dua belas
Yang Sasuke tahu ada banyak hal yang bisa membuatnya berpikir lebih keras untuk mencerna baik-baik dan di mengerti dengan benar.
Dan yang Sasuke tak tahu bahwa hanya sedikit yang lolos dari prediksi kepandaiannya sebagai seorang Uchiha.
Bukan sedikit, barangkali hanya satu. Satu saja yang hampir membuatnya berpikir lebih keras dan hasilnya masih abu-abu tak meyakinkan.
Uchiha bungsu itu tahu bahwa ini adalah takdirnya dari Kamisama. Sebagai manusia yang taat kepada Dewa, dia hanya bisa menerima takdir itu dan menyetirnya kearah yang lebih dapat diterima akal sehat.
Bagaimana dengan Naruto? Bagaimana dengan kawannya yang keras kepala ingin memuntir takdir hingga berkebalikan dengan yang diharuskan? Bagaimana Naruto akan mengecoh takdir dengan caranya sendiri?
Setelah mendengar kisah Naruto yang telah lama diramalkan oleh cenayang terdahulu, Sasuke meyakini dirinya memang benar-benar Kengyu yang di takdirkan menjadi pasangan Shokujo. Hikobushi dan Orihime dalam nama lain.
Namun setelah melihat gelagat Naruto yang tidak bisa menerima jika dirinya di takdirkan sebagai reinkarnasi seorang Dewi, Sasuke yang merupakan pasangan dari Dewi tersebut jelas merasa kecewa. Barangkali yang terbaik untuknya saat ini adalah menjadi penjaga Naruto.
Melihat Naruto terlelap di sampingnya, yang bisa Sasuke lakukan hanya menyelimutinya dengan jubah yang ia bawa. Tidak mau Naruto merasa kedinginan.
Berbeda dengan Sasuke, Naruto yang sudah tahu jalan takdirnya merasa terbebani dengan kehadiran Sasuke. Bagaimanapun juga ia tahu bahwa Kengyu atau Hikobushi yang mencarinya sudah ada didekatnya.
Sekuat apapun ia memungkiri bahwa bukan Sasuke manusia yang dimaksud, ia tak mungkin mengabaikan segala petunjuk dan arahan yang telah ia dapatkan selama ini.
Naruto tahu bahwa dirinya adalah Orihime, dan Sasuke adalah Hikobushi-nya namun ia tak ingin mengakui semua itu demi kebaikan mereka. Bisakah ia bersikap egosentris untuk kali ini.
"Naruto, kamu sudah bangun?" Sasuke disampingnya, memasang senyum yang hanya bisa dilihat oleh Naruto.
Pemuda Uzumaki itu mengerjapkan mata, lalu menguap kecil. Bangkit terduduk, menatap sahabat lelakinya yang masih setia disana, menungguinya.
"Kamu tidak tidur, Sasuke?" samar-samar Naruto melihat kantung hitam di pelupuk mata sang raven.
Sasuke menggeleng menjawabnya. Lalu bangkit berdiri.
"Sudah pagi, sebaiknya kita lanjutkan perjalanan." Sasuke mendesah pendek, ia menyelipkan dengan rapi Kusanagi di belakang pinggangnya sementara Naruto membereskan buntalan bawaan Sasuke dan membawanya.
"Sedikit aneh, kenapa Dewan tidak mengejarku sampai kesini?" Naruto menggaruk kepala, tidak mengerti kenapa ia malah seperti berharap ada pihak menara yang mengejarnya.
"Kamu sengaja kabur sebab ingin dikejar, dobe?"
"Bukan begitu," tukas Naruto, "aneh saja, saat di menara aku di kurung dan di jaga ketat oleh mereka. Kenapa saat aku kabur tidak ada yang mengejarku. Aneh, bukan?"
"Hn," Sasuke tidak menanggapi secara serius ucapan sahabat yang sebenarnya merupakan takdir cintanya.
Pikirannya kembali pada pertanyaan, bagaimana jika Naruto tahu bahwa Kengyu adalah Sasuke, bahwa Sasuke adalah reinkarnasi dari Hikobushi yang sedang mencari Orihime. Shokujo. Naruto.
