🎋 ; ℙ𝕝𝕖𝕒𝕤𝕖, ℂ𝕠𝕞𝕖 𝔹𝕒𝕔𝕜 𝕥𝕠 𝕌𝕤
╭─── HOTARU-HANA : Hana
╰⌲ 𖥻〘Please, come back to us〙
🎋 ﹫ MESHER'S : にじさんじ ❞
Tanabata 2021 : "Just the three of us"
"Fuwa-cchi, Mayuyu, besok kalian akan ikut Tanabata atau tidak?" Akina berusaha merangkul kedua sahabatnya yang lebih tinggi darinya. Senyuman lebar terpatri di wajahnya.
"Tentu saja, lebih baik esok kita pergi bersama!" usul Fuwa Minato, you yang lebih dikenal dengan panggilan Fuwa-cchi. Diiringi dengan anggukan dari Mayu, Akina semakin tersenyum lebar.
"Baiklah. Aku tak sabar membuat permohonan bersama kalian berdua."
Hangat rasanya suasana hari ini. Tak sabar untuk menggantung kertas berisi permohonan mereka. Mereka menghabiskan waktunya bersama hari ini. Seperti biasa, mereka akan makan bersama di luar.
"Kuharap tahun depan, kita bisa seperti ini lagi," ucap Akina tiba-tiba dengan raut wajah yang mendadak sendu. Seakan tersirat sebuah firasat buruk dalam benaknya.
Mayuzumi Kai, memperhatikan Akina. Dirinya khawatir melihat raut wajah Akina yang tiba-tiba saja berubah. Mayu menepuk bahu sahabatnya.
"Kau kenapa, Akina? Ada yang membuatmu sedih, kah? Tenang saja, tahun depan kita akan tetap membuat permohonan bersama."
"BENAR! Lagi pula kita selalu bersama, bukan?" ucap Fuwa dengan mulutnya yang terisi penuh oleh makanan yang belum sempat ia telan, dan membuatnya tersedak beberapa saat setelah berbicara.
Dengan cepat, Akina dan Mayuzumi meraih gelas dan menyodorkannya pada Fuwa. Mereka bertiga tertawa setelahnya.
"Aku harap juga begitu ... ah, sudahlah. Ayo habiskan makanannya. Kita pulang sebentar lagi, sudah hampir larut malam. Aku tak ingin jika kita terlambat besok pagi!"
🎋
"FUWA-CCHI!" sapa Akina. Ia sudah berpenampilan rapi dengan yutaka yang serasi dengan warna rambutnya, "Kai-cchi belum datang, ya?" lanjutnya.
"Wah, tumben sekali kau tidak terlambat. Iya, Mayuyu belum datang. Mungkin ia ketiduran atau mungkin sedang di jalan."
"Mana mungkin aku terlambat untuk membuat permohonan bersama kalian berdua!"
Akina dan Fuwa duduk di dekat kuil, menunggu Mayuzumi datang. Akina menggoyang-goyangkan kakinya karena bosan menunggu. Lebih tepatnya, ia tak sabar untuk ini.
Tak lama kemudian, seorang pria berambut dwi-warna dengan yukata berwarna tosca sampai. Akina yang tak menyadari hal itu, masih terfokus pada hal yang ia lakukan dari tadi, ya, menggoyang-goyangkan kakinya.
"Akina, Fuwa, ayo cepat." Suara yang tak asing terdengar oleh Akina dan Fuwa.
"AKHIRNYA KAU DATANG!"
"Asal kau tau, sedari tadi Akina banyak bicara. Dia pikir kau akan datang terlambat," kata Fuwa yang bangkit dari duduknya.
"Kau ke mana saja, Mayu?"
"Oh ... tadi aku mencari yukata ini. Semalam, aku lupa menyiapkannya."
Nada bicara Mayuzumi yang terkesan datar, membuat orang lain yang tak mengenalnya akan berfikir bahwa Mayuzumi seakan tak peduli. Lain lagi dengan Akina dan Fuwa yang tahu soal ini. Berbicara tanpa ekspresi pun sudah biasa dilihat kedua sahabatnya. Ya, walau nada bicaranya datar, Mayuzumi sangat senang saat tahu sahabatnya menunggu dirinya.
"Dasar, Kebiasaan!"
Mereka bertiga mengobrol sepanjang perjalanan menuju kuil tempat membuat permohonan itu berada. Sebuah kertas berisi permohonan sudah berada di tangannya masing-masing. Sudah siap berdoa dan menggantungkan kertas tersebut di bambu yang sudah disediakan. Mengharapkan doa dan segala permohonan mereka terwujud.
