Chapter 9: Olahraga

Chapter 9:

Keesokan harinya, berita penyerangan di mall dibicarakan di kelas, Kates masuk ke kelas sambil mengatur napasnya, terlihat di dalam kelas teman-temannya sekelas sedang membicarakan kejadian semalam.

"Serem banget loh, gue dapet video pembantaiannya," ucap salah seorang anak.

Kates tidak menghiraukan antusiasisme teman sekelasnya yang melihat video viral itu. Kates membaringkan kepalanya di meja.

Beberapa menit berlalu, Martha masuk ke dalam kelas, lalu membuka kelas. Beberapa anak yang masih mengobrol langsung memperhatikan Martha dengan serius.

Kates hanya setengah konsentrasi ketika pelajaran berlangsung, saat waktu istirahat ia menghampiri Martha di ruang guru. Kates membuka pintu lalu mengucap salam.

"Bu Martha, maaf saya ingin bicara sesuatu." Mereka kemudian bicara empat mata.

"Iya Kates, ada apa?"

"Ibu tahu kan tentang penyerangan di mall semalam?"

"Iya, polisi sedang menyelidiki tentang CCTV yang ada di dekat kafe."

"Saya melihat ada Pak Alfa di sana, dia menyuruh seseorang untuk membunuh salah satu pengunjung, kemudian ia membuat kerusuhan," cerita Kates.

Kates melihat wajah gurunya, Martha menghela napasnya. Wajahnya memasang wajah kekhawatiran.

"Pak Alfa juga dalang dari pembantaian di salah satu pemuja malaikat kan Bu?"

"Iya...." Martha mengangguk.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Kita tunggu polisi, saya dan Bu Grasa memang ingin agar kami berdua bertemu dengan Pak Alfa di suatu tempat. Kami tidak tahu apa maunya dia. Bagaimana keadaan Susanti?"

"Susanti sebenarnya ingin masuk hari ini, tapi dia baru kasih pesan ke saya dia belum bisa hadir karena masih menenangkan diri, polisi juga sedang mengurus kasusnya Bu."

"Kita harus pintar-pintar melawan Alfa. Dia sangat berbahaya, dia juga licik,"

"Bu maaf, saya mau menanyakan, apa yang terjadi dengan Sania Bu?"

"Kamu tau tentang Sania?" tanya Martha sambil berbisik

"Iya Bu, saya sudah melihat semuanya di penglihatan saya,"

"Kamu ga ngerti kenapa Pak Alfa sampai begitu?"

"Iya Bu."

"Pak Alfa sudah dikuasai oleh Mysterious God, dia adalah makhluk yang sangat jahat, dia sudah memakan korban, istri Pak Alfa juga yang termasuk menjadi korbannya. Sania adalah sasaran pelampiasan nafsu Pak Alfa, tapi dia selalu menolak kemauan Alfa."

"Pak Alfa menjadikan istrinya menjadi tumbal?"

"Tidak, tetapi karena ia tidak mau menyembah Mysterious God."

"Ya Tuhan."

"Ada satu guru lagi yang kamu harus waspadai, Pak Zomen."

"Baik Bu, terima kasih. Saya pamit dulu,"

"Sama-sama Kates."

Kates keluar dari ruang guru lalu ketika jam istirahat selesai ia mengajak Jansi dan Sania pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaian karena mata pelajaran selanjutnya adalah olahraga

Saat mereka bertiga berjalan ke kamar mandi perempuan, mereka berpapasan dengan Stefan serta gengnya. Stefan bersiul kepada Sania lalu mengedipkan mata kepadanya.

Mereka tidak menghiraukan godaan Stefan dan teman-temannya, mereka langsung mengganti baju, lalu setelah itu ke lapangan.

Di lapangan, sudah ada Zomen yang menunggu, ada peluit di tangannya. Semua para murid sudah bersiap-siap. Ketika mereka sedang berjalan menuju ke lapangan, mereka berpapasan lagi dwngan Stefan, ia mengedipkan mata kepada Sania sambil menunjukkan ibunya jarinya di antara telunjuk dan jari tengah.

"Eh kurang ajar lo!" teriak Jansi.

"Ayo semuanya! Segera berbaris!" perintah Zomen kepada mereka.

Kates serta teman-temannya segera mendengarkan perintah Zomen, mereka berbaris. Zomen memerintahkan mereka untuk mengikuti gerakannya.

Di tengah-tengah latihan, Kates mendengar teriakkan Zomen yang sangat keras kepada Sania.

"Eh! Kamu geraknya yang benar Sania!"

Teriakkan itu mengagetkan Kates dan semua yang ada di sana. Sania berhenti bergerak. "Bukan begitu! Begini!" Zomen menunjukkan gayanya. Terlihat raut Zomen kesal, ia berjalan lalu memegang tangan Sania.

"Kamu bisa ga sih merentangkan tangan?!"

"Maaf Pak," sesal Sania.

"Yang benar."

