Bab 4
TATTO WAJAH PEREMPUAN DI PUNGGUNG SUAMIKU 4
“Sayang, aku keluar sebentar ya,” ujar Mas Dandy tiba-tiba.
“Mau ke mana, Mas?”
“Ini Andre ngajak ketemuan, sebentar doang kok. Badan aku juga kan lagi nggak enak, nggak bisa pergi lama-lama juga.”
“Oh, oke.”
Aku tidak melarang suamiku pergi hari ini, tapi aku akan awasi dia dari jauh. Semoga saja ada titik terang kalau mereka benar-benar punya hubungan serius.
“Kamu pesan ojek online?” tanyaku melihat aplikasi hijau yang baru saja dia buka.
“Iya, Sayang. Aku nggak kuat kalau nyetir sendiri. Jadi pesan aja, cepat kan, aman, yang penting selamat sampai tujuan.”
Aku mengangguk, dan melihatnya berganti pakaian sebelu akhirnya dia keluar rumah meninggalkan aku yang masih duduk di sofa.
“Dandy ke mana?” tanya Mama yang keluar kamar sambil membawa kacamata dan duduk di sebelahku.
Mama mertuaku meraih remot televisi, mengalihkan Chanel ke acara kesukaannya, apalagi kalau bukan gosip.
“Katanya mau ketemuan sama di Andre, Ma.”
“Mamah, ini gimana sih?” Aries yang sejak tadi sibuk menggambar dan mewarnai itu menunjukkan buku gambarnya padaku.
Anak laki-laki itu sedang menggambar sebuah mobil yang berada di jalan raya. Ternyata putraku ini punya bakat menggambar juga. Bahkan ilustrasinya juga bagus, di mana bagian pinggir jalan itu terdapat gedung bertingkat, dan sedikit pepohonan.
“Bagus gambar kamu, Sayang,” pujiku.
“Ini gimana, Mah, ban mobilnya aku nggak bisa buat bulat.” Aries memberikan pensil padaku.
Aku mencoba membuatkan ban untuk mobilnya, mungkin Aries belum bisa fokus membuat bulatan yang sempurna. Dia juga kalau membuat sesuatu yang kurang akan protes, bagi Aries semua harus bagus seperti aslinya.
“Dy, Mama melihat hubungan kamu sama Dandy tidak seperti biasanya. Apa kalian ada masalah?”
Tiba-tiba Mama bertanya, dan pertanyaan itu membuat keningku berkerut. Kenapa tiba-tiba Mama bertanya demikian, padahal aku sedang berusaha menutupi apa yang aku rasakan pada Mas Dandy. Karena aku tidak mau asal menuduh tanpa bukti valid, atau minimal aku grebek mereka sedang berduaan.
“Aku baik-baik aja ko, Ma.”
“Kalau ada masalah cerita ke Mama ya, Dy. Mama nggak mau kalian sampai kenapa-kenapa.”
“Iya, Ma.”
Aku berusaha tersenyum kecil, bahkan mamanya sendiri pun punya firasat.
Mas, kamu belum sejauh itu kan?
.
Sampai sore suamiku masih belum juga pulang, padahal tadi dia bilang hanya keluar sebentar. Ini sudah hampir magrib dia juga belum kembali.
Tak ada pesan masuk, atau kabar dari dia sama sekali. Kamu ke mana sih, Mas?
Ting.
[ Maudy, Lo lagi ngapain? Sibuk nggak? ]
Sebuah pesan masuk dari Bastian, teman sekolahku dulu. Jujur aku malas ngerespon, karena aku takut kalau menjadikan dia pelarian ketika hubunganku dengan Mas Dandy sedang ada masalah.
Aku abaikan pesan tersebut.
[ Sombong banget.]
Chatnya lagi.
[ Maaf, Bas. Gue ini istri orang, gue nggak mau nanti terjadi sesuatu.] Balasku lagi.
[ Gue tahu ko, lo tenang aja. Gue tahu batasan, gue Cuma mau ngajak lo jalan aja, ajak anak Lo juga boleh.]
[ Istri dan anak Lo ke mana? ]
[ Gue belum menikah, ceritanya panjang, Dy.]
[ Oke, lo mau ajak gue ke mana?]
[ Kita makan aja yuk! Di mol.]
[ Boleh.]
[ Jam 7 gue jemput kamu ya.]
[ Oke.]
Aku lalu beringsut dari ranjang menuju kamar anak-anak. Pertama aku masuk kamar putri pertamaku, Nasya. Kulihat dia baru saja selesai mandi.
“Kenapa, Mah?”
“Nanti mau ikut Mamah nggak ke mol, jam 7?”
“Aku capek, Mah. Mau tidur.”
“Eum, yaudah deh.”
“Oh iya, Mah. Sama Papa?”
“Bukan, sama teman Mama.”
“Oh, yaudah Mama pergi aja, aku beneran capek, Ma.”
“Yaudah, kamu makan trus istirahat ya.”
Nasya ternyata sudah susah diajak jalan, walaupun tahun ini dia baru masuk usia 9 tahun. Entah mengapa pelajaran di sekolahannya membuat tumbuh kembangnya lebih cepat dewasa tidak seperti zaman aku kecil dulu.
Bagaimana tidak, pelajaran SD sekarang pun sudah banyak, apalagi Nasya aku sekolahkan di sekolah internasional yang memang lebih banyak pelajarannya juga eskulnya dari pada sekolah biasa.
Karena aku ingin memberikan dia pendidikan yang lebih bagus nantinya. Sementara sang adik lebih suka olah raga dan kesenian melukis.
