Ketahuilah. Guntur petir, jeritan alarm kebakaran bahkan suara grasak-grusuk maling yang masuk ke rumah, tidak dapat menarik seorang Amanogawa Amatsuki bangun dari indah lawan realita di tidurnya. Manis-manis tukang kebo, kelakuan imut-imut nyaris sinting. Untung sayang, mana ditolong paras yang dapat membuat orang diabetes instan kala melihat postingan foto-foto barunya di beranda twitter. Hadeh.

Barusan ia benar-benar tenggelam dalam lelap, tapi sekarang bola matanya kembali terjaga ketika menyingkirkan malas dan melihat nama pesan dari seseorang yang tertera di layar ponsel. Dadanya tiba-tiba terasa sesak, ada dentuman cepat aneh di dalamnya. Wajah hingga telinga rasanya memanas, memerah bersamaan, oh ayolah.

kashitaro-san
|  malam Amatsuki-kun

"Eh? Ehh...?? EHHHHHH???" Bangun dari posisi berbaring Amatsuki melemparkan begitu saja ponsel di kasur menjauh. Tangannya malah gemetaran tidak jelas. Hanya sebuah pesan dari seseorang, tidak ada yang berlebihan hingga perlu membuat Ama bereaksi seperti itu, tidak ada. Kecuali jika orangnya terasa spesial hingga mendapatkan notif darinya membuatmu dapat terlihat gila. Gebetan atau pacar, mungkin juga mantan. Uhuk.

Memberanikan diri menyentuh kembali benda persegi pintar yang tergeletak di kasur, Amatsuki memegangnya hati-hati seolah salah tekan apa saja bakalan mengacaukan segalanya lewat pesan masuk tadi.

"Kashitaro-san..? Ngapain orang tua itu??"

Terdiam beberapa saat menatapi satu balon chat baru setelah sekian lama tidak berhubungan, menyeret Amatsuki mengarungi memori yang sudah lalu. Jemarinya bergerak sendiri meng-scroll keatas membaca satu persatu chat lawas di history.

"Ahh.. iya, dulu aku sering nge-chat  terus sama Kashitaro-san sampai lupa waktu," Ama beberapa kali terkekeh pelan melihat obrolan random dari Kashitaro.

Beberapa terdengar tidak berguna sama sekali untuk diobrol, aneh. Namun, ia tetap menelusuri sambil tersenyum manis seraya menetralkan sensasi menggelitik geli yang menghangatkan hatinya.

: :
🎋 🎋 🎋
: :