26. Renata

Part 26 Renata

Noni membekap ketakjubannya dengan kedua telapak tangannya begitu memasuki ruang tidur sang tuan dan menemukan Gadis yang baru saja selesai didandani oleh penata rias. “Nyonya terlihat sempurna.”

Gadis tak menyangkal untuk yang satu ini. Langit selalu menyewa orang-orang terbaik untuk mendandaninya sebelum pergi ke pesta. Yang tentu saja tidak ingin membuat pria itu malu. Namun kali ini, harus Gadis akui penampilannya lebih sempurna dari biasanya karena mereka akan menjadi tuan rumah dalam pesta malam ini.

“Kau membawakan apa yang kuinginkan?”

Noni berjalan mendekat sambil mengangguk.

Gadis memutar tubuh dan duduk di kursi. Langit akan menyusulnya sepuluh menit lagi. Jadi ia bisa menggunakan kesempatan tersebut untuk bicara dengan Noni. Mendengarkan apa yang tidak sempat didengarnya dari pelayannya tersebut karena Langit yang menjemputnya di perkebunan.

“Apa yang kau dapatkan dari ruangan Ayah?”

Ekspresi takjub Noni seketika berubah menjadi muram dengan pertanyaan Gadis. Menatap penuh sesal pada sang nyonya. “Heru tiba-tiba datang, membuat saya harus …”

“Ck, kau baru saja mengangguk, Noni,” decak Gadis mendadak kesal dengan jawaban tak memuaskan tersebut.

“Benarkah? Saya pikir tadi Anda bertanya, apakah penampilan Anda sempurna?”

“Aku tahu, untuk apa aku mempertanyakannya.”

“Maafkan saya, Nyonya.” Noni menggenggam tangan Gadis.

“Untuk apa kau memperlihatkan wajahmu itu jika tidak mendapatkan apa pun, hah?”

“Tetapi setelah Heru pergi, saya kembali keluar dari bawah meja tuan besar.”

Gadis menunggu sejenak. “Lalu?”

Noni mendekatkan bibirnya di telinga Gadis dan merendahkan suara saat menjelaskan panjang lebar. “Lacinya semua terkunci, tapi saya tak sengaja menemukan berkas yang sepertinya lupa Heru masukkan di lemari tuan. Saya melihat hasil tes darah milih Nyonya, jadi saya pikir ada hubungannya dan membuka berkas tersebut. Saya tidak menemukan nama Renata yang Nyonya katakan, tetapi saya melihat berkas seorang perawat, kemungkinan dia adalah yang Anda bilang bekerja sama dengan Tuan untuk memanipulasi data di rumah sakit.”

Gadis mengernyit. Tampak berpikir sejenak. Mungkin itu juga cukup berguna untuk menggali tentang wanita bernama Renata yang diinginkannya tersebut.

Hening sejenak, dan sebelum Gadis bertanya lebih jauh lagi …

“Apa aku mengganggu kesibukan kalian?” Langit muncul di ambang pintu. Sudah sempurna dengan setelan pesta dan rambut yang disisir rapi ke belakang.

Keduanya menoleh dan Noni sempat tercengang, tetapi segera tersadar dengan cubitan Gadis di lengannya. Ya, di matanya memang Bara pria tertampan di bumi ini. Tetapi seorang Langit Samudra tentu saja berada di level yang berbeda. Bara tipe pria baik dan lembut, penuh kehangatan yang akan melelehkan hati wanita manapun. Namun, meskipun tuannya yang satu ini tidak memiliki satu pun di antaranya, tetap saja akan membuat hati wanita mana pun bergetar hebat.

Wajah yang dipahat hanya untuk menyenangkan pandangan para hawa, tubuh yang tinggi dan kekar. Dengan lengan berotot dan perut yang … Noni pernah memergoki sang tuan yang sedang berenang dan sukses dibuat menganga hingga air liurnya mengalir. Tak hanya kesempurnaan secara fisik. Kharisma seorang Langit Samudra tak pernah gagal membuat hati siapa pun bergejolak. Ah, kecuali nyonyanya yang satu ini. Entah bagaimana hati sang nyonya kebal terhadap semua pesona sang tuan. Yang bahkan tak sekali dua kali memamerkan tubuh seksi dan panasnya pada sang nyonya setiap kali berada di ruangan tertutup ini, kan?

“Tidak.” Gadis berdiri dari duduknya. Menyadarkan Noni dengan sodokan yang lebih kuat di perut hingga membuat pelayannya tersebut tersentak kaget dan tersadar dari pikiran liarnya. Matanya mendelik pada Noni. “Tutup mulutmu dan keluar,” pintahnya dan dalam sekejap pelayannya tersebut lari terbirit keluar.

Perhatian Langit tak lepas dari Gadis, membuatnya tak menyadari kepala Noni yang terbentur pintu.

Gadis hanya menggelengkan kepala atas sikap pelayannya yang satu itu dan detik berikutnya gerakan Langit yang menutup jarak di antara tubuh mereka segera mengembalikan perhatiannya dari pintu kamar yang sudah ditutup rapat.

Napas Gadis tertahan, menempelkan kedua telapak tangannya di dada Langit sebelum pria itu menyentuhkan bibir di bibirnya. “Aku tak ingin kau merusak acara malam ini, Langit.”

