Chapter 4: Susanti
CHAPTER INI MENGANDUNG UNSUR SENSITIF!!!
Dua hari kemudian
Pukul 10:00 WIB
Alfa tersenyum di ruang kepala sekolahnya, ia memikirkan Susanti lalu keluar dari ruangannya, tiba-tiba ia melihat Susanti sedang berjalan ke kamar mandi, lalu ia diam-diam melihatnya dari jauh. Alfa segera menyelinap ke kamar mandi. Susanti melihat wajah Alfa, mukanya khawatir. Ia melihat wajah Alfa yang tersenyum menyeringai kepadanya.
"Pak, sedang apa? Kenapa Bapak di sini?" tanya Susanti penasaran, perempuan berkaos hitam itu menatap kepala sekolahnya.
"Susanti, Bapak suka sama kamu. Bapak cinta sama kamu." Alfa langsung memeluk Susanti, remaja itu langsung mendorong Alfa dengan keras, pria berambut putih itu melotot.
"Kenapa kamu mendorong saya Susanti?"
"Bapak, maksudnya apa Bapak melakukan itu kepada saya? Bapak—"
"Saya suka sama kamu! Ayo ke kamar mandi dan berikan saya kepuasan!" tangannya mencengkeram pergelangan Susanti, tetapi muridnya itu langsung mendorongnya, tubuh Alfa mengenai wastafel.
"Tidak! Saya tidak mau!" tolak Susanti.
"Saya cinta sama kamu!"
"Saya mencintai Albert Pak, Bapak jangan kurang ajar sama saya!"
"Murid berengsek!" Alfa menampat Susanti, pipi Susanti terasa panas. Alfa lalu mendorong Susanti dan menciumi bibirnya. Susanti memukul kepala Alfa dengan keras lalu kabur dari kamar mandi, air mata berlinang di pipinya, ia menangis. Tiba-tiba ada tangan yang memegang pundaknya.
"Susanti, lo kenapa?"
Susanti langsung memeluk Kates sambil menangis. "Pak Alfa.... Alfa nyoba merkosa gue."
"Pak Alfa?!"
"Iya...."
Kates lalu mengajak Susanti ke ruang guru, di ruang guru terlihat beberapa guru yang sedang mengetik di komputernya masing-masing, Kates mengantarkan Susanti kepada wali kelas mereka, Martha.
"Bu, Susanti Bu."
"Susanti, kenapa kamu?" Susanti memeluk Martha sambil menangis.
"Pak Alfa.... Pak Alfa mencoba memperkosa saya."
Getaran-getaran muncul di bibir Susanti, Martha kebingungan, tangannya mengusap-usap punggung Susanti. "Bu, saya boleh panggil Albert?" tanya Kates sambil berbisik.
Martha mengangguk, ia mengajak Susanti untuk duduk di salah satu ruangan guru, Martha membuatkan air putih hangat untuk Susanti.
"Kamu boleh menceritakan kejadiannya?"
"Saya ke kamar mandi, lalu saya melihat Pak Alfa sedang menatap saya di kamar mandi itu. Saya tanya kenapa di sana. Dia menyatakan perasaannya lalu memaksa saya.... Dia mencium bibir saya."
"Nanti ibu selidiki hal ini, setelah ini ibu mau bicara sama Albert."
***
Albert sedang membaca novel milik Susanti, tiba-tiba Kates menghampirinya. "Albert."
"Eh Kates, lo kenapa?" Albert kaget melihat Kates yang berlari ke arahnya sambil ngos-ngosan. Kates mencoba mengatur napasnya. Ia menatap wajah Albert lalu berbicara pelan-pelan.
"Lo sekarang ikut gue ke ruang guru."
"Ada apa Kates?"
Mereka berdua masuk ke ruang guru terlihat Susanti sedang mencoba menenangkan diri, matanya merah penuh dengan air mata.
