7. Lantunan Yang Mengusik
Di sebuah musala terlihat seorang ustaz tengah memberikan ceramah sore pada beberapa ibu-ibu dan bapak-bapak di kompleks itu. Termasuk juga Aisyah yang terlihat ikut duduk bersama mereka untuk mendengarkan.
"Sabar merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat disukai oleh Allah dan Rasulullah. Sab-" Kata-kata Ustaz Arsyad terhenti saat dari arah pintu musala seorang remaja datang tergopoh-gopoh dan mengagetkan mereka.
"Assalamualaikum!" Seruan tersebut membuat semua mata mengalihkan perhatiannya pada remaja itu.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak.
Jovan mengedarkan pandangan pada semua orang di dalam musala. Hingga tatapannya berserobok dengan gadis yang mengenakan kerudung biru laut. Aisyah tak kalah kaget mendapati Jovan datang ke tempat itu. Terlebih ketika cowok itu menghampiri Arsyad dan memanggilnya Opa.
"Maaf, Jovan telat, Opa.” Ucapan Jovan hanya dijawab anggukan kecil Ustaz Arsyad. Lalu cowok itu berjalan memasuki musala dan duduk tepat di sebelah sang kakek. Jovan sempat melirik Aisyah sekilas, membuat gadis itu menundukkan kepala. Setelah itu Ustaz Arsyad memulai kembali ceramah yang tadi terpotong karena kedatangan cucunya.
"Jadi, sampai di mana kita tadi?" tanya Ustaz Arsyad pada semua jamaah.
"Sampai pada sabar, Ustaz," jawab semua orang.
"Ah, ya. Sabar merupakan salah satu sifat terpuji yang sangat disukai oleh Allah dan Rasulullah. Sabar ialah mampu menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho dari Allah SWT. Mampu menghadapi segala cobaan dan ujian dari Allah SWT tanpa mengeluh dan menerimanya dengan penuh kesabaran,”
“sabar itu tak ada batasan. Kalau berbatas itu namanya bukan sabar. Ikhlas juga sama, selama kita masih menyebut-nyebut kata ikhlas saat kita melakukan perbuatan baik, itu namanya kita belum ikhlas. Seperti yang telah disebutkan dalam firman Allah yang artinya,
'Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang - orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan' Surah An - Nahl ayat : 96.
Bisa kalian cermati, bahwa sifat sabar adalah sifat yang begitu mulia hingga Allah menjanjikan tempat terpuji untuk orang-orang yang termasuk dalam golongan ini. Percayalah pada ketetapan Allah, karena sebaik-baik penentu takdir hanyalah Dia, Dzat Yang Maha Pemberi Hidup.
Maka bersabarlah kalian, karena Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Jika hatimu mulai dipenuhi pikiran buruk dan putus asa, maka berusahalah ingat selalu nikmat Allah. Bersyukur karena kita telah diberi nikmat sehat. Sementara rasa sakit dan musibah yang kita alami biarkan jadi penawar dosa-dosa kita. Insya Allah, Allah akan mengganti kesabaran kita dengan yang lebuh baik. Berzikir, bertasbih, adalah cara terbaik untuk menguatkan iman kita. Berdoalah selalu dan meminta ampun. Agar Allah melindungi kita dari rasa putus asa."
Mendengar ceramah Ustaz Arsyad, Aisyah menitikkan air matanya tanpa sadar. Ia teringat rasa putus asa yang kadang menderanya, dan membuat ia berpikir buruk pada Allah. Seharusnya ia memikirkan nikmat sehat itu, harusnya dia memikirkan nikmat hidup itu.
Sementara Jovan yang duduk berseberangan dengan Aisyah pun tak mengalihkan tatapannya pada gadis itu, yang kini terlihat tengah mengusap air mata. Ada rasa iba yang lagi-lagi merasuki hati Jovan. Buru-buru Jovan mengalihkan tatapan ketika mata Aisyah menangkap basah cowok itu yang tengah memperhatikan dirinya.
"Saya cukupkan ceramah hari ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Wabillahi taufik walhidayah, wassalamualaikum warohmahtuallah hiwabarrakatuh." Setelah ucapan salam terdengar semua Jamaah berhambur keluar kecuali Ustaz Arsyad, Jovan dan Aisyah. Karena gadis itu memilih menyiapkan semua bangku yang akan digunakan untuk mengajar mengaji anak-anak komplek.
"Kenapa kamu baru datang?" tanya Ustaz Arsyad pada Jovan setelah semua jamaah pergi.
