6


...

"[name]-san, beritahu aku, apa yang kamu benci dariku?" wajahnya yang memelas membuatku tidak enak ingin menolak menjawabnya.

"sifat playboymu membuatku muak, dan kegaduhan yang kamu sebabkan di kelas juga. Kau tahu betapa menyebalkannya itu untukku? Yang sangat mencintai ketenangan."

"...baiklah, aku tidak akan menyebabkan kegaduhan lagi, tapi maukah kamu mengajariku beberapa materi pelajaran?"

"huft, baiklah. tapi aku punya pertanyaan untukmu. Mengapa kamu ingin sekali kumaafkan? Kau bisa saja mengabaikan kebencianku padamu bukan?"

...

"aduk semua, lalu tuang pelan-pelan di atas wajan."

"seperti ini?"

Maria mengangguk. Tidak lama, seseorang mendatangi kami berdua.

"apa masih lama?" ternyata dia Keith.

"iya, ada apa?"

"kalian juga harus menulis di kertas warna. Permohonan kalian."

"baiklah, sebentar lagi selesai. Kami akan berganti yukata."

Tanpa sepengetahuanku Keith mencicipi salah satu takoyaki. Wajahnya memucat.

"ah! Maaf, itu yang gagal, dalamnya masih benar-benar mentah." Maria segera mengambilkan air untuknya.

Bisa-bisanya dia mencicipi tanpa sepengetahuan kami.

"adonan yang belum dimasak masih banyak sekali, kalian tidak akan selesai tepat waktu. Berikan padaku adonannya. Kalian cepatlah tulis permohonan dan berikan padaku."

Aku benar-benar tidak tahu ingin memohon apa. Sepertinya Maria sudah tahu apa yang akan dia tulis. Sedangkan aku masih bingung memilih. Yasudahlah, tulis apa saja yang bisa ditulis.

Setelah menulis, kami melanjutkan memasak.

"kamu bisa keluar dan membawa kertas kami, kami sudah selesai kok. Para gadis sudah menunggumu di luar."

"tidak, biarkan saja. Aku sudah bilang tidak akan pergi bersama mereka. Aku membantu kalian di sini."

Aku terdiam, sejak kapan Keith tidak mau jalan-jalan bersama para gadis?

Dan kami pun selesai di waktu yang tepat.

"lihat! Kembang api!"

Terdengar teriakan anak lain. Setelah itu satu-persatu kembang api meluncur ke langit malam dan meledakkan bentuk serta warna yang beragam.

"hei Keith, kurasa aku telah memaafkanmu sekarang." Ucapku padanya, masih sambil melihat ke langit yang dihiasi gemerlap warna kembang api.

"...terima kasih banyak [name]-san." Dia terlihat sangat lega saat itu, dan tersenyum lebar.

"aku lebih berterima kasih lagi padamu, kamu sungguh menghargai dan melakukan permintaanku."

"aku sudah katakan padamu bukan? aku sangat menyukaimu [name]-!"

Aku tersenyum padanya.

"dan Maria, terima kasih sudah mau berteman denganku sampai saat ini." Aku menggandeng tangannya.

"sama-sama, [name]-sama."

Ini adalah Tanabata pertamaku bersama dengan teman. Rasanya berbeda, dan kurasa aku menyukainya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top