"Ngomong-ngomong, Naruto," Sasuke berbalik cepat, hampir menubruk hidung Naruto dengan gagang kusanagi-nya. "Apa kamu pernah kabur dari menara sebelum ini?" Sasuke masih penasaran dengan sosok mirip Naruto yang ditemuinya tempo hari.
"Uhm," sejenak Naruto berpikir, "itu pasti perbuatan Kyuubi."
"Kyuubi?"
"Ya," tiba-tiba Naruto teringat sesuatu, "utusan Raja Langit untuk menjagaku selama ini." jari lentik menggaruki helaian pirang.
"Benarkah? Bagaimana makhluk itu bisa keluar-masuk dengan mudah dari menara?"
Naruto ikut berpikir, itu juga yang jadi pertanyaannya selama ini. Pernah beberapa kali Kyuubi mengambil kesadarannya dan keluar dari menara dengan mudah. Tapi Naruto tidak tahu kenapa tiap kali ia sadar selalu terbangun di kamar menara lagi.
Sasuke memerhatikan wajah Naruto. Ah, jadi ini alasannya kenapa yang waktu itu ia lihat Naruto bermata merah. Rupanya Naruto sedang dirasuki makhluk utusan dari langit.
"Ada yang kamu tinggalkan waktu itu," kata Sasuke. Telunjuk putih menunjuk buntalan di tangan Naruto, "kain dengan sulaman bulan dan matahari."
Tidak terlihat terkejut Naruto menurunkan pandangam kearah buntalan yang di bawanya. Membongkarnya dengan satu tangan dan mendapatkan sehelai kain hitam dari sana.
"Ini memang buatanku," ucap Naruto pada akhirnya, "kubuat di sela-sela rasa bosan sewaktu tinggal di menara."
"Hm," Sasuke bergumam lirih, "kurasa aku mengingat sesuatu saat itu, dobe." si raven kini memicingkan mata.
"Huh?"
"Kamu memanggilku dengan sebutan lain waktu itu."
Naruto melangkah mendekati Sasuke yang masih menatapnya tajam.
"Kamu menyebut Hikobushi saat melihatku, Naruto."
Jeda.
Keduanya diam. Suara alam seperti melatari kebisuan mereka walau sesaat. Dua pasang manik berbeda saling menatap untuk waktu lama, sebelum Naruto memutus kontak dengan canggung.
"M-Mungkin kamu salah dengar. Haha." efek kabur dari menara, Naruto sering tertawa hambar belakangan ini.
Sasuke tak merespon lebih, matanya tetap awas menyipit kearah si pirang yang bergerak gelisah di sampingnya.
"Ketimbang kamu menanyakan hal itu, kenapa kamu tidak membawaku pergi waktu itu, Sasuke?" gantian Naruto sekarang yang memasang wajah serius-yang dibuat-buat.
"Hn," Sasuke berbalik memunggungi si pirang, "kamu pergi begitu saja saat melihatku, dobe. Bahkan kamu meninggalkan kain itu tanpa sadar, bukan."
Naruto tidak tahu apa yang tengah dirasakannya sekarang. Jantungnya berdentum pelan. Giliran si pirang yang kini merasa gusar pada kenyataan yang ada.
Bagaimana jika Sasuke menyadari jika dirinya adalah Hikobushi. Bagaimana takdir bisa bergerak secepat ini.
"Dobe?" Sasuke berbalik lagi, mendapati sahabatnya masih menunduk dalam. "Ada apa?" tanya Sasuke sedikit mendekat kearah Naruto.
"S-Sasuke, kamu yakin dengan apa yang kamu dengar waktu itu?" Naruto mendongakan wajah dengan sorot mata tak tertebak. Mungkinkan Naruto akan pergi setelah ini. "A-Aku---"
"Becanda." ucap Sasuke pelan, tangannya terulur menggusak surai pirang kawannya. "Aku tak sehebat itu untuk bisa menjadi pasangan seorang Dewi, bukan." senyumnya terkembang tulus, Sasuke kembali melanjutkan perjalanan tanpa menoleh lagi pada Naruto.
Dalam hati Naruto berucap syukur. Syukur kalau Sasuke tidak menyadari apapun yang berkaitan dengan ramalan ini.