"Maaf, Kek. Di jalan tadi agak macet," jawab Jovan tak fokus, karena cowok itu terus memperhatikan Aisyah yang tengah sibuk dengan kegiatannya. Lidah Jovan gatal sekali ingin bertanya perihal Aisyah, dan kenapa gadis itu bisa di sini. Tapi rasa gengsi membuatnya tak bisa berkata-kata. Mengetahui cucunya tengah memerhatika Aisyah, Arsyad menepuk bahu sang cucu. Menyadarkan cowok itu dari aksinya. Lalu Arsyad memutuskan memanggil Aisyah.
"Ais, kesini sebentar!" Teguran Ustaz Arsyad membuat Aisyah mau tak mau menghentikan kegiatannya. Sementara Jovan terlihat salah tingkah karena kakeknya memanggil gadis itu untuk mendekat.
"Opa apa-apaan malah panggil dia ke sini," ucap Jovan berbisik di telinga Arsyad.
"Kamu bukannya penasaran?" godaan Arsyad hanya dijawab dengkuskan oleh Jovan.
"Ya, Pak Ustaz," jawab gadis itu menghampiri Ustaz Arsyad. Aisyah duduk di sebelah kanan sang Ustaz, berhadapan dengan Jovan.
Jovan hanya diam mematung, dan menatap sekilas gadis itu dengan raut datar. Meski di dalam hatinya jelas dia gugup. Sebisa mungkin Jovan tak memperlihatkannya di depan Aisyah.
"Kenalkan, ini cucu Ustaz. Namanya Jovan." Aisyah mengangguk kecil ke arah Jovan.
"Jovan, ini Aisyah. Yang membantu Kakek mengajar mengaji anak-anak di sini selama bulan puasa." Jovan pun sama, hanya mengangguk kecil ke arah gadis di depannya. Arsyad yang mengerti kecanggungan dua remaja di depannya menyunggingkan senyum.
"Jangan malu-malu begitu, bukannya kalian satu sekolah?" Mendengar ucapan Arsyad, Jovan menatap kakeknya penuh tanda tanya.
"Kenapa Kakek bisa tahu kami satu sekolah? Apa Kakek menyewa boodygart lagi untuk mengawasi Jovan?" gerutu cowok itu kesal. Pasalnya sang Kakek selalu saja bersikap berlebihan dengan menyewa boodygart untuk mengawasi cowok itu.
Alasannya demi keamanan. Berdalih karena tak ingin kejadian yang menimpa bundanya terulang lagi. Dan itu konyol sekali menurut Jovan, Karena laki-laki yang dulu hampir membunuh orang tuanya saja sudah meninggal. Pikir Jovan.
*****
Aisyah tengah serius dengan bacaan alqurannya di musala. Sementara beberapa anak kecil duduk mengitari gadis itu dan mendengarkan lantunan ayat pendek yang dibacakan olehnya dengan hikmat.
Beberapa saat setelah ia mengakhiri bacaan surah al-iklas, ia menatap semua anak didiknya yang bertepuk tangan dengan senyum lebar.
"Wah, aku mau bisa baca alquran yang bagus kayak Kak Aisyah," ucap salah satu bocah perempuan berkerudung merah.
"Iya kita semua juga mau, Kak," timpal yang lainnya menyetujui. Aisyah tersenyum ke arah mereka.
"Kalian juga bisa, kok. Kalau sering mengaji dan latihan. Makanya kalian semangat terus, ya, baca hafalan surat-surat pendeknya. Kalian pasti juga mau ‘kan, memberi mahkota untuk Ibu dan Ayah di surga nanti?" Pertanyaan Aisyah dijawab anggukan semangat mereka semua.
"Alhamdulillah, adik-adik kak Aisyah semangat semua. Kalau begitu pelajaran mengaji sore ini sampai di sini dulu, ya. Besok kita lanjut lagi. Jangan lupa baca hafalan surat pendek kalian," sambung gadis itu mengingatkan dengan nada lembut.
"Iya, Kak!" jawab mereka semua serentak. Lalu satu persatu menyalami Aisyah dan Ustaz Arsyad sebelum keluar.
Aisyah tersenyum menatap kepergian semua bocah itu. Ada rasa bahagia yang membuncah dalam hatinya setiap kali ia selesai mengajar mengaji anak-anak itu. Ya, gadis itu diminta oleh Ustaz Arsyad mengajar mengaji beberapa anak dikompleks perumahannya setiap sabtu dan minggu sore. Awalnya Aisyah tak yakin karena ia merasa ilmunya belum cukup. Tapi Ustaz Arsyad terus meyakinkan Aisyah, jika ilmu bermanfaat adalah salah satu amal jariah yang pahalanya akan terus mengalir meski orang itu telah tiada. Mengingat perkataan Ustaz Arsyad Aisyah semakin semangat mengajar mereka.
