TD | FIND HIM

"Merasa lebih baik?" tanya Johnny kepada Morel yang sudah bangun tiga puluh menit yang lalu dengan pakaian biasa. "Aku tidak tahu kau suka kopi atau tidak, jadi ... hanya ini." Morel memperhatikan tangan besar itu menggeser dengan pelan gelas kopi ke arahnya. "Terima kasih," balas Morel setelah ia menyeruput sedikit.

"Aku pikir aku akan tersadar di rumah sakit." Kira tersenyum jenaka dengan kata-kata Morel. Lalu membalas tidak relevan, "Bukannya orang Inggris lebih suka teh, ya?" Kira duduk di sebelahnya dengan kaos putih. Sepertinya wanita itu baru saja selesai dengan shift-nya, Morel menerka dari jam dinding yang tertera pukul enam pagi sekarang.

"Apa keadaanku sekarang masih belum pantas untuk masuk rumah sakit?" Morel kembali ke topik awal. Tidak ingin membahas kalau dirinya memiliki darah yang sama dari sang Ibu.

Kira menggelengkan kepalanya. "Tidak." Lalu tertawa ketika Morel menendang sepatunya di bawah sana. "Kau memang sudah berganti pakaian dengan perban di beberapa tubuhmu, Morel. Penumpangmu sendiri yang mengantar bersama taksimu. Jadi aku rasa kau baik-baik saja."

Morel mengerutkan dahinya tiba-tiba. "Aku sudah berganti pakaian dengan ini?" Morel menunjuk kaos hitamnya tak percaya. Johnny yang sudah meletakkan sarapan sederhananya di atas meja mengangguk karena Kira terlihat mendecak dengan ponselnya tiba-tiba. "PenumpangmuㅡTen namanya, dengan senyuman sumringah menggendongmu dan mengantar sampai ke depan kantor kita. Dia bilang 'karyawan kalian tidak cacat sepersen pun. Aku mengganti pakaiannya dengan mata tertutup.' Kau tahu, kupikir dia salah satu penumpang yang ramah dan bertanggungㅡ" Belum selesai Johnny dengan kata-katanya, Morel mengumpat dan berdiri tergesa-gesa. "Hei, dengarkan aku dulu!"

Morel menutup pintu kantor dengan kasar, tapi kembali dua detik setelah ia ingat sesuatu dan berteriak kepada semua orang di dalam sana termasuk dua temannya tadi. "Kalian bukan kriminal!"

"Ada apa dengan keanehan yang tiba-tiba itu?" Kira memutar matanya ketika Morel masih mengumpat dari pantulan kaca sana. "Lagi pula, dia terlalu pagi untuk merusak suasana."

Johnny mengangkat bahunya sedikit tersenyum dan menunjuk Kira dengan garpu plastiknya. "Daripada mengurusnya, kenapa kau tidak mengurus masalahmu sendiri?"

"Masalahku?" Johnny masih tersenyum di sana. Kali ini sedikit menyeringai.

"Ya, urusi sana seorang penumpangmu itu."

*

Ke mana perginya dia? Morel membuka taksinya tapi berhenti dan memukul dahinya sendiri. Ia selalu lupa kalau ia tidak bisa menggunakan taksinya di luar shift. Ah, benar-benar... Kembali ia berputar mencari mobil kodoknya. Membawanya ke pasar Cina. Berharap menemukan pria itu di sana.

Tapi Morel justru bertemu dengan Oguv yang menarik kepalanya kemarin. Ia menabrak makhluk itu di perempatan yang ramai. Morel sedikit ketakutan ketika ia ingin keluar dari mobilnya. Hal kemarin masih sedikit mengganggunya. "Wah, manusia benar-benar tidak ada empatinya jika bukan sesama, ya." Mengangkat pandangan dan menemukan Ten di sana membantu Oguv itu untuk menepi. Lalu mendekati mobilnya dan mengetuk kacanya dengan senyuman ramah. "Keluar kau sialan."

Morel keluar dari mobilnya dengan wajah datar. Melirik Ten yang menatapnya seperti terkejut yang dibuat-buat. "Astaga, aku baru saja berkata kasar dengan seorang wanita." Morel melewatinya dan mendekat kepada Oguv itu. "Naik ke mobilku. Aku akan membawamu ke rumah sakit."

Semua orang yang menatap mereka terdengar berbisik-bisik. Oguv itu masih menatap Morel terperangah tidak percaya kalau ia akan bertanggung jawab dengan kesalahannya sendiri. Tapi Ten merusaknya. "Sangat keren. Tapi juga sangat bodoh secara bersamaan." Ten mengetuk kepala Morel dengan satu jarinya lalu menunjuk mobil kodok itu di sana. "Bagaimana kau bisa membawanya dengan mobil bekas yang jelek itu? Dia sebesar tiga meter, Morel bodoh."

