2. Langit Samudra

Part 2 Langit Samudra

"Bukan dokter kandungan nona Jelita." Pelayan itu menggeleng dengan cepat. "Sebaiknya Anda mendengarkan langsung dari Tuan. Saya tak tahu apa pun selain yang baru saja saya katakan, Nona."

Kepucatan di wajah Gadis perlahan memudar, begitu pun luka hatinya yang masih menganga di dalam sana. Gadis itu kembali membalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam rumah. Menyeberangi ruang tamu, berbelok di samping tangga dan langsung mengarah ke pintu ganda hitam yang ada di hadapannya. Mengetuknya sekali dan pintu terbuka dari dalam.

"Kau datang." Ludy Evander, pria paruh baya tersebut beranjak dari duduknya dan menghampiri sang putri. Membawanya duduk di sofa panjang, berseberangan dengan seorang wanita cantik yang rambut bergelombangnya ditata dengan rapi. Wanita itu berusaha terlihat tenang di balik ketegangan yang terlalu sulit disembunyikan lebih lama lagi. Kabar yang dibawa, kemungkinan besar akan menjadi mimpi buruk bagi gadis baik hati yang ada di hadapannya. Dan mungkin juga akan merenggung masa depan sang putri. "Duduklah."

"Ayah," sapa Gadis mengambil tempat di ujung sofa panjang. Menatap sang ayah dan wanita yang ia yakin Namanya dokter Sunny. "Ada apa?"

Dokter Sunny melengkungkan senyum sambil mengulurkan tangan. "Saya dokter Sunny. Dokter kandungan yang bekerja di Samudra Medical Center."

"Kau bukan dokter kandungan Jelita, kan?" Ujung mata Gadis melirik ke arah sang ayah.

Dokter Sunny menatap ayah dan putri tersebut. "Jelita siapa?"

Gadis mengibaskan tangan di depan wajah. Pertanyaan tersebut sudah menjawab. "Lupakan. Langsung saja, apa yang ingin membuat Anda datang ke tempat terpencil ini."

Alis dokter Sunny terpaut. Terpencil? Meski tempat ini memang berada cukup jauh dari perkotaan, tetap saja siapa sih yang tidak tahu dengan perkebunan Anggur dan Strawberry milik Evander ini?

"Ehm." Dokter Sunny berdeham. Membasahi tenggorokannya yang kering oleh tatapan Gadis yang tampak mengamatinya lekat-lekat. "Sekitar satu setengah bulan yang lalu, Ayah Anda menjalani operasi dan perawatan di Samudra Medical Center. Saat Anda jatuh pingsan, dua perawat saya melakukan kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan."

Kerutan di kening Gadis semakin berlipat. Ya, tentu saja ia ingat kejadian tersebut. Ketika ia salah masuk ruangan dan jatuh pingsan. Saat bangun, ia berada di ruang yang penuh warna putih. Dan baru mengetahui itu adalah ruang pemulihan saat petugas rumah sakit memberitahu dompetnya yang tertinggal di sana.

Gadis tak terlalu peduli kesalahan apa, tetapi tampaknya sangat serius hingga membawa dokter Sunny merepotkan diri datang jauh-jauh ke tempat ini.

"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya."

Gadis mengangguk sekali meski keheranan di kepalanya masih begitu kental. "Hanya itu?"

"Saya belum menjelaskan secara detail apa yang sebenarnya terjadi."

Kepala Gadis kembali mengangguk. Seolah kalimat panjang lebar tersebut masih belum cukup detail?

"Saat itu, saya dan beberapa perawat sedang menunggu seseorang yang akan menjalani program bayi tabung. Kami hanya menerima berkas tentang wanita tersebut setelah semua hasil tes kesehatan yang dilakukan dokter lain."

Raut wajah Gadis seketika membeku. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi saat itu. Ya, meski ia merasa aneh dengan jarum infus yang menempel di punggung tangannya dan tubuhnya yang terasa aneh. Rasanya tak ada kecurigaan yang begitu mendalam akan apa yang terjadi padanya.

"Dan saya melakukan prosedur yang sudah dijadwalkan beberapa bulan tersebut pada Anda."

Gadis membeku. Untuk waktu yang lama, gadis muda tersebut masih berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan sang dokter. "Tidak. Tidak ada hal semacam itu terjadi. Aku bahkan tak benar-benar mengerti apa yang baru saja kau katakan."

