Chapter 15: Penculikan Richard

Di hutan yang sangat lebat, Zomen tertawa-tawa, Raja Genderuwo itu tersenyum para anak buahnya berada di belakangnya, terlihat mereka sedang menjaga Sania yang diikat dan tidak sadarkan diri.

Ia akan membuat perhitungan dengan siapapun yang menghalangi misinya, ia selama ini kesal karena Alfa tidak memberikan jabatan yang lebih tinggi lagi padanya, ia termakan dengan segala ambisinya, ia ingin menjadi ketua sekte pemuja setan.

Diperhatikannya Sania, wajahnya sangat cantik, ia menyunggingkan senyumnya, taringnya terlihat, ia ingin sekali menggigit leher gadis itu. Lalu terlihat rencana yang sangat licik di pikirannya.

"Kalian segera ke rumah Kates, culik juga Richard, adiknya," perintah Zomen kepada beberapa genderuwo.

Suaranya bergetar, raungan terdengar dari mulutunya, ia berdiri dengan tegak. Kepongahan terlihat dari wajahnya. Pasukan genderuwonya pergi, sementara yang lain beberapa ada yang menjaga. Di antara-antara pohon, ada genderuwo yang mengawasi dan menjaga Sania.

***

Sebuah mobil menembus hutan, lalu berhenti di tengah-tengah hutan, keluarlah empat orang dari mobil itu di hadapan Raja Genderuwo mereka berkumpul. Kates maju ke depan ia menatap Raja Genderuwo.

"Pak Zomen, kembalikan Sania," ucapnya baik-baik.

"Tidak akan! Sania milik saya!" tegas Zomen, ia maju lebih dekat kepada Kates.

"Sania bukan milik Bapak, kembalikan!" teriaknya keras.

"Lo jangan cari masalah genderuwo jelek!" ejek Jansi.

Serangan tenaga dalam diluncurkan Zomen tiba-tiba ke tubuh Jansi, ia terlempar kesakitan. Zomen meraung keras.

"Saya tidak akan main-main! Kembalikan Sania!" Kates mengumpulkan kekuatannya, ia bernapas mengisi tangannya dengan tenaga dalam. Zomen mengeluarkan palunya, Kates memasang kuda-kuda.

Palu melesat hendak menimpanya, ia gunakan tenaganya untuk menahan palu itu, lalu mementalkan tubuh Zomen hingga ia mundur.

"Saya tidak akan takut dengan Anda! Jangan macam-macam!" teriak Kates.

"Saya akan bunuh kamu!" ucap suara Raja Genderuwo yang berat itu. Keduanya bertarung letusan-letusan meledak di tanah. Keduanya pun terbang melayang di udara.

"Menyerahlah!" teriak Kates.

"Tidak!"

Keris ia siap lepaskan, kemudian sebuah penglihatan datang kepadanya.

***

Beberapa sosok genderuwo masuk ke dalam bangunan Sekolah Dasar, mereka melihat seorang anak lelaki hendak ke kamar mandi, lalu mereka terbang mencegat anak itu, Richard kaget ketika ada beberapa sosok genderuwo di hadapannya. Ia berteriak-teriak minta tolong, tetapi dirinya langsung dibawa terbang oleh mereka.

Di hutan mereka segera turun dari atas langit mendarat tepat di belakang Zomen. "Lihat Kates, bila kamu nekat menyerang saya maka, adik kesayangan kamu akan mati," ancam Zomen sambil tertawa.

"Tidak akan saya biarkan Bapak menyakiti adik saya!"

"Ooh! Sayang sekali! Hahahaa!" tawanya menggema.

Kates langsung melepaskan kekuatannya, ia serang leher gurunya, genderuwo itu muntah darah! "Kurang ajar kamu! Haaah!" Zomen hampir jatuh ke tanah, tiba-tiba Sania tersadar, ia berteriak minta dilepaskan. Susanti dan Albert melihat Sania, mereka hendak membantunya.

"Kita harus gimana?" bisik Albert.

"Aku sedang berpikir," Susanti sedang berpikir, ia mencari cara agar bisa melewati genderuwo-genderuwo itu, lalu tiba-tiba ia berlari lalu loncat ke arah Zomen dan menendang kepalanya.