Tak lama adzan magrib berkumandang, aku masuk ke kamar Aries, di sedang duduk di atas tempat tidur bersama Omanya seraya dibacakan dongen.
“Adek udah mau tidur?” tanyaku.
“Belum, Mah.”
“Adek mau ikut Mamah ke mol nggak?”
Aries menggeleng. “Aku mau nonton sama Oma aja, Mah.”
Ya Allah kenapa anak-anak aku semua lebih betah di rumah ya dari pada jalan ke luar. Bagaimana ini kalau hanya aku dan Bastian saja yang pergi.
“Kamu mau pergi, Dy?”
“Teman aku ngajak jalan sih, Mah.”
“Cowok?”
“Iya, teman sekolah dulu.”
“Tapi kalian nggak pacaran kan?”
“Hahah, enggak lah, Mah. Kalau aku pacaran, aku nggak akan ngajak anak-anak, nggak bilang juga ke Mama.”
“Yaudah kalau mau pergi, biar anak-anak Mama yang jagain.”
“Yaudah, aku mau siap-siap dulu ya, Ma. Makasih, Ma.”
Mama hanya mengangguk, dan aku melangkah keluar kamar Aries.
.
Pukul 19.15 aku sudah berada di ujung jalan menunggu Bastian seorang diri. Sampai jam segini pun Mas Dandy juga belum kelihatan batang hidungnya.
Aku pergi sengaja tidak minta jemput di depan rumah, karena tidak enak saja kalau sampai terlihat tetangga nantinya. Jadi, aku memutuskan untuk Bastian menjemput di ujung jalan.
Tiiin.
Suara klakson mobil berbunyi dan berhenti di depanku. Lalu kaca mobil bagian samping sopir terbuka. Kulihat Bastian tersenyum di sana dan membukakan pintu dari dalam memintaku naik.
Setelah aku berhasil naik dan duduk di dalam mobilnya, dia bertanya. “Anak-anak lo mana? Mereka nggak ikut?”
“Nggak ada yang mau ikut.”
“Trus di rumah sama siapa? Suami lo?”
“Sama Omanya, kalau ada suami gue, ya nggak mungkin lah gue bisa keluar gini.”
“Oke, kita mau ke mana?”
“Loh katanya ke mol.”
“Itu kan kalau ada anak lo, kita makan aja yuk! Gue mau cerita banyak ke lo.”
“Boleh.”
Bastian pun akhirnya melajukan kendaraannya dan mulai membelai jalan. Aku hanya terdiam di dalam mobil, semoga apa yang kulakukan kali ini tidak salah.
Baru pertama aku pergi keluar bersama laki-laki lain selain suamiku sendiri. Aku berani seperti ini karena dia pun berani dengan perempuan lain. Tapi, aku tidak untuk membalas perbuatannya, aku hanya ingin mencari hiburan semata saja.
“Eum, Dy, gue boleh nanya sesuatu?”
“Boleh.”
“Jujur, sebenarnya Lo ke tukang tatto kemarin mau ngapain ya?”
Aku menghela napas pelan, menatap jalanan dari jendela samping. Apa aku harus menceritakan masalah rumah tanggaku dan kecurigaanku pada orang lain?
Tidak, ini aib rumah tanggaku.
“Nggak ada apa-apa ko. Heheh.”
“Oke, kalau lo nggak mau cerita ya nggak apa-apa. Soalnya gue khawatir aja lihat lo keluar dari sana gelisah gitu.”
“Ya gue buru-buru.”
“Oke.”
Sampai akhirnya kami mobil yang dikendarai Bastian berbelok arah ke sebuah restoran mewah di tengah kota Jakarta.
“Yakin ke sini? Kita nggak mau makan di pinggir jalan aja?” tanyaku.
“Lo ngeremehin gue? Tenang aj, gue punya duit ko.”
“Bukan, outfit gue loh, kaya mau main. Malu,” kataku yang hanya memakai celana jins dan juga kaos lengan panjang warna putih. Aku juga bawa topi dan kacamata.
“Santai aja, Dy. Ayo!”
“Oke.”
Mau nggak mau aku nurut saja, namanya ditraktir kan. Tapi, ketika aku baru saja turun dari mobilnya. Tanpa sengaja aku melihat dua orang yang kukenal juga baru turun dari mobil.
Mereka adalah Mas Dandy dan juga si model ternama itu, Sarah. Mereka dari mana?
Pantas saja Mas Dandy nggak mau bawa mobil sendiri, ternyata dia pakai mobil perempuan itu? Mana si Andre? Katanya ketemua sama dia?
Aku harus ikuti mereka.
“Dy, kamu masuk duluan aja ya. Aku mau ke toilet dulu,” ucap Bastian.
“Oke.”
Kebetulan, aku kejar mereka berdua, biar kegep kalau mereka memang ada hubungan.
Brugh!
Aku sengaja menyenggol bahu perempuan jangkung di sebelahku.
“Aduhh,” jeritnya pelan.
“Kamu nggak apa-apa, Sayang?” tanya Mas Dandy.
Kayanya dia nggak tahu kalau yang barusan nabrak cewek itu adalah aku. Pake panggil sayang segala.
“Mbak, kalau jalan pelan-pelan dong, kena pacar saya nih,” ujarnya.
Aku yang memakai topi, seketika melepas topi di depan dia. “Pacar?” tanyaku.
.
Di KBM app ini udah sampe bab 16 yaa
Yg punya aplikasinya bisa ke sana, dukung aku soalnya cerita ini aku ikutin lomba di KBM 🙏
Oh ya, yg nunggu pdfnya jg bisa, masukin cerita ini ke library kalian yaaa.
Makasih 🤗😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top