- Tujuh -

" ... dan kupikir kita memiliki hobi yang sama ..." Freeze tersenyum penuh arti lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku. "Psikopat."

---------------

Mataku terbelalak seketika. Bangke! Benar dugaanku jika dia bukan pria biasa! Dia adalah pria yang mencurigakan.

"Well, jadi kutanyakan sekali lagi siapa namamu ... Nona?"

Aku diam tak berniat menjawab pertanyaannya.

Sebaliknya, aku melayangkan sebuah tatapan tajam menusuk padanya.  Namun hal itu hanya membuat Freeze mengangkat sebelah alis lalu tertawa keras.

"Hahaha. Kau benar-benar wanita yang menarik, Nona ... Vaea? Benarkan namamu Vaea?"

Ucapannya membuatku sangat terkejut. Dari mana dia tau namaku, juga? Siapakah sosok pria ini sebenarnya? Mataku memicing curiga.

"Kau tau ... namamu indah seperti tubuhmu," bisiknya rendah.

"Dan mata hijaumu sangat ... indah," lanjutnya dengan suara lebih dalam dan hampir menyerupai bisikan lembut.

Freeze mendekatkan wajahnya hanya demi mengecup kedua mataku bergantian. Lalu ia menyeringai.

"Mari bermain sekali lagi dan aku akan membiarkanmu pergi."

Tepat setelah itu, dengan cepat dia sudah mengambil pisau dari kedua tanganku dan melemparnya sembarangan ke lantai.

Freeze menindih tubuhku, memberikan ciuman cepat dan panas di bibirku sebelum memasukiku dengan cepat dan kasar. Membuatku terkejut sekali lagi. Siapa sangka jika dia juga bisa menjadi seorang dominan selain menjadi masokis?

***


Raja Ampat, Papua - Indonesia.

Aku menatap mansion mewah di depanku sejenak sebelum masuk ke dalam sana. Sudah lama sekali aku tidak menginjakkan kakiku di sini, di sebuah mansion besar milik Gabriel.

Gabriel adalah seorang hacker ternama di dunia bawah. Namun meski ia terkenal, tak banyak orang yang mengetahui siapa dia sebenarnya, maksudku, hanya beberapa orang yang tau wajah Gabriel selain para anggota organisasi gelap yang ia bangun.

Nama Gabriel juga termasuk dalam daftar list pencarian paling atas di kepolisian negara, termasuk oleh pihak Interpol yang menangani kejahatan skala internasional. Mereka memburu gadis itu bertahun-tahun lamanya tetapi Gabriel selalu berhasil "menyembunyikan diri."

Kedua sudut bibirku sedikit terangkat saat tiba-tiba bayangan tentang pria bernama Freeze berkelebat di pikiranku. Meskipun sampai sekarang aku masih belum tau siapa dia dan bagaimana ia tau namaku tetapi harus kuakui ia adalah pria yang sangat menarik.

Sebelum aku pergi dari sana, ia sempat berkata jika sebenarnya ia ingin membunuhku lalu mengambil bola mataku sebagai salah satu koleksinya yang berharga. Ia menyukai mataku, katanya, tetapi ia berubah pikiran karena berpikir mungkin aku dan dia memiliki terlalu banyak kesamaan dan tentu saja, sangat serasi di atas ranjang.

Well, aku rasa itu hanya karena ia menyukai permainananku, begitupun sebaliknya. Jadi ia memutuskan untuk menunda "mengambil mataku" sebab masih ingin merasakan tubuhku.

Begitulah pria.

Aku bisa saja tadi memperdayanya dan membunuhnya di tempat dengan menembakkan laser bius dari smartwach-ku saat kami bermain di atas ranjang, namun karena aku pun merasakan hal yang sama --masih ingin merasakan tubuhnya lagi suatu hari nanti-- maka kuputuskan untuk membiarkannya untuk sementara waktu. Jika nanti aku sudah mulai bosan, barulah aku akan membunuhnya. Dan lain kali dengan pistol, bukan dengan pisau kesayanganku seperti biasa karena aku tau aku takkan bisa mengalahkannya secara langsung. Aku harus menggunakan cara licik untuk menghabisi pria mencurigakan bernama Freeze itu.

"Selamat datang, Nona Vaea," ucapan Panda memecah lamunanku. "Nona Gabriel sudah menunggu Anda, silahkan masuk."

Panda. Ia adalah maid-bot milik Gabriel.

Aku mengangguk sekilas lalu mengikuti maidbot itu ke tempat Gabriel berada sembari mengamati isi mansion tersebut. Tak banyak berubah, mansion ini masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya.

"Yo El! Hello bitch! Merindukanku, eh?" sapaku ketika telah sampai.

Tubuh Gabriel menegang sejenak, matanya menatap tajam diriku yang baru masuk. Dan di detik berikutnya, ia berteriak, yang membuatku sedikit terkejut.