"Sakit!" teriak Zomen. Susanti lalu berlari, ia mengajak berkelahi para genderuwo itu. Mereka saling pukul-pukulan, kekuatannya tak sebanding dengan mereka, tetapi ia tidak menyerah. Dipukulnya genderuwo-genderuwo itu, didorongnya mereka hingga terjatuh.

Susanti berlari ke arah Sania, ia melepaskan sahabatnya, Sania menangis lalu memeluk Susanti, kedua gadis itu berlari ke arah Albert, tetapi ditahan tenaga dalam Zomen. "Mau ke mana kalian?" tanyanya dengan suara beratnya.

Kates langsung mengeluarkan energinya, ia bentuk energinya lalu ia lemparkan ke hati Zomen. Langkah Zomen terhenti, ia memegang dadanya, lalu ia muntah. Tatapannya tajam, ia menoleh kepada Kates.

"Kamu akan mati! Sebentar lagi Kates!" teriaknya keras. Ia berjalan menahan Kates. Sementara Susanti dan Sania dibantu Albert dan Jansi.

"Semuanya! Bawa Richard kemari!" perintah Zomen.

Para genderuwo membawa Richard ke samping Zomen, Raja Genderuwo itu mengeluarkan palunya, ia memegang palu dan ia hendak memalu wajah Richard. "Kalau kamu tidak mengembalikan Sania maka adik kamu akan jadi korban!"

"TIDAK SEMUDAH ITU!" teriak seseorang, Reza tiba-tiba datang bersama Hanita. Reza berjalan ke arah mereka.

"Reza.... Sudah lama tidak bertemu.... Kamu masih ingat aku?"

"Dukun komplek yang suka menipu! Yang membuat para indigo heboh karena kelakuanmu!" teriak Reza.

"Aku yang melepaskan Mysterious God! Hahaha!"

"Tak perlu tertawa-tawa kamu Zomen!" teriak Reza sambil mengeluarkan keris di tangannya.

"Hahaahaa!"

Kates mengeluarkan kerisnya ia melempat tepat di ulu hati Zomen, muntah-muntahan dibatukkan, Zomen kembali jadi manusia.

"Kateees!!!!" teriaknya keras.

Reza berlari langsung menusukkan kerisnya ke jantung Zomen, pria itu berteriak-teriak, lalu ia memegang dadanya, ia langsung berlari dari hutan.

Kates menghampiri adiknya, lalu memeluk Richard. Diarahkan tangannya kepada para genderuwo itu, lalu ia kepalkan tangannya hingga para genderuwo itu jatuh dan tewas seketika. Kates dan teman-temannya serta Richard pergi dari hutan dengan mobil Susanti sementara Reza dan Hanita keluar dari hutan menggina mobilnya sendiri.

Di dalam mobil Susanti, Richard terus memeluk kakaknya. "Aku takut," ucapnya kepada Kates.

"Nggak usah takut Sayang, kakak ada di sini," ia mengecup pipi adiknya yang menangis. Mereka berpelukkan, Kates menenangkan adiknya.

Di perjalanan, Sania tiduran, badannya sedikit terluka karena ikatan di badannya tadi, mereka mengantar Sania pulang.

Di dalam rumah Sania, Jansi membaringkan sahabatnya itu, lalu Susanti memberikan minum kepadanya.

"Lo minum dulu, pelan-pelan," ucap Susanti.

Sania sedikit terbatuk-batuk, ia minum-minuman yang diberikan Susanti, sementara Albert itu dan Kates di ruang tamu.

"Di sekolah masih ramai, ini udah hampir sore, masih padat, banyak korban yang berjatuhan," kata Kates.

"Kita harus bantu mereka lagi," kata Albert sambil bernapas.

"Iya.... gue nenangin Richard dulu, dia masih shock," Kates lalu menoleh, ia melihat Richard yang sedang berbaring di sofa.

Kates mengusap-usap rambut adiknya, ia memegang tangan Richard. Adiknya tertidur, ia terus mengusap rambut adiknya. Susanti keluar dari kamar Sania, Jansi masih menemani Sania di dalam kamar.

