Chapter 11: Alfa Marah
Kerusuhan terjadi di jalan. Grasa mendapatkan informasi bahwa ada Sari, asisten Alfa. Grasa dan Sari sering sekali berdebat. Di ruangannya, di markas sekte pemuja malaikat, Grasa menyiapkan sebuah pistol untuk menghabisi Sari.
Tangan Grasa memasukkan pistolnya di sarungnya, tepat di bagian kanan sakunya. Mobilnya sudah siap di halaman markas. Beberapa orang termasuk Martha mengantarkannya. "Jaga, markas," ucap Grasa kepada Martha.
Martha mengangguk, Grasa pun masuk ke dalam mobil. Ia segera menuju tempat di mana bentrokkan terjadi. Napasnya ia tarik dari dalam hidungnya. Wanita itu melihat-lihat jalan lalu sampai di area di mana terjadi bentrokkan antara kelompoknya dan kelompok Alfa.
Darah-darah bersimbah di jalan, ia segera turun dari mobil sambil membawa pistol miliknya. Terlihat beberapa anggota sekte pemuja setan sedang bentrok dengan seorang pemuda yang merupakan pengendara motor. Pemuda itu terpukul mukanya oleh para pemuja setan ketika sedang mengendarai motornya.
"Biar saya yang urus!" teriak Grasa kepada pemuda itu.
Tembakkan-tembakkan dilesatkan oleh Grasa ke wajah para pemuja setan itu. Beberapa dari mereka jatuh, tetapi tiba-tiba ada kejar-kejaran antara pemuja setan dan pemuja malaikat, beberapa mobil polisi datang, tetapi malah ditembakki dan dilempari granat oleh mereka.
Salah satu mobil polisi meledak. Ledakkkan itu membuat Grasa dan juga pemuda itu terlempar.
Sebuah tembakkan terdengar di telinga Grasa, darah muncrat dari kepala pemuda itu. Grasa mencoba bangkit lalu menembaki orang yang menembaki pemuda itu.
"Sarii!" teriaknya.
Ia mengejar wanita berjas hitam itu, rambut lawannya itu dikucir, warnanya hitam. Ia menembakkan pistolnya ke arah Sari lalu loncat menerjangnya. Kedua wanita itu jatuh.
"Lo ngapain?!" tanya Grasa sambil berteriak. Ia menengkeram leher Sari dengan lengannya.
"Gue bakal bunuh kalian semua!" jawab Sari, kepalannya sementara dibidik oleh Grasa, tubuhnya lalu didorong ke tanah.
"Pikir pake otak! Lo gak bakal bisa bunuh kami semua! Pergi sana ke neraka!"
"Mati lo!" balas Sari. Ia memukul wajah Grasa dengan sikutnya. Kakinya melayang menendang dada pemimpin sekte pemuja malaikat itu.
"Hidup iblis!" teriak Sari keras.
Grasa menembak tubuh Sari dengan dua kali tembakkan, Sari memegang perutnya, lalu tiba-tiba ia mengeluarkan pisau dan melemparkan kepada Grasa. Grasa menghindar, lalu menembak kepala Sari.
Tembakkan di kepala Sari membuat lubang di kepalanya. Sari jatuh tewas di hadapan Grasa.
Grasa berlari dari tempat tewasnya Sari ke daerah di mana terjadi bentrokkan. Beberapa pengendara motor tergeletak, bersimbah darah. Ada beberapa motor dan mobil yang terbakar karena mesinnya dipukul-pukul oleh pemuja setan. Beberapa ruko hancur karena kacanya dipecahkan, dan juga beberapa restoran mengalami hal serupa.
Grasa menemui salah seorang anggota pemuja malaikat, ia menyuruh mereka semua untuk menarik mundur para pasukannya. Pemimpin sekte pemuja malaikat itu menelepon ambulans untuk membawa para korban yang masih hidup.
Grasa menuju mobilnya lalu kembali ke markas. Di markas sudah ada Martha yang sedang minum kopi. Begitu mobil Grasa datang, wakilnya itu berdiri menuju ke halaman dengan berlari.
"Ada apa Gras?" tanya Martha.
"Korban banyak sekali," jawab Grasa sambil menghembuskan napasnya.
"Korban banyak sekali," jawab Grasa sambil menghembuskan napasnya. "Saya sudah menarik semua pasukkan."
Ketika mereka berdua sedang berbicara, salah seorang pemuja malaikat berlari ke arah mereka dengan tergopoh-gopoh.