"Sayang, kenapa kamu?" tanya Albert lalu duduk di sebelah Susanti.
"Albert, kamu tenang ya.... Kamu jangan marah." Martha mencoba menenangkan Albert.
"Iya.... Susanti kenapa Bu?"
"Pak Alfa.... Susanti mengaku Pak Alfa memperkosanya."
Albert menahan napas, hatinya hancur, ia menatap mata Susanti yang sembab. "Kenapa bisa kayak gini?—""
"Pak Alfa nembak aku. Dia nyium bibir aku."
"Kurang ajar dia." Albert berbicara dengan mata melotot.
"Kamu tenang.... Saya akan mencoba berbicara dengan Pak Alfa. "Susanti, kamu boleh pulang Saya akan mencoba mengamankan situasi."
"Maksud ibu?"
"Pak Alfa sangat kuat dan berbahaya, beberapa guru tidak suka dengan Alfa, ada memang yang suka. Kami terpecah menjadi dua. Apapun yang kalian ingin ceritakan, ceritakan kepada saya ,Bu Cecil serta Bu Grasa."
"Ibu, Pak Alfa suka sama Susanti?"
"Begini.... Pak Alfa itu adalah pemimpin pemuja iblis," ketiganya kaget, napas mereka bertiga tertahan. Rasa takut menjalar ke hati mereka bertiga. Martha lalu melanjutkan ucapannya. "Saya minta Albert kembali ke kelas. Susanti kamu siapkan tas kamu lalu Kates kamu antar Susanti pulang. Dan satu lagi. Untuk kalian semua ketahui. Jangan pernah keluar jauh-jauh dari sekolah ini."
Mereka mengangguk bertiga mengangguk, Susanti merasa tenaganya terkuras, kepalanya sangat pusing. Ia kemudian mengambil tas di bangkunya lalu pulang ke rumahnya. Kates yang menyetir mobil Susanti mencoba menenangkan sahabat di sebelahnya.
"Gue udah terawang semuanya. Gue ngerti. Lo tenang ya," ujar Kates sambil memgang tangan Susanti. Sesampainya di rumah Susanti, mereka berdua turun dari mobil Susanti lalu Kates mengantarkan Susanti hingga ke kamarnya.
Kamarnya bercat putih dengan ada beberapa foto Albert dengan Susanti serta ada foto Kates bersama Susanti berukuran besar dan dibingkai dengan frame.
"Gue balik dulu ke sekolah, gue mau menerawang Alfa." Kates memegang Susanti yang sedang duduk di kasurnya, matanya masih sembab. Susanti mengangguk, Kates keluar dari kamar sahabatnya lalu mencari taksi menuju kembali ke sekolah.
***
Pukul 13:00 WIB
Alfa tersenyum puas telah mencium bibir Susanti, ia tersenyum puas lalu telepon masuk dari Sari, ia lalu menangkatnya. "Halo, ada apa Sari?" tanya Alfa sambil bersandar di kursinya.
"Pak, saya melihat beberapa anggota pemuja malaikat sedang melintas di dekat sekolah Bapak, mereka sedang berjalan-jalan di sekitar sana, mungkin mereka mencari makan.
"Tembak mereka sekarang."
"Baik Pak."Alfa menutup telepon sambil tersenyum, ia tertawa-tawa membayangkan peluru masuk ke tubuh para anggota sekte pemuja malaikat.
Di sebuah jalan beberapa pria sedang mencari para anggota pemuja setan yang diduga sering melakukan ritual di sebuah rumah di dekat sekolah. Suara tembakkan tiba-tiba terdengar dan peluru menembus tubuh mereka.
Satu- persatu tubuh mereka jatuh, ada beberapa anggota pemuja malaikat yang membawa pistol lalu membalas serangan mereka, warga sekitar yang berada di luar rumah ketakutan dan berteriak-teriak masuk ke dalam.