Dokter Sunny mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkannya di meja. Tepat di hadapan Gadis. "Kemungkinan besar, saat ini Anda sedang hamil. Apa jadwal haid Anda bulan ini sudah datang?"

Rasanya tak berlebihan jika Gadis mengatakan wanita di depannya adalah orang gila yang sedang tersesat di perkebunan keluarganya.

***

Pegangan tangan Gadis pada stik merah muda tersebut bergetar hebat. Tak hanya kedua tangannya. Tubuhnya menegang hingga napasnya tertahan dengan keras, sementara jantungnya berdegup dengan cepat. Matanya terpejam, terlau takut untuk menatap hasil yang ada di sana. Seberapa pun besar keyakinannya bahwa dokter wanita itu hanya asal bicara.

Bagaimana mungkin ada kejadian konyol semacam ini? Bagaimana mungkin ada kesalahan setidak masuk akal ini? Ia bahkan tak pernah tidur dengan seorang pria. Hubungannya dengan ... Oh, ayolah. Ada ap dengan hidupnya. Kekasih yang menghamili kakaknya dan sekarang menemukan dirinya hamil? Gadis segera mengenyahkan bayangan pria itu dari kepalanya. Seperti jatuh dan tertimpa tangga. Seberapa menyedihkan lagi hidupnya, hah?

Gadis melempar stik tersebut ke dalam lubang toilet dan menutupnya. Semua ini pasti salah, kan? Ya, ia haidnya memang belum datang bulan ini. Pun ia tak pernah melewatkan jadwalnya tersebut. Tetapi hamil adalah alasan paling konyol dan paling tak akan ia percaya.

Masih belum cukup dengan segala macam penyangkalannya, saat Gadis keluar dan dokter Sunny dan sang papa yang sedang menunggu di ruang tengah tampak fokus pada lembaran di tangan sang dokter. Raut yang tertampil di wajah sang ayah cukup membuat seluruh tubuhnya menegang. Kedua orang itu segera memutar tubuh dan memberikan perhatian padanya.

Dokter Sunny mendekat, mengulurkan tangan untuk meminta benda yang diberikan pada Gadis beberapa saat yang lalu.

"Aku membuangnya," aku Gadis. "Apa rencana dan tujuanmu datang ke sini?"

Dokter Sunny terdiam. Menyadari ketegangan yang menyelimuti tubuh gadis muda yang ada di hadapannya tersebut. Rasa iba menyelinap ke dalam dadanya, tetapi hidupnya pun tak lebih baik dibandingkan Gadis. Entah apa yang akan terjadi dengan mereka ke depannya, tetapi mengandung anak keluarga Samudra setidaknya lebih beruntung dibandingkan nasib dirinya jika tak bisa menyelesaikan masalah ini seperti yang diinginkan sang tuan.

"Mencoba memperbaiki kesalahan."

"Dengan omong kosong ini?"

"Saya mengatakan yang sejujurnya, Nona Evander."

"Siapa yang tahu kau sudah melakukan sesuatu dengan alat itu, kan?"

"Jadi hasilnya positif?"

Gadis merapatkan mulut, menatap tajam sang dokter. "Aku tidak melihatnya sampai aku memikirkan kekonyolan ini." Ia berharap kebohongannya tertutup dengan baik. "Untuk siapa kau melakukan semua ini?"

Dokter Sunny hanya tersenyum tipis. Tentu saja ia memahami kepanikan gadis muda di hadapannya ini. Amat sangat. Dokter tersebut kembali mendekati dan mengambil lembaran di tangan tuan Evander yang masih membeku.

"Seminggu yang lalu, Anda kembali ke rumah sakit untuk cek kesehatan, bukan."

"Aku sudah menerima hasilnya."

"Dan Anda tidak membacanya dengan teliti."

Bibir Gadis merapat mengingat lembaran tersebut mungkin tertumpuk di antara berkas penjualan, pesanan, atau bahkan mungkin terselip di mesin penghancur. Ia memang tak membukanya setelah dokter mengatakan tak ada yang bermasalah dengan kesehatannya. "Jadi kau datang dengan pengetahuan itu?"

Dengan tanpa malu, dokter Sunny mengangguk.

"Untuk siapa kau melakukan semua ini, hah?"

"Tuan Samudra."

Tubuh Gadis seketika membeku. Kepucatan merebak dengan cepat di seluruh permukaan wajahnya. Sebaiknya bukan Samudra yang berengsek itu, harapan Gadis setipis kulit ari ketika dokter Sunny menerangkan nama Samudra tersebut.

"Tuan Langit Samudra."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top