Sebelas
"YEEE KENAPA NGGAK BILANG ATUH TANUKI!!!? YA UDAH SONO PERGI!!! JANGAN BIKIN BEBEB MENUNGGU!!"
"BEBEB PALE LO BEBEK??!!"
Lon mendorong Urata keluar. Kayaknya cewek itu lupa kalau ruang OSIS letaknya persis di depan tangga koridor.
Pas Lon ngedorong, Urata jatuhnya ke tangga. Tetapi...
SRET!!
Sepersekian detik sebelum Urata jatuh, ada seseorang yang dengan sigap menarik Urata.
Urata gak jadi jatuh di tangga.
Tapi dia jatuh di atas orang yang nolong dia.
"Ma-maaf!!" Urata sedikit tersengal. Masih syok karena hampir jatuh. Dilihatnya sang penyelamat berkepala merah itu.
Sakata!
Yup, Sakata emang sengaja nungguin guru nya selesai rapat di depan ruang OSIS. Tiba-tiba pintu OSIS kebuka dan seorang gadis pirang mendorong guru nya keluar. Langsung gercep si Sakata narik tangan Urata karena dia ngeliat arah jatuh gurunya itu ke tangga.
Untung sempet ketangkep...
Kini Urata nampak gemetar di atas dadanya.
Lon langsung mimisan ngeliat pose Urata baring di atas dadanya Sakata dengan tangan mencengkeram seragam. Udah gitu Sakata pake nepuk-nepuk pelan pucuk rambutnya Urata. Mana ngos-ngosan lagi tuh berdua.
Sungguh menguji iman para fujoshi(t).
Urata langsung berdiri. Sakata ikutan berdiri, "Nggak apa-apa?"
"I-iya," jawab Urata.
"KYAAAA!!!" Lon menjerit.
Urata langsung tersadar, "EH INI SALAH ELU KAMPANG!!! ULAH JERIT-JERIT SIA!!!"
***
Perpustakaan...
Urata tak bisa fokus mengajari Sakata. Tetapi ayolah, ia harus profesional.
Tarik nafas....
Hembuskan ...
Huft...
"Urata-san..." panggil Sakata. Entah kenapa jantung Urata tiba-tiba berdetak makin cepat.
Ah pasti dia masih doki-doki karena nyaris jatuh tadi:)
"Hm?" Urata menoleh. Mendapati wajah suntuk Sakata. Pemuda rambut merah itu menunjuk soal-soal.
"Gak ngerti."
"Duh... gini loh..." Urata kembali menjelaskan. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Urata kaget dan langsung menoleh.
Dirinya mendapati Pak T yang ngos-ngosan, "Urata... Kamu disini? Sedang apa?" tanya sang guru IPA sembari mengatur nafas. Di kejauhan, nampak Pak Gero memicing ke arah mereka. Takutnya mereka bertiga membuat keributan lagi.
"Ngajarin anak murid bapak," Urata menunjuk Sakata.
"Kenapa pak? Kok ngos-ngosan? Habis dikejar maling?" tanya Sakata.
"Yang ada tuh kita yang ngejar maling. Lagian mana ada maling siang bolong," ujar Pak T.
"Ada pak. Maling mangga biasanya," Sakata nyengir.
"Jadi nostalgia... Dulu bapak demen banget nyolong mangga orang," gumam Pak T, "EH SAYA BUKAN MAU NGEBAHAS INI ATUH!!"
"Ehem!" Pak Gero berdeham. Pak T auto sungkem ke si penjaga perpustakaan yang cinta ketenangan itu.
"Lagian bapak gampang dialihkan sih," komentar Urata. Sakata nahan tawa. Pak T menghembuskan nafas.
Kesal menyadari fakta tersebut.
Eh tunggu...
Sepertinya dua anak muridnya ini menjadi lebih akur? Urata tak nampak sebegitu depresi ketika bicara empat mata dengannya. Sakata juga terlihat lebih bersemangat.
Wah, Pak T ketinggalan banyak cerita sepertinya.
Jadi sedih karena semua terjadi tanpa dirinya :(
Tapi bukan saatnya membahas itu. Pak T teringat tujuannya keliling sekolah dari tadi.
"Urata, ayahmu menjemput."
Tak!
Pensil dalam genggaman Urata terjatuh.
***
"Ayah?" Urata sedikit gemetaran ketika melihat sosok pria berambut hitam di hadapannya.
"Masuk ke mobil," kata pria itu. Nadanya terdengar seperti memerintah. Urata tak kuasa menolak.
Pria itu adalah sosok paling menyeramkan di dunia ini menurutnya. Urata takut padanya. Itu menjelaskan kenapa wajah Urata sekarang pucat pasi.
Mobil sedan hitam yang ditumpangi Urata dan sang ayah melaju menuju rumah.
Urata keluar dari mobil dan mendapati ibunya. Nampak rapi dengan balutan blus putih dan rok. Rambut cokelatnya tergerai. Mau pergi kemana?
"Urata, ayo bersiap. Kita mau makan malam."
Urata menurut dan masuk ke kamarnya.
Ada apa ini?
***
"Ayah pulang gak?" Sakata nampak berbicara dengan sang ayah di telepon.
"Duh... Lagi gak bisa ini... Mau ngurus data-data kemarin. Banyak banget. Udah numpuk kayak Skytree," jawab sang Ayah di telepon.
"Oh ya udah," Sakata ngangguk-ngangguk mendengar lelucon garing ayahnya.
"Ya udah kamu hati-hati. Kalau mau keluar juga hati-hati. Jangan main cewek atau tawuran, ngerti?" pesan ayah.
"Iya..."
"Oke, kalau pulang mau dibawain apa?"
"Senar gitar!"
"Sip sip. Oke, sudah ya. Ayah kerja dulu."
"Oke."
Pip!
Telepon diputus.
Sakata berjalan kembali menuju kasurnya. Niat ingin lanjut baca komik, tapi matanya tertuju pada buku tulis bersampul cokelat.
"Kebetulan aku tak sengaja membawa buku matematika ku waktu kelas sebelas. Baca ya! Awas jangan diilangin!!"
Sakata tertawa mengingat kakak kelas cebolnya itu.
Cebol tetapi unik.
"Ura-chan itu rapuh."
Tetapi perkataan Senra hari itu acap kali berdengung-dengung di kepalanya.
Ah, biarkan!
Sakata ingat pesan ayahnya. Cowok paling payah di dunia ini adalah cowok yang ingkar janjinya dan perkataannya.
Sakata pun membuka buku tulis matematika milik Urata tersebut dan mulai membacanya.
Membaca sekilas sih.
LINE
SA.AE.GANS : Urata-san, tulisannya kecil banget sih
Uratanuki : Diem ga usah banyak protes
Uratanuki : Besok belajar sendiri ya
Uratanuki : Gua banyak tugas OSIS
SA.AE.GANS : DIH
Uratanuki : Dah dih dah dih lu kata gua mendidih
Uratanuki : Mingdep ada event
Uratanuki : Ngebut nih nugasnya
Uratanuki : Dah sana belajar yg rajin!
SA.AE.GANS : She up
Sakata menutup hapenya. Tanpa sadar, sudut bibirnya mengembang membentuk senyum kecil.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top