Di kuil, mereka menggantungkan kertas permohonan tersebut, dan mengepalkan kedua tangannya di depan dada. Sedang berdoa agar harapan tersebut terwujud.
Setelah acara selesai, mereka bertiga berencana untuk jalan-jalan sebentar. Mengikuti festival yang akan diselenggarakan setelah ini. Dengan balutan yukata, mereka bertiga terlihat begitu menawan. Ditambah, dengan senyuman yang tak pudar sedari tadi.
"Permohonanmu apa, Mayu?" tanya Akina yang ingin tahu.
"Rahasia. Jika aku memberitahumu, bisa-bisa permohonanku tak akan dikabulkan," jawab Mayu.
"Benar juga ...."
"Ya sudah. Fuwa-cchi, Mayuyu, ayo kita jalan-jalan sebentar!"
🎋
Tanabata 2022 : "We miss you ...."
Kini, firasat buruk Akina di tahun lalu, benar-benar terjadi. Mayuzumi tak lagi merayakan Tanabata bersamanya. Kali ini, Akina hanya pergi berdua bersama Fuwa.
Dengan senyum yang menyembunyikan rasa sakitnya, Akina berusaha bersikap seperti biasanya.
"FUWA-CCHI!" sapanya. Dirinya merasa dibawa kembali pada ingatan tahun lalu. Di mana ia dan Fuwa menunggu Mayuzumi datang untuk bergabung bersama mereka.
Sama halnya dengan Akina, Fuwa sendiri pun merasa begitu. Sakit jika mengingat salah satu bagian dari mereka sudah tiada.
"Kupikir ... tahun ini benar-benar akan membuat permohonan, bersama. Kita bertiga," gumam Akina dengan suaranya yang seperti tercekat di tenggorokannya, karena menahan tangisnya.
"Nee, Akina ... ayo. Apalagi yang kau tunggu?" tanya Fuwa dengan suaranya yang direndahkan. Sebenarnya ia tahu, jika Akina ingin menunggu Mayuzumi. Akan tetapi, kali ini, Mayuzumi tak mungkin datang dan kembali pada mereka.
"Mayu ...."
Akina terus bergumam saat menuju kuil. Dengan selembar kertas di tangannya, ia berjalan tanpa adanya semangat. Tak seperti tahun lalu.
Di tempat ini, festival ini, dirinya mengingat semua kenangan bersama Mayuzumi. Begitupun dengan Fuwa. Rasanya berbeda, benar-benar berbeda. Mayuzumi memang bukan tipe yang periang dan banyak bicara seperti Akina dan Fuwa. Tapi, tetap saja. Saat sosoknya sudah tak ada di sini, Akina dan Fuwa merasa kesepian.
"Aku tahu isi permohonanmu, Akina ...."
Fuwa tersenyum miris. Sudah menduga bahwa Akina akan membuat suatu permohonan agar Mayuzumi kembali bersama mereka. Kembali tertawa dan menghabiskan waktu bersama.
Akina mengembuskan napasnya panjang. Masih tetap berusaha menahan tangisnya. "Hehe ... semoga kau membuat permohonan yang sama, Fuwa-cchi ...."
"Pasti."
Setelah selesai menggantungkan kertas tersebut dan berdoa, dengan tiba-tiba Akina memeluk Fuwa dan menangis dalam pelukan sahabatnya. Fuwa sedikit terkejut, tapi ia pun merasakan hal yang sama. Ditambah lagi, ia jelas paham bahwa mereka bertiga sudah seperti adik-kakak. Kini, mereka berdua sudah seperti kehilangan kakak kandungnya.
"Mayu ...."
Gumaman tersebut terus terdengar di sela isak tangisnya. Fuwa hanya terdiam sembari mengusap pelan rambut Akina. "Ayo, kita pulang ke rumahku."
Fuwa mengajak Akina ke rumahnya agar tak kesepian. Setiap sudut ruangan di rumah Fuwa sudah seperti memutar kenangan lama bersama Mayuzumi.
"Sepi ...."
Padahal, jika ada Mayuzumi pun. Suasana tetap sepi jika Akina dan Fuwa tak bertingkah menjahilinya. Sekarang, hanya Akina dan Fuwa yang terduduk, merindukan sosok kerabat yang sudah seperti saudara kandung untuk mereka berdua.
"Nee, Mayu ... kau tak akan kembali lagi, ya?"
"Asal kau tahu, kami berdua merindukanmu!"
Sosok Mayuzumi sudah tinggal kenangan. Kedua sahabatnya sadar, bahwa Mayuzumi tak akan kembali lagi. Walaupun mereka menuliskan harapan bahwa, mereka ingin Mayuzumi kembali pada mereka.
"Nee, Mayuyu ... kapan kau kembali pada kami berdua ...."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top