Bagian Satu
Budayakan Vote dan Komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suasana restoran nampak begitu ramai karena ini memang jam makan siang. Hampir semua kursi terisi. Beberapa ada yang sudah menikmati makanan mereka namun beberapa juga ada yang masih menunggu makanan mereka yang belum datang. Di sebelah pojok restoran, sepasang makhluk tuhan sedang duduk berhadapan. Sang perempuan nampak menunduk dan pundaknya bergetar karena tangisnya. Sedangkan laki-laki di depannya nampak melengos tidak peduli dengan tangis menyayat hati dari perempuan itu. Siapa pun yang memperhatikan mereka pasti setuju jika mereka sedang bertengkar.
"Bagaimana kamu bisa melakukan semua ini kepadaku?" tanya perempuan yang bernama Kinara itu.
Sebuah cincin emas tergeletak di atas meja. Mata Kinara memandang cincin itu dengan pandangan sakit. Dia tidak percaya jika cincin yang dua bulan lalu dia sematkan dijari kekasihnya akan dilepas begitu saja. Kinara tidak pernah membayangkan hari ini akan tiba.
"Karna aku tidak mencintaimu lagi." Kata lelaki yang ada di hadapan Kinara itu. Lelaki yang tak lain adalah tunangannya sendiri. Sebulan lagi mereka akan melangsungkan pernikahan, namun rencana itu akan gagal karena tunangannya memutuskan untuk putus.
"Kita akan menikah, jadi, mana mungkin kamu tidak mencintaiku lagi?" tanya Kinara dengan sedih.
"Lupakan rencana pernikahan bodoh itu. Aku tidak akan pernah menikah dengan kamu." Jawab Rio dengan kejam.
"Kamu tidak bisa meninggalkan aku seperti ini." Kata Kinara dengan air mata yang terus mengalir.
"Kenapa tidak bisa? Kita baru bertunangan belum menjadi pasangan suami istri. Bahkan mereka yang sudah menikah banyak yang berpisah, jadi tidak ada larangan untuk pisah dari sebuah hubungan." Jawab Rio tanpa memikirkan perasaan Kinara.
"Lagi pula kamu sudah tidak punya apa-apa lagi. Keluarga kamu sudah bangkrut, harta kalian sudah musnah. Kamu tidak pantas menjadi milikku, jika aku terus berhubungan denganmu, kamu hanya akan menjadi benalu bagiku." Kata Rio dengan tajam.
Kinara mengepalkan tangannya. Hatinya begitu sakit mendengar ucapan yang keluar dari mulut Rio. Matanya semakin panas dan semakin deras mengeluarkan air mata. Emosi tersulut ketika mendengar ucapan yang merendahkannya. Kinara tidak menyangka jika lelaki yang dicintainya begitu tega berkata seperti itu. Dia tidak pernah mengira jika Rio mau dengannya ketika dia masih kaya dan memiliki segalanya. Kini, ketika keluarganya terpuruk, Rio membuangnya seperti sebuah kuman yang tak pantas untuk disentuh.
"Laki-laki jahat. Aku tidak sudi berhubungan denganmu lagi." Kata Kinara dengan tajam.
"Aku juga tidak sudi berhubungan denganmu lagi." Kata Rio sambil tertawa keras.
"Kamu lihat saja, Allah akan segera membalas semua kejahatan kamu." Kata Kinara. Setelah itu dia meninggalkan Rio yang masih menertawakannya.
Kinara masuk ke dalam taksi yang kebetulan lewat di depan kafe. Matanya masih mengeluarkan air mata. Dia memandang ke arah luar jendela. Tidak sengaja taksi yang ditumpanginya melewati perusahaan milik keluarganya dulu. Ya, dulu keluarganya memiliki perusahaan besar yang bergerak dibidang ditributor pangan. Keluarganya juga memiliki pabrik besar yang memiliki banyak cabang hampir di seluruh Indonesia. Namun, sekarang semuanya sudah musnah. Keluarganya sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Kinara beruntung, karena walaupun hartanya musnah setidaknya dia tidak lagi memikirkan hutang yang besar.
Mobil biru itu berhenti di depan rumah sederhana yang catnya sudah mulai pudar. Pintu kayu yang sudah usang itu tertutup rapat. Inilah tempat tinggal Kinara yang baru. Setelah keluarganya bangkrut, hanya rumah kecil itu yang mampu mereka sewa. Jangankan memikirkan tempat tinggal yang nyaman, untuk menyambung hidup saja mereka harus memikirkannya dengan keras.
Kinara melangkahkan kakinya ke rumah kecil itu. Dia membuka pintu rumah dengan perlahan. Tangannya menyingkap kelambu yang menjadi pintu kamar yang ditempati oleh orang tuanya. Papanya sedang berbaring lemah di atas ranjang sedangkan Mamanya duduk di pinggir ranjang sambil memijat kaki suaminya. Hidup mereka yang biasanya bergelimang harta, kini terlihat begitu menyedihkan.
"Kau sudah pulang?" tanya Arum pelan ketika matanya menangkap sosok anaknya yang sedang berdiri mematung di depan kamar.
