Chapter 2: Senyuman Licik
Albert mengedipkan matanya, ia menghela napas lalu berpikir, di hadapannya ada Susanti dan Kates. "Ada apa sebenarnya Kates? Ada yang nggak suka sama keluarga lo?"
"Gue nggak tahu Bert. Gue ngerasa ini makhluk halus yang ada di sekitar sini." Kates menjawab, ia melihat mata Albert yang khawatir.
"Gue bakal cari tahu kenapa bisa begini." ucap Kates.
"Yang penting semuanya baik-baik aja. Kalau ada apa-apa telepon gue atau Susanti aja Kat."
"Iya Bert."
Albert dan Susanti pamit dari rumah Kates, Kates menutup pintu rumahnya, lalu ia ke kamarnya untuk mengerjakan tugas seni dari Martha, guru sekolahnya.
***
Reza berjalan di kegelapan, ia terbangun dari tidurnya, ia haus, tenggorokannya ingin minum, ia menuju ke dapur. Di dalam kegelapan, ia mendengar sekelebat orang lewat, suara raungan terdengar dengan keras di sisi-sisi dapur, ia menoleh, ia tidak melihat apa-apa di dalam dapur itu. Ia segera melangkahkan kakinya menuju lemari es. Ia membuka perlahan lemari es dan mengambil botol minuman berisi air putih. Ia mengambilnya dan metekakkannya di meja makan. Di meja makan ada gelasnya yang kosong. Ia ambil gelasnya lalu ia tuangkan air di botol he dalam gelasnya.
Reza meminumnya, tiba-riba raungan terdengar di belakangnya, pukulan keras menghantam lehernya, ia menjatuhkan gelasnya hingga pecah. Reza menoleh ke belakang, seosok genderuwo menggeram lalu mencoba menggigitnya, Reza memukul genderuwo di hadapannya. Pria itu berlari dengan kencang, tetapi badannya dipegang oleh genderuwo dengan keras.
"AAAH!" teriaknya keras.
Reza mengerang dengan keras, ia dilempar dengan keras hingga membentur dinding. Sosok genderuwo berbulu menghampirinya, matanya merah dengan giginya yang tajam. Genderuwo itu hendak mencekiknya, tetapi tangannnya tidak bisa bergerak, sesosok gadis remaja menahannya dari jauh, lalu gadis itu melempar genderuwo di hadapannya dari jarak jauh. Kates menatap genderuwo dengan kemarahan karena makhluk itu telah menyakiti orangtuanya, dengan segenap kekuatan, ia membakar genderuwo yang meraung-raung itu.
"Pa, papa nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa."
Perlahan genderuwo terbakar menjadi abu, erangan terdengar dair mulutnya, makhluk itu kesakitan lalu tewas. "Kamu tahu genderuwo itu dari mana?" tanya Reza kepada putrinya..
"Aku masih belum tau. Sepertinya genderuwo itu berasal dari sekitar sini. Aku akan memagari rumah ini." Kates berlari ke kamarnya, sementar ayahnya kembali ke kamar untuk menenangkan diri.
Kates duduk bersila lalu memejamkan mata, tangannya ia gerakkan lalu ia membuat sebuah pagar dengan gerakan itu. Terlihat cahaya berkilauan putih di sekitar rumahnya, sebuah energi yang dihasilkan dari kekuatan gadis indigo itu, cahaya itu memagari rumahnya. Kates menarik napasnya, ia memukul ubin dengan telapak tangannya lalu menerawang untuk melihat genderuwo-genderuwo lainnya
Kates dengan nekat, ia menyerang beberapa genderuwo dari kamarnya melalui kekuatan batin miliknya, sebuah senjata berbentuk komet menyerang mereka semua, makhluk-makhluk berbulu itu terluka, tubuh mereka mengucurkan darahnya, raungan-raungan keras terdengar.
Kates membuka perlahan matanya, ia berdiri dari duduknya lalu berbaring di tempat tidurnya. Kates membalikan tubuhnya yang terlentang lalu memeluk guling. Ia perlahan menutup matanya.
***
Martha berjalan di lorong sekolah, sosok wanita berambut panjang diikat oleh ikat rambut berwarna hitam itu menuju ke sebuah kelas, di dalamnya para murid mengucapkan salam ketika wali kelas mereka datang. Martha duduk di kursinya lalu duduk berhadapan dengan para muridnya.
Martha menatap para muridnya yang memakai pakaian yang berbeda-beda. Sekolah ini membebaskan para muridnya memakai apa saja, Martha melihat beberapa murid yang memakai topi bergambar Mr. Bean, ada juga beberapa murid yang memakai baju bergambar personil boyband.
"Gimana tugasnya? Sudah pada mengerjakan?" tanya Martha.
