Chapter 16: Akhir Pertarungan



Beberapa para pemuja setan masuk ke dalam membawa senjata-senjata mereka, mereka langsung mengepung Zomen.

"Kamu mau apa Zomen? Mau bunuh saya? Silahkan," ledek Alfa.

Zomen mendecakkan lidahnya, ia loncat dan mengambil senapan milik salah satu pemuja setan.

"Saya akan menang Alfa!" teriaknya keras.

"Saya tidak akan biarkan orang seperti kamu menguasai sekte yang sudah saya bangun," bisik Alfa.

"Saya harus mendapatkan jabatan itu, karena itu berharga buat saya," paksa Zomen.

"Kamu tidak akan pernah dapat apa-apa, jangan pernah berkata itu kepada saya, itu fatal!" balas ketua sekte itu.

"Tahan!"teriak Alfa, Zomen hendak melepaskan diri, tetapi ia tidak bisa, ia tidak bisa menghindar dari para pengikut Alfa itu.

"Kamu akan mati," ucapnya pelan.

Beberapa polisi langsung berdatangan, mereka juga membidik para pemuja setan.

"Biarkan saya menyelesaikan urusan saya Pak polisi jangan pernah ganggu,"

"Saya masih bisa memanggil genderuwo-genderuwo itu...." bisik Zomen. Ia mengucap mantra, gedung kantor polisi bergetar, datanglah sepuluh genderuwo ke dalam kantor polisi, mereka membanting para polisi, beberapa polisi ada yang tewas di tempat.

"Aku sekarang akan menjadi ketua sektenya," ucap Zomen sambil tertawa keras.

"Sombong sekali,"

Tiba-tiba kepala Zomen pusing, ia merasa tusukkan-tusukkan di kepalanya. Ia berteriak-teriak sangat keras.

Salah satu pemuja setan menggerakan tangannya, ia lalu mengepalkan tangan seketika memusnahkan para genderuwo.

"Kekuatanmu ada batasnya, keris Kates telah menembus ilmu kamu, ilmu genderuwomu hilang," ucap Alfa sambil tertawa.

Salah seorang pemuja setan yang lain menembak kepala Zomen, seketika pria itu jatuh bersimbah darah kepalanya.

"Jangan macam-macam dengan saya," ucap Alfa terkekeh-kekeh.

***

Ratih menarik tangan Grasa, ia mengambil linggis di dekat gudang.

"Ini semua gara-gara Anda," ucapnya menyalahkan Grasa.

"Pak Alfa yang memulainya, semua gak akan terjadi kalau dia tidak mencoba memperkosa Susanti," tegas Grasa sambil berbisik.

"Anda jangan fitnah, Anda tidak punya bukti," ucapnya membela atasannya.

"Sekolah ini jadi hancur, saya sebenarnya tidak masalah dengan keyakinan pribadi masing-masing guru di sini, tapi saya marah karena ada yang membocorkan identitas saya, dan asal Anda tahu, sekte pemuja setanlah yang bikin gara-gara, lebih dari enam tahun yang lalu mereka menyatakan akan merebut tahta Tuhan," terang Grasa.

"Anda gilaa!" teriak Ratih.

"Murid Anda yang membela Pak Alfa itu meneriakkan pujian kepada setan? Apa Anda tidak mendengar itu?"

Ratih kemudian merenung sejenak. "Apa Anda pernah melihat sebuah lukisan kecil di belakang salah satu lukisan Pak Alfa, sekarang ikut saya masuk, saya tak sengaja pernah melihatnya. Firasat saya buruk Bu Ratih.

"Kalau Anda berpikir seperti itu, ayo ke sana," ajak Ratih.

Mereka berdua membuka pintu ruangan Alfa, terlihat sebuah lukisan, bergambar Alfa, Grasa perlahan maju ke depan bersama Ratih, ia meminta Ratih membantunya mengangkat lukisan Pak Alfa. Lalu terlihat lukisan yang kecil bergambar kambing memakai jubah hitam. Tanduknya berwarna putih. Ratih menutup mulutnya.

