17. Masalalu Itu Kembali.
Libur panjang hari raya berakhir hari besok. Jovan terlihat tengah Asyik melamun di kamarnya dengan gitar dalam pangkuan. Ia memainkan gitar yang dipegangnya secara asal. Sudah hampir dua minggu lebih cowok itu merasa benar-benar bosan hanya mengurung diri di dalam rumah. Padahal biasanya hari libur adalah hari paling ditunggu cowok itu. Tapi, berbeda dengan libur lebaran kali ini. Jovan justru merasa tak sabar lagi untuk berangkat ke sekolah dan bertemu gadis itu. Ya, Liburan kali ini adalah liburan terberat sepanjang hidupnya. Bagaimana tidak? Jika isi pikirannya hanya dipenuhi pertanyaan tentang Aisyah dan isi kepala gadis itu setiap hari.
Mungkin jika sebelum pergi Aisyah memberitahunya, ia tak gundah seperti ini. Masalahnya kejadian malam itulah yang membuat Jovan tak berhenti menerka-nerka bagaimana perasaan Aisyah. Cowok itu lantas mengembuskan napas berat ketika ingatannya kembali pada malam kejutan ulang tahun Kayla.
Jovan beserta semua orang yang terlibat pada acara kejutan itu tengah bersiap-siap. Empat remaja tersebut bersama Arsyad dan Hana bersembunyi. Semua lampu tak lupa dipadamkan terlebih dulu. Samar-samar terdengar suara mobil berhenti di luar rumah.
"Bunda sama Papa datang, ayo siap-siap," ucap Shanum dengan suara pelan.
Jovan mengangguk dikuti yang lain.
"Bantu aku nyaliin lilin, Ai," ucap Jovan pada Aisyah yang berdiri di belakangnya. Gadis itu lantas mengambil korek api dan menyalakan lilin ulang tahun di tangan Jovan.
Suara langkah kaki semakin mendekat disusul ucapan salam Kayla dan Adit.
"Loh kok lampu semua padam? Apa nggak ada orang?" tanya Kayla samar-samar. Shanum mulai berhitung di tempatnya. Lalu nyanyian selamat ulang tahun itu terdengar bersahutan. Membuat Kayla telonjak kaget sekaligus bahagia.
"Selamat ulang tahun Bunda!" seru Shanum dan Jovan bersamaan setelah nyanyian selesai.
"Selamat ulang tahun, Tante!" sambung Alan dan Ciko tak kalah heboh.
Senyum Kayla semakin lebar. Hingga wanita itu tak sanggup menahan rasa harunya dan menangis bahagia.
"Selamat ulang tahun menantu Umi. Barakallah fi umrik, Nak," ucap Hana tulus.
Kayla tersenyum lalu menyalami dan memeluk mertuanya.
"Makasih, Umi, Abi, karena sudah repot-repot bantuin Jovan sama Shanum. Makasih juga buat kalian Ciko, Alan," ucap Kayla tulus.
Hana dan Arsyad hanya mengangguk mendengar ucapan terima kasih Kayla begitupun Ciko dan Alan. Wanita itu belum menyadari jika di belakang punggung Ciko ada Aisyah yang memilih bersembunyi karena terlalu takut. Kayla lalu mengalihkan perhatian pada dua anaknya.
"Kalian manis sekali. Bunda pikir kalian semua lupa hari ini," ucap Kayla haru. Kayla menatap wajah anak dan suaminya bergantian seolah mengucapkan banyak terima kasih untuk kejutan sederhana itu.
"Mana mungkin kami lupa ulang tahun kamu, Sayang."
"Jadi kalian sekongkol ngerjain Bunda?" tanya Kayla dengan raut pura-pura marah pada dua anaknya. Jovan dan Shanum hanya meringis.
"Sorry, Nda. Ini ide Papa," ucap Jovan yang dihadiahi delikan Adit.
Otomatis Kayla mengalihkan tatapannya pada Adit dengan raut kesal yang dibuat-buat.
"Kamu ya, udah tua masih aja jahil banget," ucap Kayla mencubit pinggang Adit berkali-kali hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan.
