BAB 5
BAB 5
***
Dari kejauhan Tria melihat Leon berjalan menuju kearahnya sambil melambaikan tangannya. Senyum lelah di wajah pria itu terlihat sangat jelas. Ia sangat senang bisa melihat Leon. Entah kenapa akhir-akhir ini ia merasa bahwa jarak antara ia dan Leon sedikit menjauh. Mungkin karena Leon yang harus berlatih untuk perlombaan melukis setiap harinya.
Begitu Leon sampai dihadapannya terlihat jelas aura kebahagiaan di wajahnya. Bukan dirinya kalau ia tidak langsung tahu kenapa sahabatnya bisa sesenang ini. Apalagi kalau bukan karena Aneu adik kelas cantik yang ditaksirnya sejak beberapa bulan yang lalu.
"Kayaknya lo ada perkembangan sama Aneu." Tria menyenggol bahu Leon dengan gerakan menggoda.
Leon menggaruk-garuk tengkuknya. Belum mengatakan apapun. Namun jelas sekali bahwa apa yang Tria katakana barusan itu bisa jadi benar.
"Ayolah bilang sama gue. Penasaran nih." Tria mengedipkan sebelah matanya dengan gerakan menggemaskan. Membuat Leon tidak bisa berlama-lama menyembunyikan apa yang terjadi padanya sampai bisa mmebuatnya sesenang ini.
"Gue sama Aneu udah pacaran." Beritahu Leon. Membisikannya tepat di telinga Tria.
Tria sebenarnya tidak terlalu kaget mendengarnya. Mengingat selama ini ia tahu usaha apa saja yang Leon lakukan untuk mendekati adik kelas bernama Aneu itu. Tapi, karena sahabatnya ini sedang merasakan kebahagiaan, tidak ada salahnya kalau ia berpura-pura keget saja mendengarnya.
"Wah... masa !"
"Gue juga gak nyangka dia bakalan nerima gue." timpal Leon sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Dia juga bilang kalau dia sebenernya nunggu gue sejak lama buat ngungkapin perasaan gue sama dia. Yah, kalau gue tahu dia juga suka sama gue dari mungkin dulu udah gue tembak."
"Oke, selamat yah." Tria menepuk bahu Leon. Sungguh, ia senang mendengarnya.
"Wisnu." Panggil Tria saat melihat Wisnu hendak melewatinya. Yang di panggil pun menoleh.
"Ke toko buku... jadi kan ?" tanya Tria terdengar ragu-ragu.
Wisnu tersenyum kaku padanya. Membuat Tria mengerutkan keningnya bertanya-tanya sendiri melihatnya.
"Maaf. Tapi hari ini gue gak bisa." Ucap Wisnu. Sedikit menyesal.
"Gak jadi ?" ulang Tria. Padahal ia sudah menunggu Wisnu disini sejak bel pulang berbunyi dan itu artinya ia sudah menunggu Wisnu disini setengah jam.
"Maaf tapi mendadak gue punya urusan lain. Mungkin ke toko bukunya lain kali aja." Wisnu sempat tersenyum tipis sebelum akhirnya melangkahkan kakinya meninggalkannya. Hal itu membuat Tria dibuat down seketika. Bagaimana tidak. Tadi waktu istirahat saat Wisnu mengajaknya ke toko buku ia sangat senang dan entah kenapa sekarang dia mengatakan tidak bisa dengan mudahnya tanpa memikirkan dirinya yang merasa kecewa ini.
"Sejak kapan kalian akrab kayak gitu ?" tanya Leon dengan penuh selidik.
"Udah lah gue lagi gak mood ngomong. Sekarang kita pulang aja." Ketusnya sambil berjalan menuju parkiran tempat Leon biasa memarkir motornya.
Leon menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak mau memikirkannya lebih dalam lagi, ia pun menghampiri Tria.
***
Sesampainya di rumah, Tria langsung ke kamarnya tanpa mengatakan apapun pada mamanya yang berada di ruang tamu. Tria melemparkan tasnya kesembarang arah kemudian disusul dengan menjatuhkan tubuhnya pada kasur. Pandangannya nyalang. Menatap langit-langit kamarnya. Putih bersih, nyaris tanpa noda sedikitpun. Yah, jelaslah itu tidak pernah tersentuh sama sekali.
"Kenapa kak ?" Meisya muncul dan bersandar di mulut pintu sambil memakan apel merah di tangannya. Seragam SMP-nya masih melekat walaupun dia pulang lebih awal darinya. Kebiasaan, Dasar !.
"Bukan urusan lo." Dengus Tria kesal sambil berlalu menuju jendela kamarnya.