Salah satu anak buah Alfa mengejar seorang pria berjaket cokelat, dia adalah salah satu anggota sekte malaikat. Tembak-tembakkan terjadi, mereka berdua masuk ke rumah salah satu warga dan bertengkar. Seorang bapak pemilik rumah keluar dan mencoba mengusir mereka, tetapi kepala si pemilik rumah ditembak. Peluru menembus kepalanya, tubuhnya jatuh ke lantai teras. Lima orang anggota pemuja malaikat masuk ke rumah salah satu warga sambil berteriak-teriak.
"Ini tempat pemujaan setan ya?!" teriak seorang pemuda pemuja malaikat.
Si pemilik rumah marah-marah hingga menyerang pemuda itu, si pemilik rumah melempar sebuah kursi mengenai kepala pemuda itu. "Ini rumah saya! Bukan tempat pemujaan setan!" bentak pemilik rumah.
Keributan terjadi, tawuran pun tak terhindarkan beberapa warga mencoba mengusir kedua belah pihak, tetapi ada beberapa warga yang ditembak dengan senapan, beberapa peluru menembus kepala warga, ada salah satu pemuja setan yang menelepon teman-temannnya, beberapa orang pemuja setan datang dengan sebuah mobil besar yang membawa beberapa pemuja setan lainnya.
Sementara itu, ada juga dari pemuja malaikat yang menelepon juga, mereka memakai kaos hitam bergambar malaikat.
"Hidup Lucifer!" teriak para pemuja setan.
Para pemuja malaikat membalas teriakkan mereka "Tahta Tuhan tidak akan jatuh ke tangan Lucifer!"
Tawuran pun terjadi, pistol-pistol ditembakkan, ada beberapa peluru yang menyasar ke kepala beberapa penjual makanan yang sedang berdagang. Seorang pedagang gado-gado kepalanya berlumuran darah, gerobaknya ditendang hingga hancur oleh beberapa anggota sekte pemuja setan.
Teriakkan-teriakkan dan ucapan-ucapan kasar terlontar dari mulut kedua belah pihak. Darah tumpah di beberapa sudut, ada beberapa orang yang membawa golok, darah muncrat dari beberapa tubuh kedua belah pihak. Polisi tiba-tiba datang, senapan berisi gas air mata ditembakkan. Kedua belah pihak langsung mundur, beberapa polisi turun lalu menangkap kedua pihal yang sedang tawuran.
Tetapi di sana ada pasukan elit pemuja setan, Sari dan beberapa pasukannya menembakki polisi dan juga melempari mereka dengan golok, beberapa polisi kesakitan karena kepalanya tertancap dengan golok.
Sementara itu di sekolah, para murid diminta untuk tetap berada di sekolah dan tidak ada yang keluar dari sekolah karena keadaan di luar sekolah sedang rusuh. Alfa yang berada di ruangannya tersenyum puas ketika Sari meneleponnya kembali.
Pintu ruangan Alfa diketuk oleh Martha, wanita itu masuk dengan wajah merah padam, ia dipersilahkan duduk oleh Alfa. Pria itu memutuskan teleponnya dengan Sari.
"Ada apa Bu Martha?" tanya Alfa.
"Anda mengapa mencoba memperkosa Susanti?!" tanya Martha setengah berbisik.
"Saya sudah lama jatuh cinta dengan dia."
"Anda tidak bisa menggunakan cara pemaksaan seperti itu Pak! Terus mengapa para pemuja setan menyerang para pemuja malaikat?!"
"Kamu tahu, ini peringatan kepada para pemuja malaikat yang menentang sekte kami. Jangan coba macam-macam," ancam Alfa.
Tiba-tiba ponsel Alfa berdering, nama seseorang muncul di ponselnya lalu Alfa mengangkatnya. "Ada apa Bu Grasa?"
"Maksudnya apa Anda menyerang pemuja malaikat. Saya akan ke ruangan Anda sekarang."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top