Mereka berjalan beriringan, Naruto masih tidak mau melangkah menyejajari Sasuke. Pemuda Uzumaki itu tidak mau memperlihatkan wajah sendunya di depan Sasuke. Tapi sebaliknya Sasuke malah membalikan badan ingin melihat wajah bergaris mirip kumis kucing itu lebih lama lagi.
"Kamu bilang, Kyuu--siapa tadi yang menjagamu selama ini? Kenapa tak minta bantuan dia saja sekarang?" Sasuke berhenti didepan Naruto.
Suasana yang canggung berubah seketika saat Naruto mendongak dan membuat wajah jelek yang lucu.
"Haah, sebaikanya jangan terlalu berharap pada makhluk itu, Sasuke." sambil merengut Naruto berjalan mendului Sasuke, melewati pemuda raven itu tanpa menolehnya.
"Kenapa, makhluk itu adalah utusan langit, kurasa kekuatannya juga hampir menyamai Dewa. Harusnya kamu banyak berharap padanya." sembari menyamai langkah Naruto, Sasuke mengungkapkan pendapatnya.
Sasuke pikir tak ada salahnya meminta bantuan pada makhluk dewa yang tugasnya memang menjaga Naruto selama ini. Kenapa Naruto malah berpikir sebaliknya.
"Pada mimpiku yang terakhir di menara, Kyuubi akan menghilang dengan sendirinya saat ada wadah yang cocok dengan yang diinginkannya," Naruto menghela nafas, Sasuke di sebelahnya mendengarkan, "wadah itu akan dia dapatkan saat usiaku mencapai dewasa dan bisa menjaga diriku sendiri." kali ini langkah Naruto terhenti. Sasuke menatapnya dalam diam.
"Saat kamu bertemu dia di hutan, mungkin itu terakhir kalinya ia ada untuk menjagaku." Naruto menerawang sejenak.
Ingatannya kembali pada waktu beberapa hari lalu. Kyuubi yang datang tanpa di undang itu, keluar dari tubuh Naruto dengan wujud bayangan jingga. Saat itu suaranya terdengar menasehati.
"Kau sudah dewasa mulai hari ini. Tugasku sudah selesai sebab aku sudah merasakan wadah yang cocok untukku."
Lalu bayangan itu melesat meninggalkan Naruto sebelum berhasil menginterupsi apapun. Sejak hari itu Naruto sendirian dan para Dewan menyadari hal itu. Diam-diam mereka menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan niat buruknya pada Naruto sebelum Naruto kabur dari sana kemarin siang.
"..dobe!"
"Huh?" Naruto celingukan, lamunannya buyar saat Sasuke menyentuh pundaknya dengan keras.
"Kupanggil dari tadi, kamu melamun?" Sasuke mengedikan dagu, "kamu lihat yang di depan sana?"
Naruto menoleh, melihat pada apa yang di tunjuk Sasuke dengan dagunya.
Sebuah pohon besar.
"Pohon?"
"Hn," Sasuke bergumam pelan, lalu mendekati pohon besar di sana.
Mata onyks Sasuke memicing melihat pohon itu. Sepertinya pohon ini berbeda dengan kebanyakan pohon yang tumbuh di hutan ini. Selain bentuknya yang tak biasa, ukurannya juga terbilang lebih besar dari yang lainnya. Hanya saja pohon ini berwarna sama dengan yang lainnya. Tidak ada tanda-tanda bahwa ini adalah pohon yang dicari Sasuke.
"Apakah ini pohon yang kamu cari, teme?" Naruto mendekati sambil menunjuk pucuk pohonnya.
"Hn," Sasuke melihat bolak balik dari pucuk ke akar, terus begitu tanpa menyadari Naruto yang bergerak pelan ke arah pohon itu.
"Besar sekali," Naruto membentangkan kedua tangannya didepan pohon itu, "dan hangat." lanjutnya sembari memeluk batang pohon itu dengan gemas.
"Naruto, awas!"
Naruto menoleh saat Sasuke hampir menariknya dari sana, namun terlambat, pemuda pirang itu sudah dilingkupi perisai cahaya merah bersama pohonnya. Sasuke terkejut, namun tak dapat menembus dinding itu.
