5. Kesabaran

No edit2 klub. Bener2 repost ulang.

Hari ini Aisyah sampai ke sekolah masih terlalu pagi. Ketika masuk baru ada beberapa anak yang terlihat di kelas. Gadis itu memilih duduk di bangkunya yang terdapat dipojok paling belakang. Semenjak ia dicap sebagai teroris tak ada yang bersedia duduk dengannya. Karena Husna memilih duduk dengan Marsya.

Beberapa menit setelah gadis itu masuk,  Husna dan Marsya masuk pula ke kelas. Dua gadis itu duduk tepat dua meja di depan Aisyah.

Husna dan Marsya sempat melirik ke arah Aisyah yang dibalas senyum kecil gadis itu. Sebelum akhirnya memilih mengabaikan keberadaan Aisyah. Aisyah kembali melanjutkan kegiatannya belajar dan sesekali mencuri dengar obrolan Husna dan Marsya. Tak menampik ia sangat rindu dengan dua sahabatnya itu. Sudah lama rasanya ia tak bertegur sapa dan mengobrol dengan mereka.

"Lo udah mengerjakan PR Bu Fatimah belum hari ini?" tanya Marsya pada Husna.

“Udah dong, gue kan rajin," jawab Husna.

"Syukurlah, gue bisa salin punya lo? Gue lupa nggak mengerjakan."

"Lupa terus lo, bilang aja malas," jawab Husna. Marsya hanya meringis mendengar ucapan Husna yang benar adanya. Husna mencoba mengambil buku pelajaran Kimia dari dalam tas. Beberapa saat mencari, gadis itu mulai panik.  Marsya yang melihat hal itu mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?" tanya Marsya pada Husna yang sekarang makin panik.

"Gawat! Buku kimia gue ketinggalan. Bagaimana dong ini?" ucap Husna dengan wajah takut.

"Aduh ...  kok lo bisa lupa, sih? Kita bisa kena hukuman Bu Fatimah kalau sampai nggak mengerjakan PR." Marsya ikut panik kali ini. Seumur-umur ini pertama kalinya mereka tak mengerjakan PR. Biasanya ada Aisyah yang mengingatkan mereka soal hal tersebut. Dua gadis itu mulai menyadari kehadiran Aisyah memang berarti. Hanya saja mereka terlalu takut mendekati Aisyah.

Di tengah kepanikan, sebuah buku terulur ke arah mereka.
"Salin aja punya gue," ucap Aisyah dengan senyum tulus.

Sementara dua gadis di depannya hanya berpandangan karena ragu. Mengerti kebimbangan Marsya dan Husna, Aisyah meyakinkan mereka dengan mengangguk meyakinkan.

“Ayo ambil! keburu Tania datang dan melihat kalian bicara sama gue,” sambung Aisyah khawatir.

Mempertimbangkan ucapan Aisyah, secepatnya Husna menerima buku yang diulurkan Aisyah, dan mulai menyalinnya. Beberapa saat setelah itu, Tania dan dua sahabatnya masuk ke kelas menimbulkan kegaduhan.

"Tan, lo lihat nggak, sih, tadi Kak Arya memerhatikan gue," ucap Dita dengan heboh. Suaranya yang cempreng membuat semua anak menutup kuping. Tapi, seperti biasa mereka hanya acuh.

"PD banget lo! Orang dia lihat gue juga," timpal Cika dengan nada tak terima. Akhirnya dua gadis itu benar-benar membuat semua orang terganggu karena perdebatan itu.

"Stop! Kalian berdua apa-apaan, sih!" seru Tania membuat Dita dan Cika terdiam. Dua gadis itu saling melempar ejekan dan saling menggerutu.

"Percuma saja kalian rebutan. Karena kemarin ada yang mengadu sama gue. Ada cewek yang coba tebar pesona sama Kak Arya. Bahkan sama gebetan gue juga Kak Jovan.” Mendengar perkataan Tania, dua gadis itu beraksi berlebihan.

"Apa?!" Seru Cika dan Dita bersamaan.

"Dan kalian mau tahu siapa yang coba tebar pesona itu?" Mendengar pertanyaan Tania, Cika dan Dita mengangguk semangat.

"Si Te-" Kata-kata Tania terhenti ketika Bu Fatimah masuk. Semua murid bergegas menuju bangku masing-masing. Bu Fatimah termasuk salah satu guru killer di SMA Taruna.

"Selamat pagi anak-anak!" seru Bu Fatimah ketika telah duduk di bangkunya.

"Pagi, Bu!" jawab semua muridnya kompak. Semua murid duduk ditempatnya dengan wajah tegang. Seperti biasa, ketika Bu Fatimah yang mengajar, maka semua penghuni kelas tak ada yang berani bersuara. Atau mereka akan berakhir dengan disuruh maju ke depan untuk mengerjakan soal jika berani berisik.

"Kemarin saya memberi kalian PR. Boleh dikumpulkan sekarang!" lanjut Bu Fatimah memerintah.

Otomatis semua anak bergegas mengumpulkan buku. Termasuk Husna yang mengumpulkan bukunya sekalian buku Aisyah dan Marsya.

