Chapter 3: Tembakan
Kates masuk ke dalam kamarnya setelah malam hari, ia merapikan beberapa bukunya, jam menunjukkan pukul sebelas malam. Suara kucing terdengar di halaman depan rumahnya. Jendela kamar Kates posisinya menghadap ke halaman depan. Kates menyibakkan gorden sedikit dan melihat seekor kucing sedang bersuara. Kates lalu menutup gorden dan mematikan lampu kamar.
Di kamar lain, Richard memainkan ponselnya lalu mendengarkan lagu dari sana, sebuah lagu terdengar dari ponselnya, lalu mendadak suara parau terdengar di telinganya. Sesosok tangan berbulu lebat menempel di balik jendela.
Anak kecil itu melepaskan earphone yang terpasang di telinganya, ia kaget mendengar gedoran dari balik jendela kamarnya, dilihatnya sesosok genderuwo sedang menatapnya. Richard berteriak keras.
Genderuwo lalu muncul di hadapannya, ia menendang Richard yang hendak keluar dari kamar. Richard menjerit, Kates terbangun dari tidurnya, sebuah kekuatan ia keluarkan. Ia pukul ubin, Genderuwo di kamar Richard terpental.
Kates membuka kamar Richard dengan keras, "Mau apa lo di rumah gue!" bentak Kates dengan keras.
Genderuwo meraung-raung, makhluk itu melotot tajam kepada Kates, tubuh Kates terpental menabrak lemari, ia genderuwo itu mencoba mencekiknya, suara serak terdengar dari mulut Kates, ia sulit bernapas, lalu digerakkan tangan, tenaga dalam keluar dari tangannya, genderuwo terjatuh ke lantai. Kates mencoba untuk konsentrasi, ia mengarahkan kekuatannya. Perut genderuwo di hadapannya pecah, suaranya terdengar membangunkan kedua orangtuanya.
Reza dan Hanita masuk ke dalam kamar Richard, mereka melihat Kates sedang berdiri dan membaca doa sambil menyentuh tanah. "Ada genderuwo masuk ke rumah ini," kata Kates.
"Papa melihat genderuwo-genderuwo itu berada di dekat rumah kita." Reza menatap Kates dengan khawatir.
"Apa ini ada kiriman dari seseorang?" tanya Hanita penasaran.
"Ini bukan kiriman," ucap Kates tegas.
"Mama mau cerita sedikit. Tadi mama lagi ke kamar mandi, tiba-tiba rasanya ada gelitikkin badan mama. Geli rasanya. Ada suara ember jatuh, mama pikir kaki mama gak sengaja nyenggol ember. Terus mama lihat ada yang mau pegang perut mama gitu dari belakang."
"Genderuwonya sudah keterlaluan."
Reza mengumpat, ia tidak terima istrinya diperlakukan seperti itu oleh genderuwo, ia sedikit menerawang ke waktu istrinya di kamar mandi. Terlihat genderuwo merung-raung di belakang istrinya.
"Makhluk itu sangat tidak tahu diri. Papa harus memusnahkannya."
Reza memejamkan mata, ia mencoba menerawang, terlihat genderuwo bertaring berada di dalam sebuah rumah. Reza tiba-tiba membuka matanya."
"Kenapa Pa?" tanya Kates.
"Genderuwo itu sedang menuju rumah seseorang."
Reza menggunakan tenaga dalamnya, ia menerawang lalu membuat genderuwo terjatuh dari jarak jauh. Dari kamar Richard, ia mengirimkan kekuatan energi ke sebuah jalan, energi itu menyerang tubuh genderuwo hingga makhluk itu meraung-raung lalu hilang.
Suara pecahan piring yang jatuh terdengar dari dapur, disertai dengan lampu yang nyala terus mati, berkedap-kedip. Wajah Hanita menjadi ketakutan, Reza berlari menuju dapur disusul oleh Kates, mereka berdua melompat-lompat, ayah dan putrinya yang indigo itu menangkap salah satu genderuwo di dapur.
"Kamu dari mana? Kamu mau menggoda istri saya?" tanya Reza.
Kates mencoba mengendalikan kekuatan genderuwo tapi tiba-tiba tubuhnya terpental, ia meggunakan tenaga dalamnya lalu membanting genderuwo, dua orang itu mengikat genderuwo dengan tali gaib.
Raungan genderuwo terdengar, Richard ketakutan ketika salah satu kursi bergeser lalu terlempar memecahkan cermin. Kates dan Reza memusnahkan genderuwo di hadapan mereka.
"Kita harus waspada," ucap Reza kepada keluarganya, "kita harus memagari rumah ini."
Reza dan Kates memagari rumah mereka, Richard ketakutan, ia masuk ke dalam kamar lalu tidur, Hanita melihat suami dan putrinya yang sedang berada di ruang tamu memagari rumah. Hanita lalu membereskan cermin yang pecah tadi.
Ketika pemagaran selesai dengan pagar gaib, Reza dan Kates tidur di kamar mereka masing-masing. Di luar rumah, sesosok genderuwo meraung-raung dengan keras.
***
Ruangan gelap penuh dengan darah terlihat, ada beberapa orang berteriak-teriak dilucuti bajunya lalu dicambuk dengan keras oleh seseorang. Beberapa anggota sekte pemuja setan berteriak-teriak keras membentak tahanan di sebuah kamar.