Langit mengernyit, menelengkan kepala ke samping. “Tak biasanya kau peduli pada acara pesta yang akan kita datangi.”

“Ini hari jadi pernikahan kita, kan? Aku tak ingin mempermalukanmu dengan penampilanku yang tidak sempurna.”

“Kau yakin itu hanya alasanmu untuk menolakku atau memang kau peduli dengan acara malam ini?”

“Kau ingin jawaban yang mana?”

“Ck, mau bermain kata denganku?”

“Kau tetap akan melakukannya meski aku menolakmu, Langit. Dan jika kau ingin aku tak peduli dengan acara kita malam ini, lakukan saja apa yang kau inginkan. Toh kau yang membayar orang-orang itu untuk membuatku terlihat seperti ini.”

Mata Langit menyipit. Ya, ia akan tetap mencium Gadis, dan merusak riasan sempurna wanita itu hanya akan membuat mereka semakin lama pergi ke tempat pesta. Sementara merekalah tuan rumah dalam pesta tersebut. Ini hari jadi pernikahan. Dan ia tak ingin merusak acara sempurna ini dengan alasan apa pun.

“Kali ini kau menang, tetapi …” Telapak tangan Langit yang menahan pinggang Gadis bergerak lebih ke bawah, meremas dan menyeringai. “Aku akan membuat semua sialan ini tak mengganggu kesenanganku terhadapmu. Setelah pesta berakhir.”

Gadis memberikan seulas senyum. Kesenangan Langit, pada akhirnya akan menjadi miliknya juga. Keduanya pun berjalan keluar dan di halaman sudah menunggu Aaraf yang akan duduk di balik kemudi.

“Yakin tak ingin naik di mobil yang berbeda?” tanya pria itu.

Mata Langit memicing dan wajah Gadis memerah. Beruntung make up yang dipoles di wajahnya sedikit menyamarkan rona merahnya.

“Kau bisa naik mobil lain.” Langit menepis tangan Aaraf yang memegang pintu mobil dan mempersilahkan Gadis naik lebih dulu. Mengabaikan decakan Aaraf yang kemudian duduk di balik kemudi.

*** 

Saat Langit dan Gadis muncul, para tamu undangan menyambut kedatangan pasangan tersebut dengan sambutan yang meriah dan tepuk tangan yang riuh memenuhi seluruh aula. Walaupun ini pertama kalinya Gadis mendatangi pesta perayaan sebesar ini. Tetap saja ia tak terlalu terkejut akan kemewahan serta kemeriahan pesta yang sudah disiapkan oleh Langit tersebut. Lautan tamu undangan, hiasan bunga dan taburan bintang yang memenuhi langit-langit ballroom, makanan dan minuman yang dihidangkan. Gadis yakin, Langit menghamburkan uang pria itu dengan sangat baik. Amat sangat baik.

Dan di antara semua itu, yang lebih menarik perhatiannya adalah tatapan para wanita di sekelilingnya. Gadis mulai dibuat tak nyaman, hingga akhirnya menyadari arti semua tatapan-tatapan tersebut. Tatapan penasaran akan wajah yang berhasil menggugurkan harapan mereka untuk menjadi pendamping seorang Langit Samudra. Tanpa berusaha mencari musuh, sepertinya mereka semua sudah menganggapnya musuh dalam pandangan pertama.

Gadis tak melepaskan pegangannya dari lengan Langit sejak datang hingga acara utama dimulai. Ucapan cinta dan harapan Langit untuk pernikahan mereka yang langgeng, dan Gadis hanya perlu menjiplak kalimat pria itu dengan kata-kata yang berbeda. Tak benar-benar sampai menyentuh perasaannya, apalagi masuk ke dalam hati. Namun, permainan tersebut lebih mudah wanita itu perankan.

Langit memamerkannya ke semua orang, sampai tak bisa menahan kakinya yang pegal dan ijin ke toilet. Ia mencoba membelah lautan orang di sekelilingnya menuju penunjuk arah yang ada di pintu selatan. Ketika tiba-tiba langkahnya tertabrak oleh seseorang, membuat cairan di dalam gelas yang dipegangnya tumpah mengenai gaun putih wanita tersebut.

“M-maaf.” Wajah Gadis pucat melihat semua kekacauan yang dibuatnya pada gaun indah tersebut.

“Tidak apa-apa.” Suara wanita itu lembut, dengan senyum manis dan tampak lebih tenang meski tidak dengan gaun yang dikenakannya.

Gadis mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasnya, tetapi itu tak akan membantu apa pun. “Apa yang harus kulakukan untuk memperbaiki ini?”

“Hmm. Beruntung aku membawa gaun pengganti. Bisakah kau membantuku?”

“Tentu saja.” Gadis sedikit merasa lega. Menerima uluran tangan wanita itu menuju pintu keluar di samping mereka.

“Perkenalkan, namaku Renata. Dan kau pasti … Gadis Samudra. Istri Langit.”

Gadis mengerjap. “K-kau tahu?”

“Bagaimana mungkin aku tak mengenali pemilik pesta.” Senyum Renata terlalu lebar, untuk menyembunyikan seringai di ujung bibirnya.

















Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top