Bab 5

TATTO WAJAH PEREMPUAN DI PUNGGUNG SUAMIKU 5

Sejak kejadian di mol tersebut, aku dan Mas Dandy saling diam.

Kita udah tiga hari sama sekali tidak bertegur sapa, aku malas, dan dia pun tak meminta maaf padaku. Hanya bilang kalau aku salah paham.

Ya memang saat kejadian tersebut mereka tidak hanya sedang berdua, tapi ada beberapa rekan sesama model juga aktor artis lain, termasuk Andre.

Aku tidak memungkiri kalau memang Mas Dandy sedang makan malam bersama mereka. Hanya saja, mengapa ketika kepergok memanggil sebutan pacar, dia bilang kalau itu hanya bercanda dan bagian dari akting saja.

Kamu kan bukan aktor, Mas, kamu hanya manajernya.

Lalu, apa aku yang harus minta maaf karena mengganggu acaramu kemarin? Oh tentu saja aku tidak mau, karena itu salahmu yang berbohong padaku. Bilangnya hanya dengan Andre, nyatanya ada selingkuhanku juga.

“Sayang,” panggilnya lirih.

Aku yang sedang tiduran pun langsung berpaling membelakanginya.

“Mau sampai kapan kita diem-dieman begini? Kamu masih marah sama aku?”

Aku tetap diam, aku malas berdebat sesuatu yang jelas sudah terlihat dan ketahuan faktanya. Kalau dia mau ngaku dan minta maaf, aku maafin kok. Kalau aku bicara hanya untuk berdebat dan dia mengelak, rasanya kok capek ya.

“Aku kan udah jelasin, kalau ....”

Entah mengapa bicaranya berhenti, dia tidak melanjutkan lagi ucapannya.

“Kayanya aku ngomong juga kamu nggak akan tanggapi, nggak akan percaya juga. Yaudah lah, terserah kamu aja. Yang penting aku udah jelasin kalau aku dan model itu nggak ada hubungan apa-apa. Kita hanya profesional kerja.”

“Terserah. Aku nggak peduli.” Aku beringsut dari ranjang dan keluar kamar untuk menyiapkan sarapan.

Pagi ini rasanya tubuh sangat lelah, bukan hanya capek badan saja aku harus antar jemput anak-anak. Melainkan pikiranku harus dikuras oleh masalah suamiku yang makin ke sini makin tidak jelas saja.

Aku masak pun jadinya tidak bersemangat, hari ini hanya membuat nasi goreng saja dan juga telur ceplok. Minggu kemarin aku sudah membeli beberapa buah juga, dan kayanya hari ini aku mau ke toko saja.

“Kamu bertengkar ya sama Dandy?” tanya Mama yang tiba-tiba sudah ada di dapur.

“Enggak kok, Ma.”

“Mama ngerasa kalian sedang ada masalah, bicara sama Mama. Kalau nanti Dandy ada salah, biar Mama tegur.”

Mama terlalu baik dan perhatian, aku nggak mungkin ceritakan semuanya pada Mama. Kasihan kalau sampai Mama juga ikut kepikiran.

“Dy, setiap rumah tangga itu pasti ada yang namanya masalah. Tapi, bukan dengan cara diam menyelesaikannya.”

“Iya, Ma. Mama tenang aja ya, aku nggak apa-apa kok.”

Aku masih berusaha tersenyum, nanti kalau semua sudah jelas dan ada bukti. Aku pasti akan beberkan semuanya. Bukan sekarang, karena Mas Dandy masih bisa menyangkal.

“Yaudah, Mama minta maaf ya, kalau Mama udah ikut campur. Mama hanya nggak mau rumah tangga kalian kenapa-kenapa. Cukup Mama saja yang merasakan sakitnya dikhianati, kamu jangan ya, Dy.” Mama menyentuh lembut bahuku.

Rasanya aku ingin menangis di pelukannya, tapi aku tak sanggup. Aku masih bisa tahan ini semua sendiri. Aku bersyukur di tengah para istri yang mengeluh memiliki mertua jahat, sementara mertuaku begitu baik dan perhatian. Aku yang jauh dari kedua orang tua pun, merasa memiliki orang tua yang dekat.

Sayangnya, kenapa juga harus Mas Dandy yang disukai wanita itu? Padahal banyak aktor lain yang lebih tampan dan juga kaya raya.

.

Sehabis mengantar anak-anak sekolah, aku langsung menuju toko. Ternyata jalanan pagi ini lumayan padat, biasanya jam segini sudah lengang, tapi masih macet.

