delapan

Legenda mengatakan jika perayaan Tanabata atau Shichiseki yang selalu dirayakan oleh warga kerajaan adalah legenda dari kehidupan pasangan Hikobushi dan Orihime. Hikobushi yang seorang manusia menikahi Orihime yang anak Raja Langit.

Warga luput mengenang nama lain yang melegenda dengan kisah yang sama dengan Hikobushi dan Orihime.

Adalah Kengyu dan Shokujo.

Pasangan manusia dan dewi yang sama-sama harus dipisahkan cintanya seperti kisah Hikobushi dan Orihime.

Seperti pengulangan cerita, kisah mereka terus diulangi dari waktu ke waktu. Sejak lama, menurut para peramal terdahulu, kisah ini akan terus berulang setiap tujuh tahun sekali.

Kekuatan langit seperti mencari calon-calon yang pantas untuk dapat memerankan kisah Kengyu dan Shokujo dalam kehidupan nyata.

Di Konoha sendiri sepertinya telah terjadi beberapa kisah yang sama dengan legenda tersebut pada kehidupan nyata.

Tujuh tahun lalu adalah kejadian nyata dari kisah Kengyu dan Shokujo di Konoha. Terjadi pada pasangan yang tidak direstui oleh kerajaan. Hatake Kakashi dan Uchiha Obito, menjadi pengulang kisah legenda itu tujuh tahun terakhir.

Saat itu, Kakashi yang seorang Ronin harus jatuh hati pada sahabatnya sendiri yang seorang lelaki yang telah beristri dari desa pembuat pedang, Uchiha Obito namanya. Yang sudah menikahi perempuan cantik bernama Rin.

Rin adalah puteri Daimyo waktu itu, sementara Obito yang hanya pembuat senjata bagi keluarga Rin, sangat beruntung bisa mendapatkan hati puteri secantik Rin.

Mereka menikah setelah Obito menyadari perasaan si ronin Kakashi padanya. Obito terus memikirkan hal itu hingga ia lupa jika ia telah beristri. Kakashi dan Obito melakukan hubungan terlarang saat itu, dan menjadi bulan-bulanan warga saat mereka tertangkap basah sedang bersama disebuah hutan.

Rin marah besar, memaki dan mengutuk mereka hingga menyewa pembunuh bayaran untuk melenyapkan sang ronin. Nahas, bukan Kakashi yang saat itu terbunuh. Obito rela menukar nyawa dengan sang kekasih gelap malam itu. Hingga ia yang tewas seketika pada waktu itu menggantikan Kakashi.

Kakashi yang ditinggalkan mengalami kesakitan luar biasa pada batin dan hatinya. Apalagi saat dengan kejamnya, Daimyo Ayah dari perempuan itu meminta Kakashi bertanggung jawab untuk menggantikan Obito menjadi suami Rin.

Orang tua Rin sengaja mengangkat kembali Kakashi menjadi seorang samurai, mengembalikan kehidupan yang layak bagi Kakashi. Dengan syarat Kakashi harus mengabdi pada Daimyo orang tua Rin dan menikahi janda Obito.

Tidak tahan dengan segala hujatan dan cacian yang selalu diberikan padanya, Kakashi kalap hingga tak sengaja membunuh Rin yang baru sehari diperistrinya saat itu.

Kejadian itu membuat geger warga Konoha. Daimyo keluarga Rin mengutuk perbuatan si samurai Hatake. Akhirnya, Kakashi diasingkan pada sebuah pulau tak berpenghuni jauh dari kerajaan manapun. Konoha diharamkan menyebut namanya hingga hari ini.

------------

Awalnya, Sasuke tidak mendapatkan apapun dari keluarganya saat ditanyai segala hal yang berkaitan dengan peramal atau seseorang bernama Kengyu dari masa lampau.

Namun, Uchiha Itachi-sang kakak-rupanya mulai paham pada beberapa hal yang dialami adik semata wayanganya.

Dengan pengetahunnya, ia mulai mencari beberapa info dari buku-buku usang yang bertumpuk disebuah ruangan tak terpakai didalam rumahnya.

Maka didapatlah buku itu. Buku yang mengisahkan cerita sepupu jauhnya, Uchiha Obito.

Itachi, membaca buku itu bersama Sasuke. Dan memutuskan mencari tahu lebih dahulu kedesa Omi untuk mendapatkan info lebih banyak dari desa tempat tinggal perempuan bernama Rin tujuh tahun yang lalu itu.

.

"Hanya ada sedikit petunjuk dibuku ini, ototou." Itachi menyimpan buku itu ditempatnya semula.

Pemuda dengan gurat mirip keriput halus yang melintang diwajahnya itu melangkah mendekati adik bungsunya yang tengah bersiap membenahi barang-barang yang akan dibawanya pagi nanti.