"Maaf, Sayang, maaf," mohon Adit.
Semua orang tertawa melihat kejadian itu. Kecuali Aisyah yang hanya menyunggingkan senyum samar. Dalam hatinya ia merasa iri, sebab keluarganya dulu tak sehangat keluarga Jovan. Dalam hatinya diam-diam ia begitu merindukan orang tuanya. Meski begitu ia bahagia bisa melihat senyum Jovan. Ia bahagia diberi kesempatan mengenal keluarga cowok itu dan melihat dari dekat betapa indahnya sebuah keluarga sakinah seperti ini. Ia pun ingin kelak hidupnya bisa seberuntung Kayla. Memiliki suami yang begitu mencintainya, terlihat dari cara Adit memperlakukan Kayla.
Lamunan Aisyah terhenti begitu bahunya ditepuk seseorang. Gadis itu bahkan tak sadar Kayla telah ditutup matanya dan dibawa ke taman belakang rumah.
"Sa, ayo," ajak Alan yang menyadari Aisyah sedang melamun. Gadis itu lantas menyusul yang lain ke taman belakang.
"Surprice!" seru mereka bersamaan ketika mata Kayla yang ditutup dua tangan Adit dibuka.
Wanita itu tersenyum makin lebar, sekaligus terpesona dengan pemandangan dihadapannya. Seluruh taman telah dihias dengan lampu warna-warni juga beberapa balon. Sementara lilin-lilin berada di atas kolam renang. Begitu indah dan romantis.
"Ini kalian yang bikin?" tanya Kayla pada Jovan dan Shanum.
"Lebih tepatnya kami semua," ucap Jovan.
Kayla tersenyum dan menatap semua yang ada di sana satu persatu. Lalu tatapannya berhenti pada Aisyah yang kini tersenyum sopan ke arah wanita itu. Kayla terdiam dan berpikir, sebab baru kali ini wanita itu melihat anak-anaknya membawa seorang teman selain Alan dan Ciko. Tanpa di duga tiba-tiba Kayla melangkah menghampiri Aisyah. Gadis yang ditatap sedemikian rupa oleh ibu dari cowok yang ia suka tentu begitu gugup. Terlebih tatapan Kayla begitu terasa mengitimidasi persis seperti Jovan. Tapi, rasa takut Aisyah hilang ketika Kayla menyunggingkan senyum yang begitu tulus ke arahnya.
"Kamu pasti ...." Kayla menggantung kalimatnya. Wanita itu terdiam dan berpikir.
"Aisyarah, Tante ... nama saya Aisyarah," ucap Aisyah memperkenalkan diri.
Lagi-lagi Kayla tersenyum dengan jawaban sepontan Aisyah. Kayla tentu tahu gadis di depannya tengah diserang rasa gugup.
"Ah, jadi kamu Aisyarah, atau Aisyah?" tanya Kayla masih dengan senyum tersungging di bibir.
"Ya, Tante. Panggil saya Aisyah aja."
Kayla mengangguk, lalu tanpa Aisyah duga wanita itu mengelus kepalanya lembut.
"Tante senang akhirnya bisa lihat gadis yang bikin anak Tante uring-uringan," goda Kayla pada Jovan. Wanita itu bahkan mengedipkan satu mata ke arah putranya.
"Bunda!" seru Jovan kesal.
Semua orang yang ada di sana tertawa karena tingkah Jovan yang berubah salah tingkah. Sementara Aisyah memilih menundukkan wajahnya karena malu.
"Ah, Bunda sampai lupa punya kejutan juga buat kalian anak-anak," ucap Kayla mengalihkan perhatiannya pada Jovan, Shanum, dan Ciko.
Sementara Alan terlihat biasa saja karena cowok itu mungkin bisa menebak kejutan apa yang akan diberikan Kayla. Jovan, Shanum dan Ciko saling menatap lalu sama-sama mengedikkan bahu tak tahu.
"Sayang ayo keluar! Time to say hallo to you'r lil bro and sis," seru Kayla lagi.