"Lucifer akan menjadi Tuhan!" teriak pemuja setan yang memakai jaket hitam, rambutnya cokelat, pria itu berteriak di samping telinga anggota pemuja malaikat.
"Saya tidak akan mengakui Lucifer," napasnya tersengal-sengal, bibirnya berdarah dipukuli dengan keras, "Lucifer akan mati! Lucifer tidak akan pernah bisa merebut tahta Tuhan!"
Tiba-tiba suara pintu dibuka terdengar, sesosok pria datang dengan membawa pistol. Alfa menatap tajam kepada pemuja malaikat itu. Ia memakai jas hitam dan memakai dasi bergambar patung Lucifer.
"Dasar setan! Dasar kamu iblis!" teriak pemuja malaikat.
"Grasa akan hancur, malaikat-malaikatmu akan hancur, Tuhan akan membayar semua perbuatannya," bisik Alfa di telinga pemuja malaikat itu.
"Saya tidak akan berbalik kepada Lucifer."
"Grasa tidak akan bisa apa-apa." Alfa menjambak rambut korbannya, "dasar bajingan kamu. Lucifer akan membakar kamu!"
DOOR!
Tembakkan terdengar, dua kali tembakkan dimuntahkan peluru Alfa. "Grasa akan saya hadapi. Saya akan hancurkan pemimpin kelompok pemuja malaikat. Ada perintah untuk kalian semua."
"Bikin tembakkan kecil di dekat sekolah. Nanti saya akan atur semuanya."
Alfa keluar dari kamar itu, beberapa para pemuja setan yang sedang beribadah di sebuah aula, ia memperhatikan mereka semua, lalu ia menuju halaman. "Sari."
Sari yang sedang merokok berbalik. Sari adalah sekretarisnya, ia yang selalu mengatur jadwal di mana Alfa akan memimpin ibadah ritual.
"Sari, saya punya perintah buat kamu."
"Iya Pak."
"Tolong awasi Martha." Alfa menyalakan rokoknya, ia menghembuskan asapnya ke depan.
"Baik Pak. Oh ya Pak. Ada laporan dari Pak Zomen, ia baru saja menangkap tiga penyusup yang masuk ke organisasi kita Pak."
"Bagus."
Alfa tersenyum, ia tiba-tiba teringat oleh Susanti, siswinya yang ia taksir, rencananya ia akan menyatakan cintanya kepada siswinya itu. Istri Alfa sudah lama meninggal, istrinya meninggal karena tidak mau memuja Mysterious God, maka makhluk itu membenturkan istri Alfa ke kaca hingga tewas. Alfa memiliki anak bernama Sania, seorang gadis cantik, pernah Alfa merayunya agar menikah dengan Zomen, tetapi ia tidak mau.
Alfa pun pernah menggoda putrinnya, tetapi Sania menamparnya, ia pun dikurung di dalam kamar oleh Alfa. Mata-mata Alfa banyak sehingga Sania tidak bisa kemana-mana. Pria itu terus mengawasi Sania.
***
Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah Albert, seorang gadis keluar dari mobil, Susanti mengetuk pintu rumah Albert. Albert membuka pintu dari dalam. "Sayang, udah siap?" tanya Susanti kepada pacarnya. Susanti hari ini memakai atasan t-shirt berwarna hitam bergambar salah satu penyanyi rock, ia memakau celana jeans.
Wajahnya tersenyum melihat Albert yang memakai jaket hitam bergambar salah satu girlband Korea. "Udah."
Mereka berdua menuju mobil lalu mereka menuju ke mall. Ketika di mobil mereka bernyanyi-nyanyi di mobil bersama. Mereka tertawa bersama, ketika mereka menyanyikan lagu girlband kesukaan Albert, mereka melakukan gerakan sedikit tarian di dalam mobil. Lalu setelah sesampainya di mall mereka menuju bioskop untuk membeli tiket.
Mereka menuju ke studio ketika mereka selesai membeli tiket, mereka berdua tertawa ketika menonton film bersama. Ketika mereka selesai menonton mereka menuju ke tempat karaoke, mereka berduet bersama. Albert memegang tangan Susanti dengan erat. Albert membelai rambut Susanti sambil bernyanyi.
Ketika Susanti sedang minum milkshake vanilla, Albert berbicara. "Sayang, aku pengen nikah sama kamu."
"Aku juga." Susanti menjawab selesai minum milkshake.
"Aku mau ngelamar nanti ya, paling nanti pas kita udah kerja. Aku rencana nanti mau kuliah jurusan sejarah" Albert memegang tangan Susanti.
"Aku filsafat. Aku tau mungkin banyak yang bakal nanyain ngapain masuk sana, tetapi, aku ga peduli."
"Aku kadang mikir kadang aku bingung, aku ga bisa kayak orang lain, aku milih passion, atau kegiatan yang beda dari orang lain. Aku beda banget dari orang kebanyakan."
"Aku juga. Oh ya, ini aku bawa buku sejarah buat kamu. Agak tebal."
"Makasih, sayang."
"Stefan kadang suka ngeledekkin aku." Albert mengingat Stefan yang suka meledeknya.
"Cuekin aja."
Susanti memeluk Albert, air mata Albert keluar, Susanti mengelus punggung kekasihnya. Kedua remaja itu saling mencintai. Mereka sudah jadian empat bulan, Susanti dan Albert saling mencintai.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top