"PANDA! ATUR RESONANSI RUANGAN KERJAKU, CEPAT!"

"Baik, Nona."

Gabriel menghela napas lega setelah itu. Tubuhnya pun kembali rileks. "Maaf, aku tidak bisa mendengar suara dengan volume keras. Itu membuat telingaku sakit," ucap Gabriel yang lebih ditujukan untuk seorang gadis yang berdiri tak jauh darinya. Gadis dengan rambut cokelat sebahu yang aku lihat melalui video call kemarin.

"Dan kau tau itu, V!" Kali ini Gabriel berbicara padaku, sedikit membentak dengan nada sinis dan tajam. Antara kesal, geram dan marah.

Sebagai jawaban, aku hanya mengindikkan bahu acuh. Yah, mau bagaimana lagi? Itu kebiasaanku, sulit mengubahnya.

Lagipula, aku juga sering melupakan fakta jika Gabriel adalah gadis paling aneh yang pernah kukenal. Ia adalah sosok orang yang tak pernah keluar dari mansionnya meskipun hanya untuk berenang di kolam renang belakang mansion.

Terkadang aku bertanya dalam hati. Apakah ia tidak bosan terus berada di dalam sini? Apakah ia tidak merasa stress? Atau apakah ia tidak mempunyai kebutuhan biologis? Oh, ayolah, semua manusia itu membutuhkan kehangatan dari lawan jenis!

Sering juga aku ingin bertanya padanya : Gabriel, apa kau tau bentuk pohon pisang itu seperti apa? Bentuk pohon pinang, pohon singkong, ciplukan, dan lain-lain? Apakah kau tau bentuk kotoran burung, babi, kambing dan orang utan?

Dan hal yang saat ini tiba-tiba muncul di benakku dan sangat ingin kukatakan padanya adalah "Gabriel, aku curiga jangan-jangan kau itu seorang vampire atau werewolf jadi-jadian."

"Oh ya, Ly. Dia Vaea. Partner kerjaku. Dan, V dia Lightly. Pemasok semua barang eksklusifku." ucapan Gabriel menyadarkanku dari pikiran nylenehku.

Aku mengamati sosok gadis yang aku lihat sekilas tadi. Ia berdiri dengan sikap sedikit defensif. Awalnya memang aku biasa saja, tetapi lama-lama aku memelototinya karena aku sadar ia sedang memelototiku.

Astaga! Apakah dia sedang mengajakku untuk perang pelototan?! Katrok sekali.

Tapi tunggu, kenapa juga aku mengikutinya main pelototan-pelotatan itu?! Ohh, apa yang salah denganku? Kampret memang.

"For god sake, hentikan tatapan sialan kalian itu. Aku tidak mau ada adegan pembunuhan di rumahku, girls," peringat Gabriel sembari duduk di kursi malasnya. Tampaknya ia menyadari hawa ketegangan dari kami berdua.

Aku membuka mulutku berniat mendebat ucapan Gabriel tapi Gabriel memotongnya terlebih dahulu. "Kita sedang tidak dalam keadaan untuk berdebat, Vaea."

Aku mendengus kasar. Sial! Gabriel sangat menyebalkan. Terlebih lagi jika sifat bossy nya itu telah keluar.

Lelah, aku pun berjalan ke arah sofa di sudut ruangan lalu menghempaskan tubuh di sana. Ah, nyaman sekali. Aku rasa aku bisa langsung tidur di detik ini ju--

"Apa maksudmu, El? Untuk apa dia di sini?"

Damn! Gadis sialan! Seharusnya aku yang bertanya padanya untuk apa dia di sini? Lagipula siapa dia?

"Vaea adalah mesin pembunuh--"

"Wow wow wow, tunggu sebentar, El. Can you give your fuckin' mouth some filters? Aku tidak suka bagian mesin pembunuh anyway," protesku. "Kita sudah pernah membahasnya," tekanku menatapnya datar.

Bekerja sama selama bertahun-tahun membuat kami mempunyai banyak klien. Dan terkadang, Gabriel melakukan interaksi rahasia dengan orang-orang rahasia. Biasanya mereka saling memegang kelemahan masing-masing sehingga di kemudian hari tidak bisa saling mengancam. Dan tentang sebutan 'mesin pembunuh' nya padaku, aku sudah pernah mengatakan jika aku bukan sebuah mesin. Aku adalah seorang manusia yang mempunyai hasrat dan hobi membunuh orang.

"Diamlah, V. Atau aku akan meledakkan kepala sialanmu itu," desis El tajam, membuatku mendengus jengah. Sepertinya aku perlu meledakkan mansionnya suatu saat nanti. Biar dia kapok.

"Jadi Ly, dia adalah my partner in crime. Dan kurasa kau juga sudah tau tentang identitasnya." Gabriel tersenyum miring, menatap Ly penuh arti. Sementara yang ditatap sedikit merasa bersalah.