"Selagi saya mengoreksi pekerjaan kalian, kalian buka halaman dua puluh lima dari buku paket. Baca dan pelajari dulu materinya sebelum saya menjelaskan!" sambung Bu Fatimah yang di jawab iya serentak oleh muridnya

****

Jam istirahat pertama Aisyah memilih berdiam diri di dalam kelas. Setelah Bu Fatimah keluar, terlihat Arya memasuki kelas Aisyah. Cika dan Dita heboh mengira cowok itu hendak menemui mereka. Tapi betapa kagetnya semua yang ada di kelas ketika Arya justru menghampiri Aisyah di bangkunya.

"Aisyah." Aisyah yang tengah serius dengan buku-bukunya terlonjak kaget karena teguran Arya.

"Ah, ada apa, Kak?"

"Aku cuman mau memberikan ini." Arya memberikan uang yang dibawanya pada Aisyah. Gadis yang diajak bicara terlihat tak paham.

"Uang katring buat buka bersama. Tapi, belum terkumpul semua. Sambil menunggu yang lain aku percayakan ini ke kamu."

"Tapi, Kak, saya-" Belum Aisyah selesai bicara Arya sudah lebih dulu memotong.

"Jangan menolak pokoknya.  Aku sengaja percayakan hal ini ke kamu. Jadi aku harap kamu nggak mengecewakan kami. Sebelumnya terima kasih ya. Jangan lupa besok bicara aja ke Jovan kalau kamu butuh bantuan buat belanja,” terang Arya dengan senyum tulus. Aisyah hanya mengangguk kecil karena tak bisa menolak lagi. Sebenarnya ia senang karena Arya masih percaya pada gadis itu setelah satu sekolah menjulukinya teroris. Hanya saja dia takut jika harus berurusan dengan uang orang banyak seperti ini.

"Kalau begitu aku pergi dulu. Terima kasih sebelumnya," ucap Arya melangkah pergi.

Aisyah menatap punggung Arya yang menjauh. Arya adalah satu di antara orang yang tak mendiskriminasi dirinya setelah yang terjadi. Cowok itu dulu sering sekali membantunya ketika mereka sama-sama ikut dalam eskul rohani. Sebelum Aisyah memutuskan keluar karena tak tahan sering di-bully. Setelah kepergian Arya suara lantang Tania terdengar.

"Ternyata selain teroris, lo juga bakat ya jadi cewek ganjen," Ucap Tania menghampiri tempat duduk Aisyah.

"Maksud lo apa, Tan? Gue nggak ngerti.” Jawaban Aisyah membuat Tania dan dua sahabatnya mendengkus.

"Nggak usah jadi cewek munafik kenapa, sih! Muak gue lihat tingkah lo yang sok suci begitu." Mendengar perkataan Tania, Aisyah semakin dibuat kebingungan. Gadis itu tak paham dengan arah pembicaraan Tania.

"Lo pikir lo secantik apa? Sampai berani tebar pesona ke Kak Arya dan Kak Jovan? Lo mikir dong, lo itu siapa? Dasar teroris!" sambung Tania sambil menoyor kepala Aisyah sebelum berlalu dari hadapan gadis itu. Sementara seisi kelas hanya memperhatikan kejadian itu seperti biasa.

Aisyah hanya bisa beristigfar karena perlakuan tiga gadis itu. Gadis itu menahan kepedihannya dan memilih bersabar. Ia tak paham apa yang membuat mereka begitu membenci dirinya. Aisyah pun tak tahu apa salahnya, Meski dari dulu Tania memang tak menyukainya. Tapi perlakuan gadis itu dulu tak separah ini. Semenjak Tania tahu orang tua Aisyah terlibat jaringan teroris lah, gadis itu semakin terang-terangan mem-bully dirinya. Bahkan mem-provokasi semua teman sekelas untuk menjauhi Aisyah. Hingga berita itu menyebar ke seluruh sekolah.

Aisyah memilih kembali fokus pada kegiatannya. Ketika tiba-tiba Husna datang.

“Sa,” teguran itu membuyarkan konsentrasi Aisyah. Gadis itu kaget mendapati Husna berdiri di depannya. Husna tak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya mengulurkan buku Aisyah dan langsung kembali ke bangkunya.

Tapi ada sepucuk surat yang Aisyah temukan di dalam buku. Dibacanya seksama tulisan tangan yang ia kenali sebagai milik Husna.

Terimakasih karena sudah menolong kita. Maaf karena gue terlalu pengecut untuk menolong lo. Atau paling tidak untuk menghibur lo. Gue tahu gue bukan sahabat yang baik Sa. Tapi gue selalu mendokan yang terbaik buat lo. Semoga lo mau maafin gue. Lo sahabat terbaik yang pernah gue punya. Maafin gue sekali lagi karena nggak bisa ada saat lo butuh.

Aisyah tersenyum setelah membaca surat pendek dari Husna. Gadis itu menyeka sudut matanya yang berair karena terharu. Setidaknya Husna masih menganggapnya sahabat meski mereka tak bertegur sapa. Aisyah lantas tersenyum lega menatap punggung Husna.

*****

Hari ini partnya pendek aja, lanjut besok wakaka. Besok akan ada Adegan bully lagi. Karena temanya bully jadi Aisyah bakal kena bullying terus. Kalian yang sabar ya bacanya. Aku emang suka nyiksa tokohku Hahaha jahat emang. Disiksa tapi nanti ada adegan sweetnya kok biar manis eaaak.

Jangan lupa tinggalkan jejak biar aku semangat lanjut.

Salam sayang dariku :* :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top