Beberapa saat setelah kepergian anak-anak itu, Ustaz Arsyad yang telah selesai berzikir memutar duduknya menghadap gadis itu. Lalu menyunggingkan senyum. Aisyah pun menyalami Ustaznya.
Aisyah melirik sekilas pada Jovan yang tengah tertidur di pojok musala. Satu lengan cowok itu ia letakkan untuk menutup mata agar tak merasa silau. Lalu perhatiannya kembali pada Ustaz Arsyad yang tiba-tiba membuka suara. Laki-laki tua itu mengikuti arah pandang Aisyah.
“Ck! Bocah itu, di musala bukanya zikir atau tadarus malah tidur,” gumam Arsyad menggelengkan kepala melihat tingkah cucunya. Aisyah hanya tersenyum mendengar gumaman itu. Sebelum Ustaz Arsyad kembali membuka percakapan.
"Ustaz bilang juga apa, kamu itu berbakat. Suara muratal dan harakat kamu bagus," ucap Ustaz Arsyad memuji. Aisyah tersenyum simpul mendengar pujian itu.
"Terima kasih, Ustaz, telah memberi saya kesempatan." Ustaz Arsyad menjawab perkataan Aisyah dengan anggukan kecil.
Beberapa saat kemudian, gadis itu memutuskan pamit pada Ustaz Arsyad karena hari sudah cukup sore. Aisyah harus membatu Neneknya berjualan sekaligus memasak untuk berbuka puasa.
"Kalau begitu saya pamit pulang, Ustaz." Lagi, Ustaz Arsyad hanya menjawab ucapan Aisyah dengan anggukan kecil. Lalu Aisyah melangkah ke luar dari musala sebelum melirik sekilas pada Jovan yang masih belum bangun.
"Gadis baik yang malang. Semoga Allah selalu menguatkanmu," gumam Arsyad menatap punggung Aisyah yang menjauh.
Aisyah berjalan dengan langkah riang. Sesekali bibir gadis itu akan menyenandungkan salawat, dan tersenyum pada semua orang yang ia temui. Hampir semua orang di kompleks itu tahu kondisi Aisyah. Ada beberapa yang ikut berempati, sementara sebagian yang lain terkadang ada yang waswas terhadapnya, karena curiga gadis itu akan mengikuti jejak kedua orang tuanya.
Aisyah tak pernah memedulikan pendapat semua orang terhadap dirinya. Bagi gadis itu yang terpenting adalah dirinya di hadapan Sang Pencipta. Tak peduli seburuk apa pendapat mereka, Aisyah akan tetap jadi Aisyah. Karena pada kenyataannya tak ada yang tahu cerita sebenarnya tentang gadis itu. Ketika langkahnya telah sampai di depan rumah, ia menghampiri sang nenek yang tengah melayani beberapa pembeli.
"Waah, ada yang bisa Aisyah bantu, Nek? " tanya gadis itu dengan nada riang.
Sementara beberapa meter dari tempat Aisyah, Jovan berdiri dengan senyum kecil menatap gadis yang terlihat tersenyum lebar pada semua pembeli.
Ya, cowok itu mengikuti Aisyah beberapa meter di belakang gadis itu. Sesaat setelah Aisyah keluar dari musala Jovan langsung bangun. Dan tanpa mengatakan apa-apa pada Arsyad ia melesat pergi. Membuat kakeknya yang tengah melanjutkan zikir menggeleng melihat tingkahnya.
Jovan Mengikuti langkah Aisyah dalam diam. Ia bahkan ikut tersenyum setiap kali gadis itu menyapa semua orang dengan riang. Lantunan salawat yang Aisyah dendangkan sepanjang jalan membuat Jovan tak berhenti mengikuti langkah gadis itu. Cowok itu tak benar-benar tidur saat di musala tadi. Ia bahkan mendengarkan lantunan suara merdu Aisyah yang tengah membaca ayat suci. Lantunan itu berhasil mengusik ketenangan batinnya, menghadirkan sensasi aneh yang terasa menyenangkan sekaligus membuatnya sesak. Sesak setiap kali melihat gadis itu menitikkan air mata.
*****
Assalamualaikuuuum, entah mengapa aku suka adegan di part ini. Mereka so sweet nggak sih. Aaah lope lope Jovan. Jangan lupa tinggalkan jejak ya biar aku semangat lanjutt.
Salam sayang dari CyNunx :* :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top