"Kita akan bekerja sama, Ly. At least, untuk bisa mengusut kasusmu yang juga sekaligus kasusku tentang hal ini. Dan tentu saja aku membutuhkan Vaea untuk membantuku," terang Gabriel.

"Tapi, dia tidak ada hubungannya."

"Tentu saja ada, karena dia rekanku," sanggah Gabriel.

"El, jangan menambah daftar orang yang akan menjadi buronan. Anggap saja dia mesin pembunuh--"

"Hey, Nona, jaga ucapanmu!" selaku sembari mengumpat rendah. Fuck! Aku benar-benar tidak menyukai sebutan "mesin pembunuh" yang mereka gunakan padaku. Itu terdengar sangat tidak elegan bagiku.

"Seorang pembunuh tidak akan bisa mengontrol emosinya dengan stabil. Kemungkinan besar dia akan mengacau, El."

Double fuck!

Ia memang telah meralat bagian "mesin pembunuh" itu, tetapi tau apa dia tentang aku? Aku mengacau, eh? Yang benar saja!

"Hey, bitch. Aku mendengar semuanya, bodoh!" Karena tak tahan lagi, aku pun angkat bicara.

"Diamlah!" seru Gabriel.

"No, Gabriel. Dia berusaha mencari gara-gara denganku! Hei, Nona, apakah kau tau bagaimana rasanya di slepet oleh sepatu duriku?!" tunjukku pada Ly.

Ly memutar bola mata malas. "Aku tidak mencari gara-gara denganmu. Aku hanya mengungkapkan sebuah fakta!" sanggahnya. "Dan aku tidak ingin tau rasanya karena sebelum kau menylepet ku dengan salah sepatu koleksi anehmu, aku sudah akan membuat kepalamu berlubang!"

Kampret! Bangke! Babi! Sumpah, wanita yang bernama Ly sangat-sangat menyebalkan! Hingga rasanya ingin sekali ku elus pakai parutan keju!

"Kalian berdua hentikan atau aku akan membunuh kalian di sini," geram Gabriel yang membuat aku maupun Ly menoleh serentak. Dan entah sejak kapan Gabriel telah menodongkan sebuah baretta pada kami berdua.

"Hentikan, atau aku akan membunuh kalian berdua," ulangnya kini dengan nada lebih tegas.

Aku mendengus lalu membuang muka, begitupun dengan Ly.

"El, aku sudah menjadi buronan negara. Aku hanya bersikap rasional saat ini. Aku tak mungkin kembali ke laboratoriumku karena semua barangku habis kubakar dan bekerja sama dengan seorang pembunuh semi psycopath seperti dirinya ... aku tak yakin akan berhasil dengan aman," jelas Ly.

"Itu karena kau bodoh, Nona ... dan ceroboh," ejekku.

"Hey, jaga ucapanmu!" balas Lightly emosi.

Aku hanya menjulurkan lidahku padanya. Sengaja membuatnya kesal.

"El, aku tak mau bekerja sama dengan psycopath gila ini!" Lightly mencoba meyakinkan Gabriel yang telah kembali fokus pada layar LED nya.

"Apa kau bilang? Aku gila?"

Sial! Aku waras! 100% WARAS!!Dasar kampruuuueeeettt!

"Kalian berdua hentikan. Dan untukmu Ly, terimalah keadaan kalau kau memang sedikit ceroboh sampai kau tidak tau pembeli mata bionikmu adalah seorang cyber police," ucap Gabriel, membuatku menyeringai penuh kemenangan. Sedangkan Lightly mendengus tak suka. Ha! Eat that bitch!

"Mulai sekarang kita akan bekerja sama. Aku yang mengatur segalanya dari sini. Kau ...," Gabriel menatap Lightly serius. " ... akan mengatur semua keperluan untuk Vaea. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sebagai gantinya, jika kau membutuhkan apapun, bilang saja padaku. Setuju?"

Lightly menghela napas panjang. "Kau tidak menerima penolakan, kan?" ucapnya akhirnya pasrah.

Gabriel menyeringai senang lalu balik menatapku. "Dan kau, V. Kau bertugas di lapangan sebagai eksekutor. Mengerti?"

"Terserahmu sajalah," jawabku singkat sembari melambaikan tangan sekenanya. Yang penting aku bisa menembak manusia, aku pasti mau!

Gabriel mengangguk puas.

"Dengan begini kita telah resmi menjadi partner in crime officially," ucap Gabriel dengan senyum penuh arti.

To Be Continue ...

*****

Note :

Dominan (a.k.a Dominan-Submisif) : dalam google dijelaskan jika ini tidak melulu dilakukan dengan kekerasan. (yang di atas umur pasti tau maksudku ~ about BDSM). Contoh yang tidak menggunakan kekerasan kalian bisa melihat film/merujuk pada novel Fifty Shades of Grey.

Baretta : pistol.

Thank's for reading guys!
See U in next chapter.

TDL - V
-Jie Young Chan-

Editor : winter_yuki & SixthLy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top