana.

Yura tersenyum tulus, lengan satunya ia gunakan untuk mengusap sayang puncak kepala lelaki yang sudah berhasil memporak-porandakan hatinya ini.

"Aku harus menyusun kembali kepingan kepercayaanku padamu, Hope-ah. Aku juga harus memperbaiki diriku yang sepertinya tidak cukup baik untukmu, a—"

"Kita bisa memperbaikinya bersama sama, Yura." Sela Hoseok dengan penuh harap, yang lagi lagi di pupuskan oleh gelengan kepala Yura.

"Untuk saat ini, aku ingin egois Hope-ah.." lirihnya, membuat Hoseok mengernyit. "Kau ingin aku melakukan sesuatu ?"

Yura terdiam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Hoseok.

"Aku ingin kau memperbaiki dirimu, tanpa bantuanku."

"Yura.."

Dengan tegas Yura menggelengkan kepalanya, "sebelum aku kembali. Kau bisa menjalani semuanya seorang diri disini, aku yakin kau bisa memperbaikinya tanpa bantuanku Hope-ah."

"Kemana kau akan pergi ?"

"Ke tempat dimana hanya ada kau dan aku disana." Jawab Yura dengan lembut, menanggalkan sikap tegasnya.

Perlahan Yura melepaskan genggaman tangan Hoseok, lalu mundur beberapa langkah sebelum akhirnya membuka pintu belakang mobilnya untuk mengambil barang yang sengaja ia simpan disana.

Hoseok terdiam saat Yura membuka pintu mobilnya dan memasukan setengah badannya guna mencari barang. Namun seketika ia tersadar sesuatu, dengan gerakan cepat ia langsung membuka kalung yang selalu ia gunakan dari lehernya selama ini.


Setelah Hoseok berhasil membuka kalungnya dengan susah payah, bersamaan dengan itu Yura pun menutup kembali pintu mobilnya setelah berhasil menemukan barang yang ia cari.

"Hope-ah.."

"Yura.."

Keduanya saling memanggil dalam waktu yang bersamaan. Sampai akhirnya Hoseok mempersilahkan Yura berbicara terlebih dahulu.

Ditangan Yura, sudah ada map yang selalu ia simpan di dalam mobilnya. Berkas yang selalu ia simpan, berkas yang mungkin bisa menentukan masa depannya.

"Aku menunggumu disini," Yura memberikan map tersebut pada Hoseok, membuat lelaki tersebut menerimanya dengan bingung.

Tanpa disuruh, Hoseok membuka map tersebut. Dengan teliti, Hoseok membaca kata tiap kata yang berada di dalam map tersebut. Sebelum akhirnya senyum yang sedaritadi belum ia perlihatkan pada Yura, kini terpampang dengan jelas di wajahnya.

"Saat ini, apa aku bisa mempercayaimu lagi, Hope-ah?" Tanya Yura lembut, "apa aku masih harus membutuhkan waktu lebih lama lagi hingga akhirnya kau menghampiriku disana ?"

Hoseok yang sudah selesai membaca isi map tersebut, membalas tatapan Yura dengan lembut. Bahkan senyumnya masih terpatri dengan lesung kecil yang mengintip di pipinya.

"Aku akan menghampirimu kesana, secepat yang aku bisa." Jawab Hoseok tak kalah lembutnya, membuat Yura mengangguk puas.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi, ya ? Sudah selesai kan semuanya ?"

Tanpa di duga, Hoseok menggelengkan kepalanya. Membuat Yura mengurungkan langkahnya untuk beralih menuju pintu kemudi.

"Apalagi? Penerbanganku satu jam lagi Hope-ah, aku masih harus pulang untuk mengambil barang barangku lebih dulu."

Bukannya menjawab pertanyaan Yura, Hoseok maju satu langkah mendekati Yura. Tangannya ia arahkan pada leher gadis tersebut dengan kalung yang melintang di depannya.

"Tunggu aku disana, jika ada yang mendekatimu cukup katakan bahwa kau adalah milikku. Jung Hoseok." Ucap Hoseok, dengan tangan yang melingkar pada belakang kepala Yura. Guna memasang kalung tersebut.

Yura menunduk untuk melihat kalung apa yang Hoseok pasang di lehernya ini. Kalung dengan liontin berbentuk gembok.

"Ini kalung yang pernah kita beli bersama, kau ingat ?" Tanya Hoseok setelah selesai memasangkan kalung tersebut.

"Kau ingin membeli kalung itu karena kau menyukainya, dan kau memaksaku untuk membeli kalung couple tersebut dengan alasan berikan saja kalung ini pada kekasihmu nanti."

Yura dibuat terkekeh jika mengingat hal tersebut.

"Mungkin saat ini kau bukan lagi kekasihku, Yura-ssi.. tapi, aku ingin kau tahu satu hal. Dengan atau tanpa status kekasih, kau tetap milikku." Ucap Hoseok dengan serius, "dan kalung itu bukti bahwa kau memang milikku."

Sekali lagi Yura menatap kalung yang ada di lehernya, sebelum akhirnya kembali menatap manik mata lelaki yang berdiri di hadapannya.

"Aku tak memiliki apapun untuk melabel dirimu adalah milikku," balas Yura. "Karna aku pun tak yakin kalau kau memang milikku."

Sesaat sebelum Hoseok menimpali ucapannya, Yura sudah lebih dulu menggenggam jemari Hoseok.

"Tapi, jika kau memang adalah milikku. Tanpa harus aku melabelpun, aku ingin kau ingat satu hal."

"Apa ?" Tanya Hoseok cepat.

"Sampai saat ini, kau masih pemilik hatiku. Meski hatiku sudah hancur, kau masih pemilik kepingan hatiku, Jung Hoseok."




Pandangannya masih mengikuti mobil hitam yang semakin menjauh itu.

Lagi, entah sudah berulang berapa kali dirinya kembali ditinggalkan seperti ini.

Tapi kali ini berbeda.

Ia memang ditinggalkan.

Tapi ia ditinggalkan untuk menjemputnya disana suatu hari nanti, di tempat kita akan kembali bersama.

Kali ini ia tersenyum sekalipun dirinya tengah ditinggalkan, pandangannya kembali ia turunkan pada map yang masih ia genggam. Map yang berisikan sebuah gambar yang dulu pernah mereka buat bersama, dengan tulisan yang mampu membuatnya berani berharap pada 'cinta'



Aku tunggu kau disini.
Di laut biru tempat kita bersenang senang bersama, di pulau kecil di tengah lautan biru yang menjadi kenangan kita.

Meskipun sekarang kita berjauhan, dan aku tak ada di sisimu, tapi hatiku tetap sama. Kau jangan khawatir

Aku tunggu hari dimana kau akan menjemputku, hari dimana aku akan merasa sangat bahagia saat bertemu kembali denganmu.

Karna aku tahu, saat hari itu tiba, aku akan benar benar menjadi seseorang yang spesial untukmu.

Youra 💜



A/n : udah, tamatnya gini doang :')
Jangan umpati aku ya :((
Karna Tear ini emang niatnya cuma gini doang, cerita singkat mereka bertiga.

TAPI NANTI ADA KO LANJUTANNYA :(

Nanti aku pub lagi lanjutannya kaya House Of Cardnya Mas Jeka ko.

2021 - 01 - 07
10.56am

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top