"Beruntung aku mendapatkan informasi ini. Setidaknya aku tahu siapa itu Kengyu dimasa lalu." suara pelan Sasuke terdengar jelas ditelinga si sulung.

"Aku akan mencari tahu lebih banyak lagi, Aniki." Sasuke menghentikan kegiatannya, lalu mendesah panjang. "Aku penasaran." katanya.

Itachi lebih mendekat pada tempat duduk adiknya, lalu duduk disana bersama sang adik. Sejenak mereka bertukar tatap.

"Jika benar ada suatu hubungan antara aku dan Naruto," Sasuke mendesah lagi, agak pendek kali ini. "tak akan segan akan kuambil dia dari menara terkutuk itu." tangan Sasuke tidak terkepal, pun tulang rahangnya tidak mengeras, namun Itachi dapat menangkap kesungguhan dalam ucapan adiknya itu lewat tatapan tajam dan aura hitam Sasuke barusan.

Itachi berdeham pelan. Menengokan kepalanya pada Sasuke. Lalu mengangguk kecil.

"Aku akan membantu sebisaku." ujar si sulung sembari berdiri dan meninggalkan tempat duduknya. "Pergilah kedesa Omi subuh nanti, aku akan menyusul setelah memberitahu pada Ayah dan Ibu." Itachi menoleh sejenak pada Sasuke.

"Aku harus memikirkan alasan yang cukup bagus untuk Ayah jika mereka bertanya tentang kepergianmu." pemuda berambut sedikit panjang itu terlihat menggelengkan kepala lalu keluar dari ruangan itu meninggalkan Sasuke sendirian.

Uchiha Sasuke berdiam diri sepeninggal kakaknya. Bukan hanya Itachi yang harus memikirkan alasan itu. Dirinya apalagi, dia harus memikirkan banyak hal untuk menyelesaikan misi pribadi ini.

Termasuk memikirkan bagaimana keadaan sahabat pirangnya sekarang ini.

"Naruto..."

*

*

*

Pada keremangan sepertiga malam, langkah Sasuke sedikitpun tidak terseok dipengaruhi minimnya cahaya. Ia menajamkan segala inderanya untuk bisa menggeluti kegelapan dan tetap berjalan pada jalur yang benar untuk tiba didesa tujuannya tepat waktu.

Ini sudah masuk waktu subuh. Barangkali sebentar lagi akan muncul matahari diufuk timur dan gelap perlahan menghilang digantikan cahaya hangat dari sang mentari.

Sasuke berjalan dengan hati-hati, mulutnya dibuat bungkam untuk sedikit menghemat oksigen dalam tubuhnya.

Ia sudah berpakaian lengkap. Membawa beberapa ganti pakaian, dan barang-barang yang mungkin nanti akan dibutuhkannya. Termasuk sebuah benda yang terselip pada ban pinggangnya.

Sebuah pedang.

Pedang spesial yang pernah ia buat dulu, saat dirinya masih kanak-kanak dan untuk pertama kalinya diajari membuat pedang oleh sang Ayah. Pedang itu telah dibuat ulang oleh kakaknya, Itachi, dan menjadi pedang paling istimewa diantara semua pedang buatan Uchiha dari waktu ke waktu.

Namanya Kusanagi.

Sebuah pedang unik yang ditempa dari bahan langka, dan pembuatannya memakan waktu hingga bertahun-tahun.

Kini Sasuke memilikinya. Sudah ia sarungkan dengan benar dan diselipkan dengan baik pula dibelakang tubuhnya. Untuk jaga-jaga diperjalanan. Siapa tahu Sasuke bertemu bandit yang sedang turun gunung atau keluar hutan.

Seperti kata kakaknya sebelum ia melepas Sasuke tadi subuh.

"Bawalah Kusanagi bersamamu, siapa tahu kau mendapat gangguan pada perjalananmu nanti." Itachi berucap sambil menepuk kepala adiknya, walau khawatir adiknya akan pergi pada subuh buta begini, namun ia yakin Sasuke tidak sepenuhnya hanya bisa memahat patung saja.

Kakak-beradik itu bahkan sudah belajar seni beladiri sejak mereka kecil. Kemampuan berpedang mereka dianggap mumpuni hingga mereka lulus lebih awal dari dojo tempat mereka belajar beladiri.

Sasuke mengusap sayang gagang kusanagi di belakang tubuhnya. Selain sebilah pedang, ia hanya membawa satu buntal kecil bawaan ditangan lainnya.

Sudah separuh perjalanan, pemuda raven itu mendongakan kepala. Memotong jalan melewati sisi lain hutan setelah menyebrangi sungai kering rasanya lebih baik ketimbang harus memutari hutan itu untuk sampai didesa tujuannya.