"Maaf Bu, di televisi sedang ada berita tentang bentrokkan. Beberapa orang anggota kita dan anggota pemuja setan ditangkap. Saya mendapat informasi kalau Alfa juga ditangkap. Dia sedang ada di penjara,"
***
Setengah jam yang lalu
Alfa langsung dimasukkan ke penjara oleh para polisi, mulutnya bergemeretak, ia memegang jeruji besi di hadapannya. "Bangsat! Bangsat!" teriaknya keras. Ia tidak terima dengan perlakuan itu. Putrinya menatapnya, lalu ia berteriak keras. "Kamu senang lihat Bapak di penjara hah! Anak durhaka kamu!"
Sania hanya menangis mendengar perkataan ayahnya yang menyakitkan, air matanya keluar, ia kemudian meninggalkan Alfa lalu duduk di salah satu tempat duduk di ruang tunggu.
Sania menghubungi seseorang, ia menekan tombol blackberrynya, sebuah nama "Markas Sekte Malaikat"
"Halo.... Saya mencari Bu Grasa.... Atau Bu Martha."
"Maaf Dek, Adek siapa? Bu Martha sedang di kamar mandi, Bu Grasa sedang pergi."
"Tolong sampaikan, Pak Alfa dipenjara."
***
Grasa dan Martha masuk ke kantor polisi, mereka berdua menghampiri Sania yng masih terdiam. Grasa memeluk Sania yang menangis tersedu-sedu di pelukannya.
"Bapak ditangkap karema percobaan pemerkosaan," ucap Sania
"Sabar.... Kamu tenang," Grasa mengusap-usap punggung muridnya. Ia lalu melepaskan pelukannya lalu menuuju ke tempat di mana Alfa sedang duduk menyandar dengan raut wajah yang masam.
"Pak Alfa," panggilnya.
"Ngapain ke sini? Anda puas lihat saya dipenjara?"
"Ini akibat perbuatan Anda sendiri."
"Jangan pernah menyalahkan saya! Jangan asal bicara!"
"Saya tidak asal bicara Pak Alfa."
"Pergi dari sini? Kafe donat itu pasti sudah hancur! Mampus lo! Mampus!" teriak Alfa dengan tatapan benci."
"Anda sangat bejat sekali merusak kafe milik ayah saya, kenapa Anda berbuat demikian Pak Alfa. Saya bisa tuntut Anda."
"Jangan bicara kamu. Saya akan pecat kamu dari jabatan kamu."
"Saya tidak peduli."
"Kamu membuat ini semua jadi rumit, membuat semuanya jadi berantakan."
"Anda yang bikin ini semua jadi berantakan!" teriak Grasa.
"Kamu cerita-cerita? Kamu cerita-cerita ke semua murid ya? Ayo tanpa ucapan formal lagi. Gue nggak ngerti maunya lo apa?!" teriak Alfa yang kini memakai bahasa informal.
"Bapak yang tiba-tiba melakukan tindakan asusila di sekolah, sehingga saya terpaksa membuka konflik yang ada di antara kita semua."
"Jangan sok suci kamu."
"Saya tidak sok suci Pak Alfa."
Alfa berdiri lalu mendekat ke jeruji besi, ia menatap Grasa dengan tatapan yang sangat tajam.
"Keluarkan saya dari sini!" teriaknya lalu memukul jeruji besi di hadapannya.
"Minta arwah Sari saja."
"Arwah Sari?"
"Sari sudah tewas di tangan saya, wanita itu sudah mati."
"Kamu apakan Sari hah! Jangan coba-coba kamu! Kamu akan saya hancurkan!"
Lalu mendadak teriakkan terdengar dari arah lain, seorang polisi meminta agar mereka diam. Muka Alfa menjadi sangat kesal dengan polisi itu, lalu ia bersandar di tembok lagi. "Kamu akan kena akibatnya!" teriak Alfa, sementara Grasa meninggalkannya. Grasa kembali ke tempat di mana Martha yang sedang menenangkan Sania.
Sania meminum teh yang diberikan oleh seorang petugas kepolisian. "Kamu ibu antar pulang ya, nanti Ibu hubungi teman dekat kamu agar menjaga kamu. Kamu lagi dekat dengan siapa?"
"Jansi dan Kates Bu."
"Baik, nanti Ibu hubungi mereka ya."
Mereka bertiga keluar dari kantor polisi, Grasa dan Martha mengantar Sania pulang, lalu mereka menuju ke kantor polisi untuk mencoba membebaskan anggota mereka yang ditangkap.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top