BAB 13
BAB 13
***
Seseorang tampak berlari-larian di koridor yang sudah hampir sepi ini. Wajahnya tampak sedikit berantakkan dengan rambut yang juga terlihat acak-acakkan. Tali sepatunya tampak tidak terikat dengan kuat sehingga salah satunya sudah lepas tinggal yang satunya lagi.
Tak berapa lama Tria pun sampai di depan pintu kelasnya. Ia menghembuskan nafasnya lega melihat meja guru yang masih kosong. Menyadari tali sepatunya yang lepas ia pun membungkuk untuk mengikat tali sepatunya. Disaat yang bersamaan Leon datang dan melewatinya begitu saja.
Tria sedikit keheranan dengan sikap Leon yang seperti itu. Bagaimana tidak, biasanya pria itu selalu menyapanya bukannya melewatinya begitu saja. Ah, sudahlah, mungkin Leon tidak tahu bahwa itu adalah dirinya.
"Ada PR?" teriak Tria pada semua teman sekelasnya.
"Gak ada. Tenang aja, lo bisa langsung duduk." Jawab ketua kelas yang duduk di meja paling depan di dekat meja guru.
Tria mengelus dadanya lega lalu berjalan menuju bangkunya. "Sekertaris!" seru Tria pada perempuan yang duduk di dekat pintu keluar.
Perempuan itu menoleh dengan malas. "Ada apa?"
"Wisnu sakit." Ucap Tria singkat. Setelah perempuan itu mengangguk, dia pun menghadapkan tubuhnya lagi kedepan.
"Leon lo gak apa-apa?" tanya Tria pada Leon yang sedang menatapnya.
Akan tetapi Leon malah menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya. Mengabaikan pertanyaannya sebelumnya.
Tria berdecak lidah kesal. "Nyebelin." Umpatnya sekeras mungkin supaya Leon bisa mendengar suaranya.
***
Bel istirahat baru saja berbunyi. Beberapa anak sudah terlihat keluar dari ruang kelas. Tria yang sedang memasukan alat tulisnya kedalam tas menoleh pada Leon yang masih berada dalam posisinya yang sama seperti tadi pagi.
"Ya ampun. Apa bakat lo itu ada di tidur doang." Ujar Tria. Ia meletakkan tasnya di atas meja.
"Lo gak bosen apa tidur terus dari tadi pagi?" tanya Tria sambil berjalan menuju bangku Leon.
"Minggir." Kata Tria dingin pada Irgy—teman sebangku Leon.
Irgy masih diam, hanya menatap lurus kearah wajah Tria tanpa ekspresi sama sekali.
"Gue bilang minggir." Ucap Tria. Kali ini suaranya lebih tinggi dari sebelumnya.
"Kalau gue gak mau gimana? Lo masih tetep mau maksa gue?" tanya Irgy dengan tampang yang menyebalkan.
"Ck!!" Tria berdecak lidah kesal. "Seharusnya lo itu lebih menurut sama cewek."
"Emang ada aturannya ya harus kayak gitu?"
Tria menghentak-hentakkan kakinya kesal. Mengabaikan Irgy, Tria mengarahkan padangannya pada Leon yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Ke kantin yu." Ajak Tria pada Leon.
Leon menguap sebelum ia merangkulkan lengannya pada bahu Irgy. "Katanya minta anter tapi masih diem. Ayo, gue anter ke toilet." Kata Leon sambil menarik Irgy keluar dari kelas. Mengabaikan Irgy yang tampak kebingungan dengan apa yang Leon lakukan ini.
Sementara itu Tria menggigit bibir bawahnya keras-keras. Memandnag kearah pintu. Ia tdak bodoh kalau sikap Leon barusan adalah sikap penghindaran yang pria itu lakukan padanya. Tapi, untuk apa Leon menghindar darinya? karena apa? Kenapa pria itu tidak mengatakan yang sebenarnya saja?