Grasa melihat Ratih yang mengeluarkan air mata sambil menutup mulut, ia tak percaya apa yang ia lihat.

"Bu Grasa.... saya takut, sayaa...."

"Tenang Bu Ratih, sekarang yang harus kita lakukan adalah memotret ini agar menjadi bukti,"

"Baik, saya siap mengambil alih menjadi kepala sekolah, saya harus memperbaiki sekolah ini, lalu saya minta sesuatu Bu,"

"Bagaimana?"

"Saya minta maaf kalau harus meminta Ibu untuk meninggalkan sekolah ini dan yang kedua izinkan saya memberi kesempatan kepada murid-murid yang membela Pak Alfa dan Anda untuk sekolah seperti biasa di sini lagi,"

"Saya pikir itu solusi yang terbaik," mereka kemudian berjabat tangan setelah itu memotret-motret lukisan dan mencari bukti-bukti milik Pak Alfa,"

Mereka menemukan beberapa barang seperti kertas-kertas berisi bacaan-bacaan mantra memanggil setan, dan juga beberapa lilin.

"Untuk ritual sepertinya ini," ucap Ratih.

"Sepertinya begitu," balas Grasa.

Lalu mereka cepat-cepat keluar dari ruangan Alfa. Mereka kembali ke lapangan, kedua belah pihak sudah mulai pergi karena hari sudah malam.

Grasa dan Ratih menatap beberapa jasad yang berada di sana, mereka memandangnya dengan duka yang dalam.

Grasa mencoba menelepon Kates, teleponnya diangkat. "Halo Kates,"

"Iya Bu, maaf saya dan yang lainnya pergi karena Sania diculik lalu saya juga harus menyelamatkan adik saya yang berada di hutan tadi,"

"Pertarungan telah selesai, semuanya sudah mulai pergi, Bu Ratih akan mensterilkan semuanya,"

"Baik Bu, saya mengerti,"

***

Alfa tertawa-tertawa dengan keras, ia bisa merasa sudah membunuh Zomen sehingga ia merasa dirinya aman, lalu tiba-tiba di belakangnya muncul sesosok genderuwo berbulu tebal dan matanya merah. Taringnya sangat tajam.

Ia perlahan mendekati Alfa, lalu Alfa tidak bisa bicara, dirinya tercekat di, lehernya dicekik, lalu badannya ditusuk dengan pisau.

Tubuh Alfa terjatuh, beberapa pemuja setan yang melihatnya ketakutan, tetapi seseorang dari mereka membaca mantra lalu membakar genderuwo itu.

***

Beberapa jam kemudian

Pertempuran di sekolah membuat tidak ada yang menang dan kalah, Stefan dan teman-temannya sejak tadi keluar dari sekolah dan kabur ke tongkrongan untuk memikirkan rencana selanjutnya, tetapi tiba-tiba mereka mendapat kabar bila pertempuran dihentikan.

Lalu ia mendapat info dari salah seorang temannya, polisi mengabarkan bila Zomen dan Alfa tewas, itu membuatnya bersama kedua temannya, Refal dan Tina serta yang lainnya bernapas dengan kekecewaan.

"Pak Zomen kenapa bisa seperti ini?" tangis Tina. Ia menangis tersedu-sedu karena merasa kehilangan gurunya.

Refal di sebelahnya berusaha menenangkannya, gadis itu menangis sangat keras.

Stefan berusaha untuk tenang dari tadi, tetapi ia tidak sanggup. Ia merasa kesal, ia merasa kecewa dengan kenyataan yang terjadi.

Telepon Stefan berdering, sebuah nama muncul dari ponselnya, itu adalah Ratih.

"Halo, Stefan," sapa Ratih.

"Iya Bu?" Stefan penasaran.