"Dari ekspresi lo dan cara lo ngomong sama gue kayaknya lo lagi punya masalah sama cowok. Maksud gue sama cowok yang lo suka, mungkin." Ucap Meisya berjalan menuju ranjang kakaknya dan duduk di tepiannya. Pandangannya mengarah pada Tria yang sedang berdiri didepan jendela kamarnya yang menghadap langsung ke gerbang rumah.
Tria menoleh seketika pada adiknya itu. Mendelik sebal sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan untuk diam saja dan tidak menimpali lagi apa yang adiknya katakan selanjutnya. Ya... karena ia tidak terlalu suka berbicara dengan adiknya ini. Apalagi Meisya sangat bawel. Bisa-bisa dia mengatakannya pada mama dan papanya. Ah. Tidak.
Tria tidak bisa berbohong kalau alasan kenapa ia seperti ini sekarang karena Wisnu. Ya, karena pria itu membatalkan rencana mereka berdua untuk pergi ke toko buku bersama.
Ah, kenapa bisa Wisnu membuat moodnya buruk seperti ini. Kenapa rasanya kesal sekali bila mengingat wajah pria itu. Sebal sekali saat mengingat cara pria itu tersenyum. Marah sekali saat mengingat bagaimana Wisnu mengatakan padanya tadi bahwa dia tidak bisa ke toko buku bersamanya. Semakin marah lagi mengingat bagaimana cara pria itu meninggalkannya setelah membatalkan rencana itu.
Tapi, kenapa juga ia harus kesal, sebal, dan marah seperti ini ? bukankah hubungan ia dan Wisnu juga hanya sebatas teman. Dan itupun tidak terlalu dekat, tidak seperti kedekatannya dengan Leon.
"Kalau lo punya masalah lo bisa cerita sama gue. Gak baik nyimpen masalah sendiri. Kan gue juga sering cerita sama lo tentang cowok yang gue suka." Kali ini Meisya kembali mengeluarkan suaranya setelah beberapa detik terdiam.
Tria menatap Meisya tidak suka. "Gak sopan benget ngomong lo-gue sama kakak sendiri."
"Yaterus lo mau gue manggil lo kakak gitu ? umur kita juga gak beda jauh." Ketus Meisya masih menunjukkan wajah tenangnya.
Ya, memang umur antara Tria dan Meisya hanya beda satu tahun. Dan itu yang membuat Meisya bersikap padanya seolah pada teman sebayanya.
"Lagian lebih nyaman kayak gini." Tambah Meisya.
Memang benar juga apa yang Meisya katakan. Seperti ini membuat ia dan adiknya seolah-olah tidak punya halangan apapun untuk bisa saling memahami satu sama lainnya.
"Jadi... mau cerita gak ?" Meisya menatap Tria. Alisnya naik turun membuatnya terlihat lebih menyebalkan dari sebelumnya.
Akan tetapi, hal itu malah membuat Tria yang melihatnya tertawa dan akhirnya menyerah juga. Mengatakan pada Meisya kenapa ia seperti ini. Tentang hubungannya dengan Wisnu. Kesan pertama saat pertama kali bertemu dengan Wisnu. Saat Wisnu yang menyebalkan tiba-tiba berubah menjadi orang yang menyenangkan dan bisa dijadikan teman. Saat ia dan Wisnu mulai berteman. Dan saat-saat lainnya.
"Menurut lo wajar gak gue marah sama dia kayak gini ?" tanya Tria.
Terlihat Meisya mengangguk-angguk seperti menemukan sebuah kesimpulan atas apa yang baru saja ia dengar dari kakaknya. Sementara itu kening Tria berkerut menunggu apa yang akan Meisya katakan padanya.
"Lo suka sama dia." ucap Meisya. Tidak terdengar seperti sebuah pertanyaan malah seperti sebuah pernyataan yang membuat Tria kebingungan seketika.
"A...apa.. suka ?" Tria tiba-tiba gelagapan tidak tahu harus mengatakan apa.
"Mungkin secara gak sadar lo suka sama dia." kata Meisya.
"Gak mungkin !" bantah Tria cepat-cepat.
"Kenapa gak mungkin ? mungkin aja kali lagian dia kan juga cowok dan dia pianis keren yang gue suka banget jadi gak masalah buat lo suka sama dia."
Hening. Untuk persekian detik terjadi keheningan sampai Tria melangkakan kakinya hendak keluar kamar meninggalkan Meisya sendirian.
"Lo itu masih kecil tahu apa lo tenang hal itu." ucap Tria sambil tertawa. Tak butuk waktu lama tubuh Tria sudah menghilang dari pandangan Meisya.
"Gini-gini gue lebih berpengalaman disanding lo dalam urusam kayak gini ya !" teriak Meisya berharap kakaknya bisa mendengar suaranya.
***
~Next To BAB 6~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top