Morel berdehem untuk menyembunyikan malunya dimana Ten melihat itu sangat lucu. Lalu ambulans khusus datang dan dengan cepat membawa Oguv menuju rumah sakit. Di tengah keramaian, Morel melirik Ten yang masih melihatnya dengan senyuman menyebalkan. Pikiran buruknya mengatakan kalau pria itu yang telah menghubungi ambulans sebelum kecelakaan terjadi.

Berarti dia sudah merencanakan kecelakaan ini, Morel menerka dan siap memastikan prasangkanya. Tapi ia memikirkan Oguv tadi sehingga tanggungjawabnya sebagai sopir Pavla lebih penting sekarang. Jadi ia memutar langkahnya kembali ke dalam taksi untuk menyusul mobil ambulans.

Dalam bingkai kaca spion, dilihatnya Ten melambaikan tangan.

*

"Bagaimana? Kakimu tidak dipotong, 'kan?" Morel melirik Oguv itu yang sudah keluar dari rumah sakit dengan satu tongkat. Lalu memberikan beberapa obat dan berkas dari rumah sakit. "Maaf soal tadi. Aku akan bertanggung jawab penuh padamu jika masih membutuhkan beberapa hal untuk penyembuhan." Morel berkata dengan wajahnya yang datar, ia sedikit membaca data diri Oguv itu dari berkas sebelumnya dan menyadari kalau ia pekerja kasar untuk gedung yang sedang dibangun di sekitaran pusat kota, Place du Capitole. "Aku akan mengantarmu dengan Pavla sampai kau bisa pulih total. Nanti aku ajukan laporan ini kepada manajerㅡ"

"Derek." Oguv itu menghentikan Morel dengan kata-katanya. "Kau bisa panggil aku Derek."

"Morel."

Derek diam sebentar. "Maaf soal semalam. Aku menarik kepalamu denganㅡ"

"Tidak apa-apa. Aku sudah melupakannya." Morel berbohong, ia tidak ingin ingat hal itu, jadi ia akan melanjutkan ucapannya yang terpotong. Tapi Derek kembali menyela ketika ia tidak menemukan Ten di sekitaran wanita itu, "Seharusnya kau bersama Ten sekarang."

"Ya?" Morel mundur selangkah karena lehernya mulai terasa sakit untuk terus mendongak. "Kau harus bersamanya," Derek mengulang kata-katanya.

"Aku memang akan bertemu dengannya nanti. Imp dilarang masuk ke dalam rumah sakit Derek, dan kita semua tahu itu. Tapi kata-kata bersamamu sangat konyol."

"Morelㅡjika kau tidak keberatan aku memanggil namamu." Derek sedikit berdehem dan mengecilkan suaranya, "Kau terikat dengannya sekarang. Kukira makhluk itu berkata bohong. Tapi setelah aku melihatnya, dia berkata jujur."

Morel memiringkan kepala, sama sekali tidak terlihat terkejut. "Aku tidak mengerti dengan kata terikat, Derek. Memangnya kau melihat apa?"

Pemerintah tidak memusnahkan makhluk seperti Derek bukan karena mereka makhluk terbesar di Toulouse, melainkan Oguv menjadi satu-satunya yang mampu mengetahui manusia sedang terikat dengan sesuatu atau tidak, manusia sedang diambang kematian atau tidak, bahkan mereka bisa menerka seberapa kuat makhluk yang sedang terikat dengan seorang manusia. Dan Derek menemukan itu semua dari Morel. Mata Derek melirik kepada lengan kiri Morel yang mulai terlihat berwarna biru kehitaman. "Derek." Derek kembali ke mata emas lawan bicaranya. "Kau melihat apa?" Morel melihat lengan kirinya yang baik-baik saja. "Kau melihat sesuatu di lenganku?"

"Kau terikat dengan Ten, Morel. Kau harus bersamanya. Memastikan bahwa dia tidak mencoba melukai yang lain lagi sekarang."

"Lagi?" Morel terdiam sebentar dan melebarkan kedua matanya ketika ia menyadari satu hal. "Berarti aku menabrakmu dan ambulans tadiㅡ" Derek mengangguk karena Morel tidak meneruskan kata-katanya.

"Kau tuannya sekarang. Tuan mereka akan selalu dalam bahaya, jadi mereka akan melukai orang lain untuk menggantikan posisi Tuannya."

"..."

"Kau bisa mencegahnya jika kau bersamanya."

Tapi, kapan? Morel mengerutkan dahinya. Berpikir keras bagian mana yang ia lakukan semalam hingga ia berakhir konyol dengan kata-kata terikat. "Aku bisa saja memberikanmu jawaban, Morel. Tapi ini bukan tempatku untuk menceritakannya. Sekarang, temui dia dan pastikan dia tidak melukai orang lain," kata Derek.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top