"Naruto!?" Sasuke memasang kuda-kuda hampir menarik kusanagi, jika tak ingat pada yang dikatakan sosok mirip dirinya perihal tak boleh mencabut senjata apapun yang terjadi.
"Naruto!?" kusanagi hanya berakhir di pegang dengan erat, matanya tajam mencari celah untuk mengeluarkan sahabatnya dari perisai merah itu.
"Naruto! Kamu mendengarku?" si raven berseru tak sabar, kenapa tak ada suara dari balik perisai ini. Dengan hati-hati Sasuke mengitari pohon besar itu. Sial, tak ada sedikitpun celah untuk melihat keberadaan kawannya.
"Naruto!!"
"Sasuke?"
Sangat cepat, Sasuke membalikan tubuh ke arah suara, lalu bergeming.
"Kamu sedang apa?" Naruto berdiri di sana, berjalan pelan ke arahnya dengan wajah bingung melihat Sasuke.
Sasuke tak bisa berkata-kata. Apakah ini ilusi? Kenapa sangat nyata.
"Pohon itu---"
Sasuke menengok pada arah yang di tunjuk Naruto. Tepat di belakangnya. Tempat berdirinya pohon itu dengan kokoh dan---
"Pohonnya mengeluarkan cahaya," kata Naruto, "inikah yang kamu cari, Sasuke?"
Sasuke tergugu. Ilusi ini---
"Aku menemukannya," Sasuke bergumam pelan, sambil menyentuh secara mengambang cahaya merah berangsur oranye yang menyelimuti pohon itu.
Sasuke semakin mengerti kemana kisah ini akan membawanya. Ia paham pada semua kebetulan yang terjadi belakangan ini.
Jika Kyuubi yang makhluk dewa mencari wadah untuk keluar dari tubuh Naruto, mungkinkah ini tujuan pendeta suci dalam mimpi Sasuke yang menyuruhnya membuat patung seorang Dewi?
Untuk wadah Orihime?
Sasuke menyeringai tampan membelakangi Naruto.
*
*
*
Sehari sudah Itachi di desa Omi, dia tidak membawa apapun selain sebilah pedang dan patung kecil pemberian adiknya sebagai teman perjalanan.
Hari ini sang pembuat pedang menginjakan kakinya di lobi penginapan yang ia sewa sejak kemarin. Itachi baru saja kembali dari luar untuk membeli beberapa tusuk dango.
Uchiha sulung itu berjalan kalem menuju kamarnya di tingkat dua. Ia bertemu dan menyalami seorang nenek yang tampaknya baru saja akan meninggalkan kamar sewaan.
"Kau akan mendapat sesuatu yang bagus, anak muda." si nenek menengok susah payah sebab badannya yang sudah membungkuk.
Itachi mengernyitkan dahi mendengarnya, tidak ada siapapun di lorong itu. Hanya dirinya, apakah si nenek berbicara padanya?
Saat Itachi ingin bertanya lebih banyak, nenek itu sudah melanjutkan kembali perjalanannya dengan langkah yang tertatih.
"Aminkan saja," Itachi berujar pelan, mengingat si nenek bicara tentang sesuatu yang bagus. Walau bukan untuk dirinya, mengaminkan sesuatu yang bagus itu tidak salah kan.
Pemuda berambut panjang itu berhenti di depan kamarnya. Merogoh saku kimono mencari kunci pintu.
Setelah bunyi klik satu kali, pintu di buka dari luar. Itachi masuk ke dalamnya sambil bersiul. Ia berniat menyimpan belanjaan pada meja di dekat jendela saat telinganya menangkap suara lain dari kamar kosongnya.
Apakah pencuri?
Itachi memicingkan mata, bergerak sangat pelan untuk menyibak tirai penutup ranjang.
Tirai tersibak. Itachi membolakan mata.
Dia yakin tak membawa atau meninggalkan apapun dalam kamarnya saat pergi tadi.
"Siapa kau?" sang Uchiha bersuara dalam membuat seseorang yang tiba-tiba ada di sana membalikan tubuhnya sambil memasang kuda-kuda.
Mata Itachi makin membola. Pipinya merona hangat saat melihat pemandangan di hadapannya.
Sosok asing berambut merah panjang tanpa busana melotot horor padanya.
***
Bersambung,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top