"Iya." Jawab Kinara singkat sambil menganggukkan kepalanya.
Kinara masuk ke dalam kamar itu. Dia menarik kursi kayu dan duduk di dekat orang tuanya. Tangannya terulur menyentuh kening Papanya. Terasa panas, bahkan sangat panas. Sejak kebangkrutan itu, Papanya begitu syok dan langsung jatuh sakit. Hingga sekarang dia belum pulih. Sedangkan Kinara dan Mamanya tidak memiliki biaya untuk merawat Papanya di rumah sakit. Bahkan untuk menebus obat Papanya, Kinara hanya mampu menebusnya setengah saja.
"Kinara akan bekerja keras agar kita bisa keluar dari kesengsaraan ini." Kata Kinara lirih. Dia mencoba menyunggingkan senyum agar orang tuanya tidak terlalu memikirkan hidup susah yang menimpa mereka.
"Apa kamu sudah mendapat pekerjaan?" tanya Arum pelan.
"Sudah. Besok Kinara akan mulai bekerja." Jawab Kinara dengan semangat.
"Syukurlah." Kata Yanto pelan. Badannya begitu lemah, dia hanya bisa berbaring di tempat tidur.
Kinara tersenyum. Matanya terasa panas, dia ingin sekali menangis saat ini juga. Dia ingin bercerita kepada kedua orang tuanya kalau dia baru saja dicampakkan. Tapi dia mengurungkan niat itu. Dia tidak ingin menambah beban untuk kedua orang tuanya. Sudah cukup kemiskinan yang menimpa mereka yang memenuhi isi kepala orang tuanya. Dia tidak boleh menambah beban dengan merengek jika dia baru saja dicampakkan. Kinara sadar jika dia tidak lagi anak kecil yang harus selalu bergantung pada orang tua, terlebih pada kondisinya saat ini. Dia akan mencoba melewati takdir pahitnya seorang diri.
***
Kinara duduk dibalik meja yang penuh dengan kertas-kertas berisi laporan perusahaan. Tangannya dengan lincah menari-nari di atas keyboard dengan mata yang menatap dokumen yang ada di samping kanannya. Dia begitu fokus pada pekerjaannya saja. Kinara benar-benar bekerja dengan keras. Dia sadar jika dia bukan lagi anak konglomerat yang bisa santai dan uang akan datang dengan sendirinya tanpa dia harus mengeluarkan tenaga untuk bekerja.
"Kamu nggak istirahat dulu? In udah jam makan siang loh." Kata salah satu teman Kinara yang meja kerjanya di samping kanan Kinara.
"Kamu duluan aja deh." Jawab Kinara sambil menyunggingkan senyumnya.
"Ya sudah, aku duluan ya. Kamu jangan lupa makan!" Kata Sinta, teman kantor Kinara itu.
"Iya," Jawab Kinara sambil menganggukkan kepala.
Kinara mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tasnya. Dia sengaja tidak makan siang karena dia tidak ingin menambah pengeluaran. Kinara pikir dia bisa menahan rasa laparnya dengan minum air mineral yang dia bawa tadi. Dia akan mengisi perutnya ketika sampai di rumah nanti.
Kinara meneguk air mineral hingga tersisa setengah botol. Setelah itu dia kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak peduli ketika semua teman kantornya keluar untuk makan siang. Dia akan tetap melanjutkan pekerjaannya.
Kinara mencoba tersenyum ketika dia ingat kebiasaannya jam segini keluar jalan-jalan dengan temannya. Dengan sesuka hatinya dia menghabiskan uang untuk memanjakan diri di salon. Namun kini, dia tidak akan bisa melakukan hal itu lagi. Bahkan memikirkannya saja dia sudah tidak bisa. Perekonomian keluarganya yang sedang memburuk membuatnya harus bekerja keras untuk menopang hidup kedua orang tuanya. Kinara pikir, setelah kebangkrutan orang tuanya, dia masih bisa mengandalkan tunangannya yang sangat dia cintai itu. Tapi nyatanya, laki-laki itu tidak mau menerima keadaannya yang sedang hancur seperti ini. Kini Kinara sadar jika Rio hanya memanfaatkan kekayaan keluarganya. Rio gengsi memiliki hubungan dengannya ketika dia jatuh miskin. Kinara bertekad, setelah ini dia akan hati-hati mencari lelaki untuk mendampinginya. Namun untuk saat ini hanya uang yang ada di dalam kepalanya. Dia tidak memikirkan hal lain selain uang untuk menyambung hidupnya dan hidup keluarganya. Walaupun berat, Kinara tetap sabar menjalani ujian yang Allah berikan kepadanya. Kinara sadar bahwa kehidupan tidak selalu bisa berada di atas namun ada saatnya berada di bawah. Seperti naik bianglala, ketika dia berada di atas maka semuanya akan terlihat begitu indah, namun ketika dia berada di bawah yang terasa hanya kesedihan. Dan kini Kinara sedang merasakan sakitnya menjadi orang tidak punya.
================================
Bojonegoro, 03 Juli 2020
Selamat malam .... Author kembali dengan cerita baru. Cerita ini akan memiliki konflik yang berat. Author harap kalian suka dengan cerita ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top