are you sure?
Miyona POV :
Oke, pagi yang cerah, diriku sudah seperti biasanya menyongsong masa depan, Bibi bilang. semua yang bernafas pasti akan merasakan yang namanya kematian, aku tahu, mungkin atau memang telah tertulis takdir diLauhul Mahfudz kalau beginilah nasib hidupku.
tak ingin berlarut dalam kesedihan atas meninggalnya ayah dan ibuku, aku bangkit dari keterpurukan, sholat yang selalu kujaga dan beberapa Hafalan Quran dan hadits bekas ajaran ayah kujadikan bekal diriku pergi kesana.
hari ini hari minggu, jika hari libur sehari ini tiba, aku hanya menghabiskan waktuku berleha-leha dikamar. dan hari ini, aku berpikir keras agar strategiku berrhasil kali ini, sampai kapan aku menjadi beban orang lain, yahh.. walaupun orang itu adalah adik dari ibuku sendiri, tapi rasanya canggung. di tambah lagi dengan kehadiran anak bibiku yang laki-laki berusia selisih 4 tahun dariku, dia sepupuku, namanya Arlan, kami sangat dekat ketika usiaku masih dibawah 9 tahun, dan sekarang rasanya sangat canggung jika bertemu dengannya. dia telah kuliah diluar kota dan menetap, terkadang sesekali Dia pulang menjenguk Bibi dan wak Aan.
oke, kembali lagi keaktivitasku tadi, aku mengambil secarik kertas bertuliskan alamat lengkap didalamnya, bergumam apakah keputusanku ini benar, aku mengambil Khimar langsunganku dan keluar menuju dapur.
" bi... bibi " sautanku tak terdengarkah? ku ulangi lagi " bibi! " sedikit kutinggikan Volumenya agar bibi keluar hihihi, mungkin.
benar sajakan, bibi keluar dan menghampiriku " ada apa ndok? " tanyanya.
" bi... ini aku mau bilang kalo- " ih apasih aku, kok langsung To the Point.
" apa? mau apa ndok "
" gini bi, Miyona mau bilang sesuatu " tarif nafas dulu kali ya.
" he'em bibi dengerin "
" bi, aku mau kuliah di luar negeri boleh? " tanyaku ragu, bukan itu alasanku ingin keluar negeri, tapi nggak apa-apa deh, yang itu dulu.
" yah... kalo kamu mau ya ndak apa-apa " jawabnya. bibi orangnya emang gitu kalo ngomong sama aku, suka dicampur aduk bahasanya.
" beneran ya? " kupastikan kembali.
dia tersenyum simpul sambil memegang bahuku " kamu belajar aja yang rajin, biar bisa dapet beasiswa kayak Kak Arlan kamu itu loh " ujarnya.
" Tapi Insha Allah Yona habis tamat langsung pergi ” kupelankan suaraku.
" yaudah bibi mau keluar dulu "
Ucap bibi meninggalkanku tanpa kepastian.
***
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Ku lihat tabunganku yang kurasa sudah cukup untuk berangkat kenegaraan yang kutuju.
Tabungan yang kutabung hampir lebih lima tahun ini, menjadi satu-satunya titik terang masa depanku kelak.
Semua biaya sekolah ditanggung bibi, termasuk biaya Nella, Alhamdulillah aku sangat beruntung dan bersyukur mempunyai keluarga sebaik dan seperhatian bibi.
" Alhamdulillah uangnya ada sembilan jutaan " aku tersenyum bahagia.
Ku buka handphone dan mencari-cari nomor telepon seseorang yang akan ku telpon.
" Assalamualaikum sis "
Salamku.
"..."
" Alamat nya dimana? "
"..."
" Oh oke oke, aku kesana ya "
"..."
" Oke Assalamualaikum "
"..."
Setelah diriku menutup telepon, aku langsung bergegas pamit dengan bibi. Untungnya bibi membolehkanku keluar dengan syarat jangan pulang kesorean.
Sepuluh menit berlalu, aku telah sampai ketempat yang kutuju. Ku benarkan jilbabku dikaca spion motor.
Aku melangkah perlahan menuju gedung itu, tidak besar memang. Hanya Ruko sederhana yang kulihat.
Aku mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan itu, dan muncul seseorang yang kukenal.
" Eh Yona, apa kabar? " sapanya.
" Alhamdulillah baik, kamu gimana? " Timpalku.
" Baik juga kok, eh kamu nanti mau ngelanjut kemana habis ini?"
" Belum tahu juga " ucapku.
" Eh kita ngobrolnya disana aja yuk " ajaknya, aku pun menurutinya.
Tidak ku sangka, aku dan Siska sekarang sedekat ini sekarang. Entah dorongan dari mana, aku sangat tertarik dengan agen travel milik ayahnya Siska yang juga dikelola oleh nya.
Agen travel milik Siska sangat murah, caranya pun gampang. Kita hanya membayar cas uang sebesar sepuluh juta dan perjalanan liburan kita mulai dari makan, hotel dan tour guide
Beres.
" Sis, aku cuma punya uang delapan juta. Keknya tahun ini aku belum berangkat deh, nunggu dua juta lagi " ujarku.
" Eh, delapan juta? Emm.. bentar nanti aku tanya sama ayah aku ya, kamu kan temen aku. Mungkin ntar ayahku bakal ngasih diskon sama kamu " ucap Siska tersenyum.
Aku pun tersenyum bahagia, Siska sangat baik padaku.
Setelah berbincang cukup lama, aku pamit pulang. Sesuai dengan ucapan bibi tadi. Jangan pulang kesorean.
" Eh Sis aku pulang dulu ya " pamitku.
" Eh iya iya, ntar kalo ayahku ngebolehin nanti aku kabarin " ucapnya.
" Iya Sis. Makasih banyak ya, udah nolongin aku, aku nggak tahu mau bales kebaikan kamu pake apa "
" Ah biasa aja Yona, kita kan udah sekelas dari kelas sepuluh "
" Yaudah aku pulang ya Assalamualaikum " salamku.
" Waalaikumsalam " jawabnya.
🌻🌻🌻
Ku tatap langit-langit kamarku, sebentar lagi aku akan meninggalkan tempat ini. Ahh.. enaknya menjadi dewasa. Dari kecil, aku bercita-cita ingin bekerja diluar negeri, menikmati hamparan salju putih, bermain dengan daun yang gugur, menghirup aroma bunga yang mekar di musim semi.
Khayalan ku sebentar lagi akan terwujud.
Aku merebahkan tubuhku di kasur, kulihat Nella disamping ku yang telah tidur duluan.
Ya Allah dek, kakak janji. Kalau nanti kakak sudah sukses. Kakak bakal jemput kamu.
Ku usap lembut rambut adikku, hanya dia keluarga kandung yang kupunya.
Aku menyayangimu Nella.
***
Oke, berhasil kah Miyona pergi keluar negeri?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top