Susanti yang duduk di kelas itu menjawab bersama teman-temannya bahwa mereka sudah mengerjakan tugasnya. Di sebelah Susanti, Kates juga menjawab hal yang sama. Susanti dan Kates beserta anak-anak yang lain menghampiri guru mereka lalu menyerahkan tugas milik mereka.
"Gambar lo bagus." ucap Susanti kepada salah satu temannnya, Jansi, seorang gadis berambut panjang yang mempunyai tato di tangannya bergambar wanita memakai hoodie dengan memegang pistol , memakai topi hitam. "Lo suka Batman?"
"Iya. gue suka banget." Jawab Jansi.
Mereka berdua kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Martha lalu mengambil spidol lalu menjelaskan teori menggambar di depan kelas. Di tengah kegiatan belajar-mengajar, seorang murid lelaki bercanda bersama teman-temannya sambil melempar-lempar kertas. Lelaki itu memakai jaket bergambar pisau bewarna biru dan memakai celana jeans hitam.
"Stefan!" teriak Martha dengan keras. Martha menggebrak mejanya. "Kamu sedang apa?"
"Sedang ngobrol Bu."
"Kamu bisa memperhatikan saya tidak? Kalian semua keluar kalau tidak memperhatikan saya!"
"Bu, Stefan pengen tidur sama Sania Bu." ledek salah satu siswa.
"Kamu bisa diam nggak! Kalian semua keluar!" teriak Martha.
Teriakkan Martha memenuhi seisi kelas, Stefan dan teman-temannya kaget, Martha melotot di depan wajah mereka. Stefan keluar dari kelas, diikuti teman-temannya. Teman-teman Stefan ketakutan dengan tatapan Martha.
Martha melanjutkan pelajaran, Susanti dan Kates memperhatikan selama mereka belajar, sementara siswi yang bernama Sania menahan kesal dengan ucapan Stefan, ia diam saja sambil menahan kesal.
***
Bel istirahat bebunyi, Susanti keluar kelas bersana Kates menuju kantin, mereka hendak makan ketoprak favorit mereka. Susanti dan Kates memlih tempat duduk di tengah-tengah kantin. Ruangan kantin yang serba putih itu dipenuhi oleh para siswa yang sedang makan.
"Eh, Ti, bokap gue kemarin diserang sama genderuwo." ucap Kates memulai cerita.
"Serius?" Susanti berkata sambil berbisik.
"Iya, gue ngelihat genderuwo-genderuwo itu berasal dari sebuah rumah kosong."
"Rumah kosong?"
"Gue terawang terus gue serang mereka dari rumah gue."
Susanti memejamkan matanya lalu membukanya kembali, ia menggeleng-gelengkan kepala. Tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh Albert.
"Sayang, lagi apa?" tanya Albert.
"Lagi ngobrol." Susanti memegang tangan Albert, mereka duduk bersebelahan. "Rumah gue diserang lagi sama genderuwo kemarin." Ucap Kates.
"Kemarin malam?"
"Iya, Bert. Di rumah kosong gue terawang banyak banget genderuwonya, terus gue memutuskan untuk menyerang mereka dari jarak jauh. Oh ya Bert. Ti, gue izin dulu ke kamar mandi ya."
Kates menuju ke kamar mandi, ia membuka pimtu kamar mandi, ia menuju salah satu bilik yang kosong lalu membuang hajatnya di sana. tiba-tiba pintunya digedor. Suara keras berdebam di sisi luar pintu bilik terdengar keras di telinga Kates.
"Di sini ada orang." teriak Kates.
Suara geraman terdengar, suara-suara pukulan makin keras, Kates menyudahi membuang hajat lalu keluar dari bilik itu. Terliihat genderuwo menggeram di depannya.
DUAAR!
Serangan diluncurkan Kates, genderuwo itu terjatuh, Kates menatap genderuwo di hadapannya dengan tatapan melotot. "Mau lo apa?! Bentaknya. Geraman keluar dari mulut genderuwo itu, ia menghajar Kates, badan Kates terjatuh. Dengan segenap kekuatan yang ia miliki, Kates bangkit, lalu ia mengeluarkan kekuatannya, energinya beradu dengan energi genderuwo. Kedua energi itu bergetar, Kates berkonsentrasi, Genderuwo di hadapannya terjatuh. Tubuhnya terbakar.
***
Susanti dan Albert sedang mengobrol bersama. Susanti merangkul leher Albert dengan mesra, ia menatap mata Albert.
"Sayang, malam minggu besok kamu mau nonton?"
"Mau. Film apa?"
"Film romance lagi bagus banget.
Mereka berdua tidak sadar kalau ada sosok pria berambut putih yang sedang mengintai mereka, senyum licik terlihat dari bibir pria itu. Aku ingin memiliki Susanti.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top