Zomen kembali ke tempat posisinya semula lalu lanjut memimpin senam. Kates yang di sebelah Sania menoleh ke samping kanannya, ia melihat air mata Sania keluar.

Setelah senam pemanasan, mereka semua diajarkan untuk bermain bola yang benar oleh Zomen. Mereka dibagi per kelompok.

Sania sekelompok dengan Tina, ketika mereka sedang belajar per kelompok Sania terus saja dimarahi oleh Tina.

"Lo yang bener dong nendangnya, becus ga sih lo?"

"Iya maaf, ini udah gue nendangnya,"

"Gini goblok!"

Kates yang mendengar ucapan Tina menjadi kesal, ia ingin memukul perempuan itu, tetapi Jansi mencegahnya.

"Sabar Kates," ucap Jansi sambil menahannya.

"Tapi dia dibully gitu," bisik Kates.

"Kita harus pake strategi buat lawan dia."

"Oke...." Kates menghembuskan napasnya.

Setelah pelajaran olahraga selesai Sania langsung meninggalkan lapangan, Kates menghampirinya lalu memeluknya.

"Udah, lo jangan nangis, lo tenang," Kates mengusap-usap punggung Sania, Jansi berada di sebelah Kates. Ia ingin mencoba menenangkan teman sekelasnya itu.

Mereka bertiga ganti baju bersama, ketika di kamar mandi, Tina tiba-tiba masuk lalu menghardik Sania.

"Cengeng banget lo."

"Apa kata lo tadi?" balas Jansi.

"Gue bicara sama dia."

"Lo gak berhak bully dia!" Mata Jansi melotot.

"Lo ngapain belain dia?

"Dia teman gue! Lo gak bisa semena-mena begitu!"

"Ahh! Males gue sama lo Jan!" Tina pergi meninggalkan mereka bertiga.

Mereka bertiga pergi dari kamar mandi setelah selesai mengganti pakaian mereka masing-masing.

***

Rombongan geng Stefan datang, mereka duduk sambil nongkrong, beberapa kali Stefan melirik wajah Sania lalu mengedipkan mata. Jansi melihat itu langsung menghampiri Stefan lalu menamparnya.

"Lo jangan kurang ajar!"

"Bukan urusan lo, mending urusin tato lo tuh,"

"Lo jangan kurang ajar sama Sania!"

"Lo kok sewot gitu?'

"Dia sahabat gue, mau apa lo?"

"Lo gak berhak!"

"Bokapnya nawarin dia ke gue!"

"Lo sama bejatnya sama bokapnya!"

"Gila lo ya Jan! Lo ngurusin hidup orang. Gimana tato lo!"

"Di sini bebas ya, boleh penampilan apa aja!"

Sebuah hantaman besar mengenai hidung Stefan. Hidungnya mengeluarkan darah. Ia memegangi hidungnya yang kesakitan.

"Parah lo! Gue bilangin Bu Martha,"

"Bilangin aja! Bangsat lo!" Jansi meninggalkannya, ia mendengus.

***

Kates masuk ke dalam rumahnya saat ia sudah sampai halaman rumahnya, tiba-tiba ada suara ayahnya.

"Kates tolong...."

Kates langsung melakukan meraga sukma, ia melihat ayahnya sedang di perjalanan pulang tiba-tiba dihadang genderuwo-genderuwo yang sangat besar.

Tiba-tiba dari arah tak terduga, sebuah sinar dan keris melayang menusuk-nusuk leher para genderuwo itu. Darah keluar dari leher para genderuwo itu, tubuh-tubuh mereka juga terpental.

Mata Kates membuka, badannya tidak kuat dan tumbang, sementara ayahnya melanjutkan perjalanannya. Sesampainya di rumah, Reza langsung ke kamar putrinya untuk memberikannya minum.

Beberapa menit kemudian, Kates dan ayahnya duduk bersama, mereka membicarakan bagaimana cara menghadapi para Genderuwo yang menjadikan mereka sasaran.

"kita harus apa?" tanya Kates pada ayahnya.

"Kita harus menggunakan keris ini untuk menghancurkan raja mereka semua, kita tidak boleh takut dengan mereka. Mereka akan menindas mereka," ucap ayahnya.

"Iya.... Oh ya Pa, di sekolah aku, kepala sekolahnya memuja setan. Dia bersekutu dengan sesosok.... Namanya Mysterious God."

"Iblis itu memang populer, dia pernah menjadi sasaran beberapa anak indigo, dia pernah ditangkap oleh seorang pertapa di sebuah gunung di tanah Jawa tetapi dia lepas oleh seseorang,"

"Siapa yang melepasnya?"

"Zomen."

"Itu guru olahraga aku Pa! Papa tau dari mana dia?"

"Dia dukun santet jadi guru olahraga, dia sedang menyamar. Anak-anak indigo tahu dia siapa, tetapi banyaknya mereka diam. Kamu harus lawan dia,"

Kates mengangguk, menurutnya sekolah itu harus dibersihkan dari para pemuja setan. Kates mengepalkan tangannya, ia harus menghampiri Alfa malam ini di mimpi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top