Sambil menyetir, aku menghidupkan musik dari ponsel untuk melepas jenuh. Namun, sebuah pesan WhatsApp tiba-tiba masuk dari nomor yang tak kukenal.

[ Pagi, Mbak Maudy. Saya Sarah, sebelumnya saya minta maaf ya, kalau waktu itu saya dan suami Mbak terlihat berlebihan. Jujur, saya tidak ada maksud apa-apa, apalagi untuk mendekati suaminya Mbak. ]

[ Sekali lagi saya minta maaf. ]

Kejadiannya sudah tiga hari yang lalu, dia baru ngechat aku bilang maaf. Okelah, tapi, untuk apa? Apa karena Mas Dandy yang meminta?

[ Aku maafin, tapi tolong kamu jauhin suami saya. Atau karir kamu yang jadi taruhannya!] ancamku.

[ Iya, Mbak. Saya janji, saya tidak akan mengganggu rumah tangga Mbak, saya juga akan menjauhi suami Mbak.]

[ Oke.]

Kita lihat saja nanti, sejauh mana mereka. Apakah akan benar-benar menjauh, sedangkan gambar wajahnya saja sudah terpampang di punggung dan jelas-jelas tak akan mungkin dihapus juga.

Suasana hatiku semakin tak keruan karena perempuan itu ternyata berani juga menghubungi aku. Kupikir dia akan diam saja dan seolah tak bersalah atas perbuatannya tersebut.

Aku tidak bisa membayangkan kalau hal ini terlihat oleh wartawan lalu disebarluaskan. Tapi, sepertinya akan sulit ditembus, karena keluarga perempuan itu punya power di dunia entertainment.

Tanpa terasa aku sudah hampir tiba di toko, yang tadinya hendak mendengarkan musik di mobil. Malah jadi mendengar isi hati dan pikiranku sendiri yang saling berlawanan.

Sampai di depan toko, aku dikejutkan oleh keramaian yang tidak seperti biasa. Ada apa?

Aku turun dari mobil dengan kebingungan, seorang karyawan menghampiriku.

“Bu, banyak model sama artis datang ke toko, mereka katanya dapat rekomendasi dari Mbak Sarah yang waktu itu ke sini,” ujar Nur.

“Oh ya? Trus mereka beli atau hanya ngeramein aja nih? Nggak minta endorse kan?”

“Nggak, Bu. Sebagian beli, sebagian masih ada yang konsultasi juga.”

“Oh begitu.”

“Iya, Bu.”

Aku dan Nur masuk toko melihat sekeliling, benar mereka model yang sering aku lihat di televisi. Ada artis pendatang baru juga, tapi aku nggak begitu kenal, hanya tahu wajahnya saja.

“Oh ini owner-nya, Cantik ya Mbak Maudy,” sapa seorang berambut panjang.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk karena pujiannya. Aku nggak ngerti mengapa Sarah merekomendasikan produkku pada teman-temannya?

“Silakan berbelanja, kalau ada yang ingin ditanyakan boleh ke saya,” kataku.

“Iya, Mbak. Tadi karyawan nya udah jelasin, ternyata produk ini sudah bersertifikat halal MUI sama ada BPOM nya, aman ya, Mbak.”

“Alhamdulillah, insyaallah cocok untuk segala jenis kulit.”

“Mbak Maudy hebat ya, masih muda sudah sukses,” puji seorang wanita berjilbab.

“Beruntung banget pasti nanti yang jadi suaminya.”

“Maaf, saya udha nikah, anak saya juga sudah dua,” kataku memotong pembicaraan mereka.

Semua merasa terkejut dan menatapku dari atas sampai bawah. “Masa sih? Kelihatan seperti masih gadis. Tapi, usianya masih muda pasti kan?”

“Saya udah kepala tiga ko.” Aku tersenyum simpul.

“Masyaallah, awet muda banget, penampilan juga nggak kalah sama anak kuliahan. Ini pasti karena produknya ya.”

“Iya, suaminya beruntung banget pasti.”

Aku hanya tersenyum malu mendengar pujian dari mereka. Rasanya beda saja kalau yang memuji sesama perempuan. Padahal kalau dipikir mereka lebih cantik dari pada aku.

“Eh gaes gaes, udah tau berita belom? Si Sarah mau diajak main sinetron jadi lawan mainnya Andre. Gila, keren banget dia ya.” Seorang perempuan jangkung tiba-tiba memberikan informasi sambil memperlihatkan ponselnya.

Jantungku langsung berdegup kencang, kalau Sarah jadi lawan mainnya Andre, otomatis Mas Dandy akan lebih sering bertemu mereka di tempat syuting, karena dia kan managernya Andre.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top