Semua orang mengalihkan perhatian pada gadis dengan tubuh semampai dan berrambut panjang yang kini berjalan ke arah mereka. Wajah indonya yang natural tanpa polesan seolah membuat siapa pun terhipnotis.
"Jes!" seru Ciko dan Shanum girang. Mereka berdua langsung memeluk Jesica. Disusul Alan yang berjalan ke arah Jesica dan memeluknya pula.
"Long time no see," balas Jesi tak kalah girang.
Namun tak begitu dengan ekspresi yang ditunjukkan Jovan. Cowok itu justru terdiam di tempatnya tanpa sepatah kata pun. Bahkan untuk sekedar memandang gadis itu saja rasanya begitu sulit. Jovan tetap memilih berdiri memunggungi Jesica. Sementara Aisyah berdiri di depannya.
Hingga ekspresi Jovan tak luput dari pengamatan Aisyah termasuk para orang dewasa di sana. Kayla, Adit, Arsyad dan Umi yang mengerti keadaan canggung itu memilih pergi dan membiarkan para remaja itu menyelesaikan urusan mereka.
"Hai, Kak." Jovan masih tak merespon panggilan Jesica.
"aku merindukanmu," sambung Jesica dan memeluk punggung Jovan tiba-tiba.
Jovan masih tak bergeming. Seperti biasa ia hanya mampu diam. Tak menolak atau pun menerima rengkuhan Jesica. Pemandangan itu membuat semua orang terdiam. Begitu pun Aisyah. Gadis itu menatap Jovan dengan tatapan sedih. Ada bagian hatinya yang terasa perih melihat pemandangan itu. Meski ia sadar jika dirinya tak berhak untuk itu. Jovan memalingkan wajahnya ketika ia menangkap bulir bening turun di pipi Aisyah. Ini lah yang paling Jovan khawatirkan selama ini. Ia sadar, jika dirinya tak akan mampu memberikan apa yang dua gadis itu inginkan jauh di dasar hati mereka. Yaitu sebuah hubungan bernama Pacaran.
"Ck! Menyebalkan sekali. Lama-lama bisa gila jika seperti ini terus gue," gerutu Jovan kesal setelah lamunannya terhenti.
"Kak!" Suara Shanum terdengar dari luar kamar. Tak berapa lama gadis itu menyembulkan kepalanya di balik pintu lalu melangkah masuk menghampiri Jovan.
"Kakak nggak ada niatan ke luar gitu? Nggak bosen apa liburan di rumah terus," ucap Shanum menjatuhkan tubuhnya di samping Jovan.
"Kan baru minggu kemarin kita pulang dari rumah Eang. Di desa." jawaban tak acuh Jovan membuat Shanum berdecap kesal.
"Itu bukan liburan. Aku tahu Kakak sengaja 'kan, menghindar dari Jesi?" tebakan Shanum tepat sasaran. Terbukti dengan ekspresi Jovan yang berubah.
"Ck! Sampai kapan Kakak menghindar terus. Biar bagai mana pun Kakak nggak bisa kayak gini. Beri kepastian sama Jesi dan Aisyah tentang perasaan Kakak. Kalau pun pada akhirnya Kakak nggak bisa milih di antara mereka setidaknya jangan buat mereka berharap, Kak," sambung Shanum Karena Jovan tak kunjung bersuara. Jovan hanya menatap adiknya sekilas sebelum ia kembali Asyik dengan gitarnya.
"Lagi pula Kakak udah nggak ada kesempatan menghindar lagi."
Mendengar perkataan itu Jovan kembali menatap Shanum dengan raut penuh tanya.
"For you information, Jesi bakalan pindah satu sekolah sama kita."
Pernyataan itu seolah membuat Jovan makin di ambang kebimbangan. Cowok itu bahkan menarik napas dalam sebelum mengembuskannya.
*****
Assalamualaikum pembaca. Selamat pagi Maaf ya baru muncul. Bagaimana part ini? Apa bikin greget dan kepo? jangan lupa di komen dan tinggalkan jejak ya biar aku semangat lanjut. Lop u all.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top