"Saya akan mensterilkan sekolah, tidak ada lagi pertempuran antara kedua kubu, saya memberikan kesempatan kepada murid di kedua kubu untuk sekolah seperti biasa," terang Ratih.

"I....ya Bu," kata Stefan terbata-bata.

Stefan menutup telepon, ia memasang muka kecewa di hadapan kedua sahabatnya, ia masih tak terima dengan situasi yang terjadi.

Stefan menggebrak meja, ia duduk di hadapan mereka berdua. Tangannya mengepal, emosinya membara

"Semuanya akan disterilkan, tidak ada lagi pertempuran kita tidak bisa membalas dendam lagi." keluh Stefan

Kemarahan Stefan mengagetkan kedua sejoli itu.

"Ini ga bisa kayak gini, kita mau balas dendam aja gak bisa," ucap Refal sementara Tina masih terisak.

"Kita bagaimana?" ucap Tina sambil terisak.

"Gue harus berpikir lagi, pokoknya semuanya tenang aja," Stefan berkata. Ia berusaha tenang.

***

Di rumah Sania, Susanti melihat-lihat grup BBM, di sana diinfokan bahwa Alfa dan Zomen tewas di kantor polisi.

"Pak Alfa dan Pak Zomen tewas, kita harus bilang gimana ke Sania?" tanya Susanti kepada Kates.

"Kita nggak tahu harus gimana, mungkin kita tunggu Sania sadar dulu, dia sedang tidur," jawab Kates.

"Bukannya Pak Zomen sakti? Kenapa dia bisa terbunuh?"

"Keris yang gue tusuk ke dia tadi itu menghilangkan kekuatannya, itu efek dari keris tersebut,"

"Jadi begitu?" Susanti penasaran.

"Iya Ti," jawab Kates.

Jansi keluar dari kamar Sania, ia berpikir sejenak, lalu ia berdiri menghampiri Kates dan Susanti. "Sania masih tidur, gue udah cek grup BBM, gak nyangka semua jadi gini," kata Jansi.

"Iya, gak terduga semuanya,"

***

Di luar sekolah, pertarungan antara kubu pemuja malaikat dan pemuja setan tidak terhindarkan beberapa dari mereka saling memukul satu sama lain, sedangkan di sekolah sudah steril dari pertarungan.

Konflik yang terjadi membuat beberapa orang merenung termasuk Grasa, di tengah duka yang mendalam ia berdiskusi dengan Ratih.

"Apakah sekolah akan diliburkan?" tanyanya

"Iya, saya beri tiga minggu untuk membenahi ini semua, karena jujur ini menyisakan luka yang sangat dalam. Sedih sekali melihat ini semua, beberapa jenazah orang yang menjadi korban sedang dibawa ke keluarganya masing-masing.

Keesokan harinya pemakaman massal diadakan, Sania menangis tersedu-sedu di pemakaman, ia melihat liang lahat yang menutupi jasad ayahnya ia menangis keras.

"Ikhlasiin.... ikhlasiin ya...." bisik Susanti.

Di sekitar Sania ada keluarga adik kandung Alfa, mereka hendak menjemput Sania pulang ke rumah mereka.

Ketika pemakaman selesai, Sania pamit dan berpelukkan dengan Susanti, Kates, serta Jansi. Mereka bersedih melihat Sania dalam keadaan seperti itu.

Susanti dan Kates tidak bisa menyembunyikan kesedihan mereka karena jatuhnya banyak korban di dalam pertempuran ini. Sejenak Susanti bernapas, ia menenangkan diri, mereka semua masuk ke dalam mobil ketika Sania sudah pergi dengan keluarga pamannya.

***

Kates memutuskan untuk pergi berjalan berdua bersama Richard, ia rindu di saat-saat mereka berdua. Di taman dekat rumah kedua adik-kakak itu main ayunan bersama. Kedua adik kakak itu tertawa-tawa.