***
Tria menatap Leon yang berjalan dengan santainya di hadapannya bersama dengan Irgy yang ada dalam rangkulannya. Tria bisa melihat dengan jelas bahwa Irgy tampak sedikit enggan untuk jalan bersama dengan Leon. Oh, bahkan satu sekolah pun tahu bahwa walaupun Leon dan Irgy teman sebangku, keduanya sama-sama saling tidak menyukai satu sama lain. Dan itu awalnya lebih cenderung karena Leon yang tidak suka terhadap Irgy sejak SMP. Dimana waktu itu mereka pernah bertengkar hebat gara-gara merebutkan Annisa—gadis cantik dan lucu yang bukannya hanya itu terkenal juga dengan kebaikan serta prestasinya si bidang tenis meja yang tidak bisa tertandingi itu.
Dan kalaupun mereka berdua bersama-sama sekarang, Tria yakin ada alasannya. Alasan kenapa Leon mau-mau saja merangkul Irgy seperti itu. Melupakan dendam lama. Melupakan pertempuran hebat mereka berdua beberapa tahun yang lalu itu.
Walaupun begitu itu sama sekali tidak masalah baginya. Yang jadi fikirannya adalah kenapa Leon bersikap seperti itu padanya hari ini. Kenapa Leon bersikap sangat aneh? lebih aneh mungkin. Tidak seperti Leon yang ia kenal yang selalu menemaninya kapanpun dan kemanapun. Sungguh. Tria tidak tahan dengan keadaan ini. Ia tidak bisa tanpa Leon. Bukan. Ia tidak bisa sendirian seperti ini tanpa teman—maksudnya.
Jam pelajaran sudah dimulai sejak beberapa menit yang lalu. Pandangan Tria memang mengarah kedepan tapi tampak jelas sekali bahwa tatapannya kosong. Tidak tertarik sama sekali dengan apa yang dikatakan guru laki-laki di depan sana.
"Lo kenapa?" tanya Mela sambil memutar tubuhnya kebelakang—menghadap Tria yang langsung menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya.
"Jangan bilang karena Wisnu gak masuk hari ini lo jadi gak bersemangat gini." Kata Meli yang ikut-ikutan memutar tubuhnya seperti kakaknya.
"Emang bener yah kalau cinta itu bisa mengubah mood seseorang secara tiba-tiba." Ucap seseorang lebih terdengar seperti gumamam. Tria tidak tahu siapa yang baru saja mengucapkan itu, entah Mela atau Meli. Ia sama sekali tidak peduli.
Tria menatap Leon yang juga sedang menenggelamkan kepalanya ke lipatan tangannya. Akan tetapi laki-laki itu tampaknya sudah tidur sangat lelap. Tria tidak tahu kenapa pria itu bisa secuek ini padanya. Ia tidak tahu kesalahan apa yang sudah ia perbuat sehingga Leon bisa bersikap seperti ini padanya. Dan semakin ia memikirkannya. Ia semakin pusing.
***
Tria melangkah secara tergesa-gesa menuju rumah Leon yang tak jauh dari rumahnya. Perasaannya bercampur aduk antara percaya dan tidak percaya. Bahkan jantungnya berdebar sangat cepat saat ini. Bagaimana tidak? Baru saja Aneu menghubunginya sambil menangis dan mengatakan bahwa Leon memutuskannya.
Tria sama sekali tidak mengerti jalan fikiran pria itu. Bagaimana bisa Leon memutuskan hubungannya dengan Aneu begitu saja tanpa memikirkan seberapa keras usahanya dulu untuk mendapatkan Aneu. Sungguh, tidak bisa di percaya.
Tria menekan bel rumah Leon dengan cepat. Sangat tergesa-gesa. Tak lama seorang wanita paruh baya memunculkan wajahnay dari balik pintu.