Langit berwarna api. Subuh menjelang pagi, matahari seakan menampakan cahaya lain yang dimilikinya kali ini. Seperti aurora yang berkibar berwarna indah pada musim dingin, langit pagi ini tampak indah dengan degradasi warna-warna yang menyala.

Merah, lalu jingga.

Sasuke terus berjalan sambil mendongak hingga tak sadar kakinya melangkah sedikit masuk kedalam hutan itu menjauhi sungai yang jadi alur tepat perjalanannya.

Langkahnya terhenti saat pendengarannya seperti menangkap sesuatu yang tidak biasa dalam hutan ini.

Sasuke menurunkan pandangan. Tatapannya jatuh pada sebuah benda asing yang menggantung pada ranting pohon hinoki.

Sebuah kain.

Mengacu pada pikiran logisnya. Tidak mungkin ada kain didalam hutan jika tak ada pemiliknya. Dan meyakinkan diri bahwa pemilik kain ini bukanlah binatang penghuni hutan. Pasti manusia.

Dengan langkah kecil dan hati-hati, kaki Sasuke bergerak mendekati benda tersebut. Mata arangnya awas mengawasi, sementara tangannya sigap dipegangan pedang bersiaga jika ada hal buruk yang harus terjadi.

Beberapa hasta menuju kain cantik yang digantung itu, Sasuke berhenti.

Manik obsidian miliknya menangkap pergerakan dari balik semak dan pohon sugi tak jauh dari tempat kain itu.

Uchiha Sasuke kembali menghentikan pergerakannya, yang kali ini total berhenti. Membeku. Sebab suatu hal.

Dalam pengelihatan awamnya, dia melihat sesosok manusia lain dalam hutan ini.

Sosok maskulin tegap, muskularitas punggung lebar yang baru saja ditutup kimono sutera berwarna hitam mengkilap.

Sasuke hampir terkesiap saat mata merah dari sosok tersebut menciduknya dalam waktu cepat.

"Kau..."

"Hikobushi..."

Arakan awan kelabu dilangit merah pagi ini berganti cerah saat sinar mentari telah benar-benar keluar dari peraduannya.

Dua pemuda didalam hutan itu mendongak bersamaan.

Uchiha Sasuke yang pertama menjatuhkan pandangan pada pemuda yang berdiri beberapa hasta didepannya. Mata amber itu tak lagi menatapnya, kembali punggung kokoh berbalut sutera hitam yang terlihat oleh mata arang si Uchiha bungsu.

"Tunggu..!"

Saat langit benar-benar berwarna biru cerah tanpa awan yang berarak, saat itulah Sasuke kehilangan jejak sosok yang tadi sempat ditemuinya.

"Ini mustahil..."

Sasuke berusaha mengejar sosok tadi. Sia-sia karena dalam hutan tak ada batasan waktu. Gelap pada waktu malam dan rimbun pekat diwaktu siang. Sasuke tersesat. Disesatkan oleh keinginannya yang tak terbendung menyerupai nafsu.

Belum lagi disesatkan oleh pikirannya sendiri yang berputar-putar pada kejadian tadi hingga ia terus-terusan kembali ke tempat semula ia bertemu sosok paling ingin ditemuinya itu.

Kain cantik yang menggantung berkibar ditiup angin pagi. Bunyinya nyaring hingga dapat menyadarkan Sasuke dari ilusi yang tengah dialaminya.

Matanya mengerjap cepat.

"Naruto..." lirih, ia menarik selembar kain itu dari ranting pohon, "benarkah kau Naruto...?"

Pertanyaannya mengambang diudara. Tak ada yang menjawabnya walau hanya sedesir angin hutan. Segalanya bisu. Diam. Hening tak berjeda ketika Sasuke mendapatkan banyak sekali pertanyaan dalam benaknya.

Benarkah sosok manusia yang baru saja ditemuinya itu adalah Naruto?

Benarkah manusia dengan ciri-ciri yang sangat dikenalnya itu adalah sahabatnya Naruto?

Lalu, sejak kapan Naruto memiliki iris mata berwarna merah bak batu ruby?

------------

Bersambung,

A.n:

Bagian ini lebih pendek dari biasanya. Trims yang udah baca, maaf buat segala kekurangan. Fic ini dibuat berdasarkan lompatan2 imaji saya saja, tidak didukung oleh hal lain untuk meyakinkan pembaca, sisanya saya pasrahkan pada otak kerdil saya, jadi agak kacau hasilnya. Maaf untuk yang tidak berkenan dan sekali lagi thanks yg udah mau review dan vote fic ini. Sampai jumpa di bagian selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top