"Kak...." panggil Richard kepada Kates.

"Aku kangen Kakak," ucap Richard.

"Kakak juga, kangen ya main ayunan sama Kakak?" tanya Kates. Ia menoleh kepada adiknya ketika ia bermain ayunan.

"Iya. Kak makasih ya udah nolongin aku,"

"Sama-sama Ric, kamu adik Kakak, Kakak sayang banget sama kamu," ucap Kates yang menghampiri adiknya lalu memeluknya.

"Jalan yuk Kak," ajak Richard.

"Yuk," angguk Kates sambil tersenyum.

Mereka berdua jalan bersama sambil ngobrol. "Kak boleh jujur ga?" tanya Richard sambil memegang tangan kakaknya.

"Kenapa Ric?"

"Aku suka pengen gitu nanti punya pasangan kayak Kak Susanti, baik. Iri sama Kak Albert.

Tawa Kates meledak, suaranay keras, ia tidak tahan. "Pantesan kamu suka ajak main Kak Susanti waktu main ke rumah kita, kamu naksir?"

"Nggak, aku ngidolain mereka aja, mereka romantis banget,"

"Ya.... Kakak juga suka sama mereka berdua, mereka kakak kamu juga. Mereka sayang sama kamu, pokoknya Ric, kamu kalau punya pasangan saling jaga yaa...."

"Iya Kak," kata Richard sambil mengangguk

"Jangan saling menyakiti, oh ya, kamu mau ke restoran ga? Kita makan."

"Mau Kak, kita makan yang banyak,"

"Hahaha!"

Ketika di restoran, tanpa sepengetahuan Richard, Kates menelepon Susanti. "Ti, ajak Albert ke restoran, ada yang mau ketemu nih. Kangen kayaknya sama lo."

Beberapa jam berlalu, ketika Richard dan Kates sedang makan, datanglah Susanti dan Albert, mereka menyapa Richard yang sedang makan.

"Haii! Ada yang kangen?" tanya Susanti kepada Richard, mereka berdua berpelukkan, sementara Richard melakukan tos dengan Albert.

"Ada yang minta tips.... hahaha!" tawa Kates meledak.

"Tips apa?" Susanti bertanya keheranan.

"Iri sama kalian."

"Lo kenapa Kates? Siapa yang iri?"

"Tanya Richard,"

"Oh.... kamu mau tips apa Sayang? Ayo ngobrol sama Kakak," ajak Susanti.

Richard dan Susanti duduk bersama, "Aku suka iri sama kalian berdua, gimana caranya jadi pasangat yang romantis Kak?" tanya Richard.

Susanti lalu tertawa, "Kamu harus percaya sama pasangan kamu, kok kamu tiba-tiba nanya kayak gitu? Lagi suka sama cewek ya di sekolah? Kamu masih SD pertanyaannya kayak gitu hahaha!"

"Aku iri aja sama kalian," ucap Richard yang membuat Susanti mencubit pipinya.

"Hahaha, pokoknya kamu jangan sakitin cewek yang sayang sama kamu ya,"

"Iya Kak,"

"Hahaha, Kakak sayang banget sama kamu Ric." Susanti memeluk Richard, ia sudah menganggap Richard sebagai adiknya sendiri, ia sangat menyayangi dirnya.

"Aku sayang Kakak juga," balas Richard.

"Makan yuk, lanjut makannya bareng Kakak," ajak Susanti.

"Oke,"

Mereka berdua duduk di bangku di mana tempat Kates sedang makan bersama Richard tadi.

"Gimana?" tanya Kates iseng.

"Ya gue kasih tips lah satu," Susanti mengedipkan mata.

Albert yang dari tadi berdiri lalu duduk di sebelah Richard. "Cepet gede biar nikah," ledeknya.

"Bert, apa sih kamu," Susanti memukul lengan Albert. Mereka semua tertawa bersama, kebahagiaan terpancar dari wajah mereka semua.