"Tria ada apa, sayang? Kenapa kayak buru-buru gitu?" tanya Tante Siti—mamanya Leon. Perempuan karir yang jarang sekali terlihat ada di rumah dan sering menghabiskan waktunya di tempat kerjanya. Bukan hanya itu Tante Siti ini juga terkenal sebagai ratu asuransi sejak 7 tahun.... Tidak 8 tahun yang lalu dan belum terkalahkan oleh siapapun. Bahkan, Leon, anaknya sendiri tidak tanggung-tanggung saat meledek mamanya sendiri. Kenapa? Mungkin Leon memiliki dendam tersendiri di dalam dirinya terhadap mamanya. Tria sendiri mengerti kenapa Leon seperti itu. Ya.... Karena anak laki-laki pun membutuhkan perhatian yang lebih dari ibunya.
Meskipun begitu, Tria tahu Tante Siti adalah perempuan baik-baik yang selalu bisa menjaga kehormatan keluarganya dan cukup bertanggung jawab. Buktinya saat Leon terlibat perkelahian beberapa waktu yang lalu, Tante Siti rela datang ke sekolah dan meninggalkan rapat yang katanya sangat penting itu.
Ah, rasanya terlalu sulit bagi Tria untuk menjabarkan hubungan antara Leon dan mamanya ini.
"Hai tante." Tria tersenyum kaku. Malu sendiri karena kelakuannya barusan. "Leonnya ada?" tanya Tria.
"Ada di kamarnya." Kata Tante Siti sambil menunjuk ke atas tepatnya lantai dua. Ya. Kamar Leon berada di lantai dua.
"Mmm... kalau gitu, Tria ke atas ya tante." Kata Tria. Sebelum Tante Siti mempersilahkannya Tria sudah buru-buru berlari menuju kamar Leon.
Sesaat saja Tria sudah berada di depan pintu kamar Leon. Tanpa menunggu apa-apa lagi ia langsung masuk dan....
"Aaaa!!!!...." entah salah atau tidak. Tria melihat Leon yang setengah telanjang—hanya mengenakan boxer dengan handuk yang tersampir di bahu kanannya—baru saja keluar dari kamar mandi.
Segera saja Tria keluar lagi dari kamar Leon. Menutup pintu itu rapat-rapat dan memukul-mukul kepalanya sendiri. Malu sendiri dengan ketololannya itu.
"Udah pake baju belum?!" tanya Tria sambil berteriak.
"Dah." Sahut Leon dari dalam kamar.
Tria menghela nafas sejenak sebelum memantapkan langkahnya masuk ke dalam kamar Leon. Dan benar saja Leon sudah duduk di depan komputer mengenakan kaos berwarna merah tua dengan jins selutut.
"Ada apa?" tanya Leon dingin.
"Lo putus sama Aneu?" tanya Tria to the point. Langsung membuat Leon menoleh padanya. Namun detik berikutnya raut wajahnya berubah biasa lagi dan mengarahkan pandangannya ke layar komputer lagi.
"Gak heran kenapa lo dateng kesini. Gue udah tebak kalau Aneu pasti curhat sama lo soal itu."
"Tapi kenapa?"
"Mungkin karena gue sama dia udah gak cocok lagi."
"Gue tahu pasti ada hal lain yang buat lo mutusin Aneu 'kan? Gue gak percaya kalau lo mutusin dia karena itu aja." Ujar Tria.
"Terus kalau emang ada alasan lain lo bakalan kayak gimana. Tetep aja gue gak bakalan balik lagi sama dia." Jawab Leon. Nada suaranya masih terdengar sangat dingin.
"Tapi dia itu cewek baik-baik."
"Justru karena itu." Sela Leon cepat. "Karena dia cewek baik-baik makanya gue gak bisa terus-terusan nyakitin dia."
Tria terdiam mendengarnya.
"Gue suka sama orang lain." lanjut Leon.
Cukup menjadi penegas dan penjelasan kenapa Leon mengakhiri hubungannya dengan Aneu begitu saja.
***
jangan lupa vote sama coment nya guys! maaf juga karena lama ngenextnya.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA (bagi yg menjalankannya) :)))))
follow twitter aku yaaa... (at)IisTazkiatii2
add facebook aku juga Iis Tazkiati N
like fanpage fb aku juga Book's Slide
aku banyak permintaannya yaaa... di maafin ya. kan bulan puasa :D :D :D :D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top