"Keadaan di sana masih ramai, ini beberapa ada yang ngechat di BBM. Katanya ada yang bilang.... Bu Fifi tewas." Kata Albert sambil memegang ponselnya.

"Bu Fifi tewas?" tanya Kates.

"Iya.... entah siapa yang ambil alih di sana, mungkin Stefan. Keadaan makin rumit sekarang, kita harus menyelamatkan sekolah segera," jawab Albert.

"Tenaga gue agak habis, mungkin kita harus bersembunyi dulu di sini," ucap Kates, kedua sahabatnya hanya terdiam.

***

Fifi dan para muridnya terus menerus mencoba melancarkan serangan kepada Grasa, kekuatannya ia gunakan tetapi ia terus dihalangi Fajar. Lalu Fifi terpental hingga kepalanya membentur tembok.

Kepala Fifi berdarah, ia memegang kepalanya, penglihatannya kabur, Fifi tewas di tempat.

Tawuran masih terjadi, beberapa penjaga kantin mencoba memberanikan diri untuk masuk ke dalam area pertempuran untuk menenangkan mereka, tetapi tidak bisa, ada sabetan-sabetan yang mengenai mereka semua. Beberapa satpam memukul mundur beberapa murid, beberapa dari mereka ada yang mundur dan berhenti, tawuran pun dihentikan, ada banyak guru dan juga murid yang jatuh jadi korban serta beberapa jendela kaca sekolah yang pecah.

Terlihat Refal sedang membawa Tina ke salah satu kelas, ia mencoba menyadarkan Tina.

"Baby.... Bangun!" teriaknya. Ia Tina tidak sadarkan diri, ia tetap tidak membuka matanya. Refal menggoyang-goyangkan tubuh Tina terus-terusan, ia bingung lalu menggaruk-garukkan kepalanya.

Tina pun tersadar, mereka berpelukkan, "Bu Fifi tewas," ucap Refal.

"Siapa yang ambil alih?"

"Bu Ratih,"

"Bu Ratih? Dia muja setan juga?"

"Dia sebagai pendukung Pak Alfa saja, dia kan wakil Pak Alfa."

"Kita harus balas kematian Bu Fifi," ucap Tina tajam.

***

Di penjara, Zomen yang terluka parah masuk ke dalam kantor polisi, ia menuju ke tempat di mana Alfa dipenjara. Zomen yang luka itu berteriak memanggil Alfa. "Alfa!" teriaknya keras.

"Ada apa kamu ke sini lagi?" tanya Alfa. "Kamu sudah membunuh anak saya ya? Saya tidak akan biarkan kamu!"

"Justru itu! Saya akan bunuh kamu! Kates menyelamatkan Sania! Saya gagal! Berikan jabatan kamu atau kamu mati!"

"Tidak akan saya berikan jabatan saya ke cecungkuk seperti kamu! Saya akan hancurkan kamu Zomen!"

"Justru kamu yang akan hancur! Kamu akan hancur!"

"Kalian diam! Jangan berisik! Teriak seorang polisi, ia memegan pistol hendak menembak mereka berdua.

Mereka tidak sadar bahwa ada intel dari pemuja setan yang sedang berkumpul, mereka masuk ke dalam dengan mengendap-endap, mereka ditugaskan beberapa hari yang lalu untuk menjaga penjara oleh Fifi.

"Diam kamu, saya sedang bicara," ucap Zomen kesal.

"Anda kalau tidak bisa diam, silahkan keluar dari kantor polisi," ucap polisi itu.

"Saya sedang bicara!" tiba-tiba tembakkan mengenai leher Zomen. Badannya terkena jeruji besi. Ia lalu terjatuh, tetapi ia langsung bangkit dan menendang polisi di hadapannya, "Tidak usah atur saya, saya adalah genderuwo!" teriaknya, ia ingin mengubah dirinya tetapi tidak bisa.

"Mengapa tidak bisa! Mengapa tidak bisaaa!" teriaknya keras. Ia menoleh kepada Alfa yang tersenyum licik.

"Dasar bodoh," kata Alfa tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top