"Kapan kalian nikah?" tanya Richard, Kates yang sedang minum malah terbatuk-batuk. Susanti tertawa melihat sahabatnya itu.

"Nikah nikah aja.... Euuy belajar yang bener," balas kakaknya.

"Iya dong, kapan undangannya, ditunggu ya,"

Albert mengangguk-angguk bersama Susanti, ia menatap Susanti lalu mengedipkan mata, dibalas kedipan mata oleh Susanti.

***

Keesokan harinya, Grasa bersalam-salaman dengan para muridnya, lalu tiba-tiba Kates memeluk Grasa, itu adalah hari terakhir Grasa mengajar, Kates memeluknya erat. "Bu, maafkan saya kalau ada salah," ucap Kates.

"Terima kasih telah menyelamatkan sekolah ini.... kamu jadilah anak indigo yang baik, bantulah orang-orang yang membutuhkan,"

"Rencana ibu ke mana setelah ini?"

"Ibu mau membubarkan sekte pemuja malaikat, ibu mau mengajar di tempat lain sebagai guru saja,"

"Tapi Bu, masih banyak anggota sekte pemuja setan lain,"

"Iya, kamu yang menghadapinya, kamu dan teman-temanmu ibu yakin bisa melewati apapun yang terjadi, kamu harus melindungi teman-temanmu yang tidak memiliki kemampuan sepertimu."

"Iya Bu, saya pasti akan berusaha menjaga mereka.

Susanti kemudian juga memeluk Grasa disusul oleh Jansi, Grasa melambaikan tangan kepada mereka saat ia pergi meninggalkan sekolah itu. Kates dan Susanti berjalan di taman setelah guru kesayangan mereka pergi, mereka mengobrol di taman sementara Jansi pulang duluan.

"Sania gimana?" tanya Kates.

"Dia makin kuat, dia sudah bisa menerima keadaan, dia sedang di rumah oomnya sekarang. Belum bisa masuk," jawab Susanti

"Dia anak satu-satunya Pak Alfa, dan sekarang dia hidup dengan Oomnya, gue sedih liatnua Ti," ucap Kates.

"Gue juga, kita harus semangat, kita kuatkan dia,"

"Iya Ti,"

Beberapa bulan kemudian

Keadaan sekolah mulai pulih beberapa bulan setelahnya, Stefan masih mendendam kepada Kates dan Susanti, tetapi ia berusaha untuk menyembunyikannya. Ia tidak mau membuat keributan lagi. Sementara Refal dan Tina tetap menjadi sepasang kekasih.

Sania dan Jansi duduk sebangku, mereka semakin akrab dan menjadi sahabat yang selalu bermain bersama.

Keluarga Kates hidup bahagia, mereka berlibur bersama setelah sekolah Kates sudah mulai pulih. Kates menikmati waktu bersama keluarganya terutama adiknya, mereka selalu bermain bersama, karaoke bersama. Kedua adik kakak itu juga senang berlarian bersama.

"Kak, akhirnya genderuwo-genderuwo itu pergi dari hidup kita ya,"

"Iya, kakak bakal jagain keluarga kita dari orang-orang atau makhluk yang mau menggganggu keluarga kita. Kakak nggak akan biarkan ada yang nyulik kamu,"

"Kak, dansa yuk," ucap Richard di tepi danau.

"Hahaha ayo!" Tawa Kates, ia memegang tangan adiknya.

Mereka berdua berdansa, Kates menatap adik lelakinya itu, ia beruntung memiliki adik lelaki itu. Ia dan Richard sangat dekat. Gerak-gerakkan halus dansa mereka membuat kedua orangtua mereka tertawa.

"Aku seneng ngelihat mereka bahagia," ucap Hanita.

"Iya, aku senang lihat mereka bahagia," balas Reza.

"Anak-anak kita lucu kadang,"

"Iya...."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top